Kredit BNI tumbuh 9,1 persen di triwulan III, menjadi Rp622,61 triliun
24 Oktober 2022 18:19 WIB
Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati dalam Konferensi Pers Kinerja BNI Kuartal III 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin (24/10/2022). (ANTARA/Agatha Olivia Victoria)
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatat pertumbuhan kredit mencapai 9,1 persen pada triwulan III 2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp622,61 triliun pada triwulan III-2022.
Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati dalam Konferensi Pers Kinerja BNI Kuartal III 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin, menyampaikan kinerja pertumbuhan kredit tersebut didorong oleh kredit korporasi swasta yang mencapai Rp211,9 triliun atau tumbuh 20,4 persen secara tahunan (yoy).
Kemudian diikuti oleh segmen komersial besar senilai Rp49,4 triliun atau tumbuh 22,3 persen secara tahunan. Pada segmen kecil, pertumbuhan terutama pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tercatat Rp51,3 triliun atau naik 24,3 persen (yoy). Sementara untuk segmen konsumer mencapai Rp106,9 triliun atau naik 11,3 persen (yoy) dengan pertumbuhan terutama pada produk payroll loan.
“Pertumbuhan ini sejalan dengan strategi manajemen untuk tumbuh dengan sehat dan berkelanjutan dengan menyasar pada debitur top tier di segmen industri prospektif, diiringi dengan kebijakan manajemen risiko yang prudent,” ucap Adi Sulistyowati yang akrab disapa Susi ini.
Baca juga: BNI bukukan laba Rp13,7 triliun di triwulan III, melonjak 76,8 persen
Ia menuturkan perkembangan kinerja BNI hingga triwulan III tahun ini juga didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai, sebagaimana tercermin dari Rasio Pemenuhan Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang berada di level 18,9 persen dan Rasio Kredit Terhadap Simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) di level 91,2 persen.
Selain itu Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 193 persen dan Rasio Pendanaan Stabil Bersih (Net Stable Funding Ratio/NSFR) di level 124 persen yang menunjukkan BNI memiliki kecukupan likuiditas untuk mendukung pertumbuhan bisnis.
Dari sisi kualitas aset, Susi menyampaikan Risiko Kredit (Loan at Risk/LAR) mengalami penurunan signifikan dari 25,2 persen di September 2021 menjadi 19,3 persen pada September 2022, terutama karena menurunnya jumlah kredit restrukturisasi COVID–19.
BNI pun terus berupaya menjaga LAR Coverage atau rasio pencadangan untuk debitur LAR pada level yang memadai, yakni sebesar 42,7 persen.
"Bahkan, kami melihat bahwa kemampuan pembayaran kewajiban dari debitur LAR semakin membaik, sehingga mendorong perbaikan pada pendapatan bunga, serta menjadi indikasi pemulihan bisnis nasabah yang lebih baik setelah terdampak pandemi,” ungkapnya.
Baca juga: BNI terus dorong pertumbuhan sehat dengan transformasi
Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati dalam Konferensi Pers Kinerja BNI Kuartal III 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin, menyampaikan kinerja pertumbuhan kredit tersebut didorong oleh kredit korporasi swasta yang mencapai Rp211,9 triliun atau tumbuh 20,4 persen secara tahunan (yoy).
Kemudian diikuti oleh segmen komersial besar senilai Rp49,4 triliun atau tumbuh 22,3 persen secara tahunan. Pada segmen kecil, pertumbuhan terutama pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tercatat Rp51,3 triliun atau naik 24,3 persen (yoy). Sementara untuk segmen konsumer mencapai Rp106,9 triliun atau naik 11,3 persen (yoy) dengan pertumbuhan terutama pada produk payroll loan.
“Pertumbuhan ini sejalan dengan strategi manajemen untuk tumbuh dengan sehat dan berkelanjutan dengan menyasar pada debitur top tier di segmen industri prospektif, diiringi dengan kebijakan manajemen risiko yang prudent,” ucap Adi Sulistyowati yang akrab disapa Susi ini.
Baca juga: BNI bukukan laba Rp13,7 triliun di triwulan III, melonjak 76,8 persen
Ia menuturkan perkembangan kinerja BNI hingga triwulan III tahun ini juga didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai, sebagaimana tercermin dari Rasio Pemenuhan Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang berada di level 18,9 persen dan Rasio Kredit Terhadap Simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) di level 91,2 persen.
Selain itu Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 193 persen dan Rasio Pendanaan Stabil Bersih (Net Stable Funding Ratio/NSFR) di level 124 persen yang menunjukkan BNI memiliki kecukupan likuiditas untuk mendukung pertumbuhan bisnis.
Dari sisi kualitas aset, Susi menyampaikan Risiko Kredit (Loan at Risk/LAR) mengalami penurunan signifikan dari 25,2 persen di September 2021 menjadi 19,3 persen pada September 2022, terutama karena menurunnya jumlah kredit restrukturisasi COVID–19.
BNI pun terus berupaya menjaga LAR Coverage atau rasio pencadangan untuk debitur LAR pada level yang memadai, yakni sebesar 42,7 persen.
"Bahkan, kami melihat bahwa kemampuan pembayaran kewajiban dari debitur LAR semakin membaik, sehingga mendorong perbaikan pada pendapatan bunga, serta menjadi indikasi pemulihan bisnis nasabah yang lebih baik setelah terdampak pandemi,” ungkapnya.
Baca juga: BNI terus dorong pertumbuhan sehat dengan transformasi
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: