KKP siapkan empat kawasan industrialisasi rumput laut
25 Oktober 2022 12:47 WIB
Dokumentasi. Petani rumput laut di Sebatik Kabupaten Nunukan tengah menjemur hasil panen rumput lautnya. (ANTARA/Ayu Prameswari)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Perbenihan Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nono Hartanto mengatakan pihaknya tengah menyiapkan empat kawasan industrialisasi rumput laut sebagai upaya memanfaatkan potensi dan menangkap peluang komoditas rumput laut.
Empat kawasan itu tersebar di Nunukan, Kalimantan Utara; Wakatobi, Sulawesi Tenggara; Sumba Timur dan Rote, Nusa Tenggara Timur; serta Tual, Maluku.
"Kita sudah mencoba plotting bagaimana ini menjadi klaster industri rumput laut. Harapannya nanti ini akan menjadi satu daerah kawasan yang ter-protect dan hanya untuk pengembangan budi daya rumput laut," kata Nono dalam Bincang Bahari bertajuk “Peluang Investasi Usaha Rumput Laut” yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Nono menjelaskan potensi dan peluang pengembangan rumput laut di Indonesia masih terbuka sangat besar lantaran Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah China dengan produksi mencapai 9 juta ton (tahun 2021).
Dari sekitar 12,3 juta hektare lahan rumput laut yang telah teridentifikasi, baru sekitar 102 hektare atau (0,8 persen) saja yang dimanfaatkan.
"Artinya masih terbuka peluang untuk bisa mengembangkan budi daya rumput laut," imbuhnya.
Nono menyebut teknologi budi daya rumput laut sendiri terbilang cukup sederhana. Ditambah lagi, rumput laut bisa dipanen dalam waktu singkat, yakni hanya sekitar 35-40 hari.
Permintaan pasar rumput laut secara global pun tercatat terus meningkat sekitar 4,8 persen per tahun di mana pangsa pasar Indonesia mencapai 15,8 persen per tahun.
Selain mampu menciptakan lapangan kerja, budi daya rumput laut juga dinilai strategis karena bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
"Dan yang sekarang jadi isu adalah budi daya rumput laut ini berkelanjutan dan jadi komoditas yang menyerap karbon cukup tinggi, ini potensi untuk perdagangan karbon," katanya.
Daya serap karbon pada rumput laut sendiri mencapai 173 ton per hektare melalui fotosintesis.
Nono mengatakan, selain mendorong pengembangan kawasan khusus industrialisasi rumput laut, pemerintah juga telah membangun kampung perikanan khusus rumput laut sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri KP Nomor 16 Tahun 2022.
Lokasi kampung rumput laut tersebar di Karimun, Lingga, Lampung Selatan, Nunukan, Sidoarjo, Sumenep, Bantaeng, Buleleng, Mamuju, Poso, Luwu, Wajo, Takalar, Bima, Sumba Timur, Rote Ndao, Maluku, Kaimana, Teluk Wondama dan Kepulauan Yapen.
"Ini klaster budi daya rumput laut. Harapannya tentu saja ini bisa konsentrasi kita dalam mengembangkan budi daya rumput laut," kata Nono.
Baca juga: Teten; Koperasi dapat jadi "offtaker" pertama rumput laut
Baca juga: KKP kawal ekspor perdana 52,4 ton rumput laut Tarakan ke Vietnam
Baca juga: Presiden berdialog bersama nelayan dan pembudidaya rumput laut Tual
Empat kawasan itu tersebar di Nunukan, Kalimantan Utara; Wakatobi, Sulawesi Tenggara; Sumba Timur dan Rote, Nusa Tenggara Timur; serta Tual, Maluku.
"Kita sudah mencoba plotting bagaimana ini menjadi klaster industri rumput laut. Harapannya nanti ini akan menjadi satu daerah kawasan yang ter-protect dan hanya untuk pengembangan budi daya rumput laut," kata Nono dalam Bincang Bahari bertajuk “Peluang Investasi Usaha Rumput Laut” yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Nono menjelaskan potensi dan peluang pengembangan rumput laut di Indonesia masih terbuka sangat besar lantaran Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah China dengan produksi mencapai 9 juta ton (tahun 2021).
Dari sekitar 12,3 juta hektare lahan rumput laut yang telah teridentifikasi, baru sekitar 102 hektare atau (0,8 persen) saja yang dimanfaatkan.
"Artinya masih terbuka peluang untuk bisa mengembangkan budi daya rumput laut," imbuhnya.
Nono menyebut teknologi budi daya rumput laut sendiri terbilang cukup sederhana. Ditambah lagi, rumput laut bisa dipanen dalam waktu singkat, yakni hanya sekitar 35-40 hari.
Permintaan pasar rumput laut secara global pun tercatat terus meningkat sekitar 4,8 persen per tahun di mana pangsa pasar Indonesia mencapai 15,8 persen per tahun.
Selain mampu menciptakan lapangan kerja, budi daya rumput laut juga dinilai strategis karena bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
"Dan yang sekarang jadi isu adalah budi daya rumput laut ini berkelanjutan dan jadi komoditas yang menyerap karbon cukup tinggi, ini potensi untuk perdagangan karbon," katanya.
Daya serap karbon pada rumput laut sendiri mencapai 173 ton per hektare melalui fotosintesis.
Nono mengatakan, selain mendorong pengembangan kawasan khusus industrialisasi rumput laut, pemerintah juga telah membangun kampung perikanan khusus rumput laut sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri KP Nomor 16 Tahun 2022.
Lokasi kampung rumput laut tersebar di Karimun, Lingga, Lampung Selatan, Nunukan, Sidoarjo, Sumenep, Bantaeng, Buleleng, Mamuju, Poso, Luwu, Wajo, Takalar, Bima, Sumba Timur, Rote Ndao, Maluku, Kaimana, Teluk Wondama dan Kepulauan Yapen.
"Ini klaster budi daya rumput laut. Harapannya tentu saja ini bisa konsentrasi kita dalam mengembangkan budi daya rumput laut," kata Nono.
Baca juga: Teten; Koperasi dapat jadi "offtaker" pertama rumput laut
Baca juga: KKP kawal ekspor perdana 52,4 ton rumput laut Tarakan ke Vietnam
Baca juga: Presiden berdialog bersama nelayan dan pembudidaya rumput laut Tual
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: