BNPB minta Bali perhatikan sungai berpotensi pemicu banjir bandang
25 Oktober 2022 15:20 WIB
Tangkapan layar - Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan potensi banjir Provinsi Bali dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Selasa (25/10/2022). (Antara/Devi Nindy)
Jakarta (ANTARA) -
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali agar memperhatikan sungai-sungai yang berpotensi memicu banjir bandang.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan sungai-sungai yang tidak terlalu banyak air pada musim kemarau, perlu diperhatikan agar tidak ada tumpukan pohon-pohon tumbang yang menghalangi lajunya air pada musim hujan.
Baca juga: Bali diimbau waspada bencana karena berkurangnya kawasan penyangga air
"Pada saat sungai ini tidak dialiri debit terlalu banyak, ini tidak mengganggu. Tetapi ketika terjadi hujan dengan intensitas sangat tinggi, kemudian menjadi bendung-bendung alam airnya, tinggi airnya melimpas bendung alam ini pun terbawa turun ke bawah, ini adalah pemicu banjir bandang yang harus kita lihat," ujar dia dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Selasa.
Abdul mengatakan dari penyebab banjir bandang, perlu diperhatikan apakah ada sumbatan-sumbatan pada hulu sungai.
Baca juga: Pengelola wisata diimbau waspada aliran sungai saat curah hujan tinggi
Menurut analisis BNPB, banjir di Kabupaten Karangasem terjadi karena curah hujan tinggi hingga 60 mm. Sehingga, perlu dilakukan antisipasi pada kondisi alur badan sungai di daerah hulu.
"Apakah ada sumbatan, apakah ada pohon-pohon tumbang yang berpotensi menjadi bendung-bendung alam ketika debit air sangat tinggi. Ini mungkin yang menjadi perhatian kita," ujar Abdul.
Sebelumnya, BNPB mengimbau Provinsi Bali agar waspada bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan tanah longsor, karena berkurangnya kawasan penyangga air.
Baca juga: BNPB ingatkan warga selalu waspada potensi bencana hidrometeorologi
Abdul menyebut kawasan yang dulunya mungkin sebagai penyangga air sekarang sudah berkurang. "Perlu diwaspadai untuk potensi terjadinya bencana hidrometeorologi basah yang masif, karena dalam dua minggu lalu bencana hidrometeorologi basah terjadi di Bali cukup signifikan," katanya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali agar memperhatikan sungai-sungai yang berpotensi memicu banjir bandang.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan sungai-sungai yang tidak terlalu banyak air pada musim kemarau, perlu diperhatikan agar tidak ada tumpukan pohon-pohon tumbang yang menghalangi lajunya air pada musim hujan.
Baca juga: Bali diimbau waspada bencana karena berkurangnya kawasan penyangga air
"Pada saat sungai ini tidak dialiri debit terlalu banyak, ini tidak mengganggu. Tetapi ketika terjadi hujan dengan intensitas sangat tinggi, kemudian menjadi bendung-bendung alam airnya, tinggi airnya melimpas bendung alam ini pun terbawa turun ke bawah, ini adalah pemicu banjir bandang yang harus kita lihat," ujar dia dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Selasa.
Abdul mengatakan dari penyebab banjir bandang, perlu diperhatikan apakah ada sumbatan-sumbatan pada hulu sungai.
Baca juga: Pengelola wisata diimbau waspada aliran sungai saat curah hujan tinggi
Menurut analisis BNPB, banjir di Kabupaten Karangasem terjadi karena curah hujan tinggi hingga 60 mm. Sehingga, perlu dilakukan antisipasi pada kondisi alur badan sungai di daerah hulu.
"Apakah ada sumbatan, apakah ada pohon-pohon tumbang yang berpotensi menjadi bendung-bendung alam ketika debit air sangat tinggi. Ini mungkin yang menjadi perhatian kita," ujar Abdul.
Sebelumnya, BNPB mengimbau Provinsi Bali agar waspada bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan tanah longsor, karena berkurangnya kawasan penyangga air.
Baca juga: BNPB ingatkan warga selalu waspada potensi bencana hidrometeorologi
Abdul menyebut kawasan yang dulunya mungkin sebagai penyangga air sekarang sudah berkurang. "Perlu diwaspadai untuk potensi terjadinya bencana hidrometeorologi basah yang masif, karena dalam dua minggu lalu bencana hidrometeorologi basah terjadi di Bali cukup signifikan," katanya.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: