"Jadi definisi satgas itu adalah tim koordinasi, bukan di-SK-kan namun saya tugaskan untuk mengkordinasikan. Pertama, mengkomunikasikan dan menenangkan warga bahwa negara hadir dalam penanganan masalah ini," kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Gedung Sate Bandung, Senin.
Ridwan Kamil meminta masyarakat tetap tenang dan mengikuti arahan pemerintah terkait penyakit yang ditemukan pada pasien anak tersebut.
Hal yang kedua, kata Ridwan Kamil, tim koordinasi ini ditugaskan meneliti dan menangani kasus-kasus ini secara keilmuan, untuk kemudian memberikan arahan kepada masyarakat dan pemerintah dalam penanganannya.
"Sama seperti COVID-19, kalau ada fenomena baru itu kita tidak bisa segera berkesimpulan, seperti pakai masker kan awalnya buat yang sakit, akhirnya berubah buat orang sehat. Nah hal-hal begitu sedang kami tunggu dulu, tapi negara hadir," kata dia.
Tim ini, lanjut Ridwan Kamil, meneliti dan mengkoordinasikan peredaran sejumlah obat yang diduga sebagai salah satu penyebabnya, walaupun hingga kini belum 100 persen terkonfirmasi.
Baca juga: Gubernur Jabar minta Persis bantu Pemprov berantas tengkes
Baca juga: Pemprov Jabar anggarkan BLT Rp27 miliar bagi nelayan
"Kemudian yang terakhir adalah edukasi sosialisasi," katanya.Baca juga: Gubernur Jabar minta Persis bantu Pemprov berantas tengkes
Baca juga: Pemprov Jabar anggarkan BLT Rp27 miliar bagi nelayan
Gubernur Ridwan Kamil menuturkan ia pun memiliki balita bernama Arkana sedangkan hingga kini diketahui, penyakit ini kebanyakan ditemukan pada pasien usia balita.
"Saya punya anak namanya Arka yang menjadi bagian dari usia yang sekarang. Pak Gubernur juga atensi banget karena bayi saya kan jadi objek-objek si isu yang sedang kita teliti ini," katanya.
Ia mengatakan intinya masyarakat tidak perlu khawatir, masyarakat diminta menunggu instruksi-instruksi atau arahan-arahan dari pemerintah.
"Pastilah kami hadir menyelamatkan dan membawa rasa aman kepada warga, apalagi Pak Gubernurnya punya bayi," katanya.
Jumlah penderita gangguan ginjal akut di Jawa Barat terus bertambah.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mencatat terdapat 33 kasus gangguan ginjal akut, yang 16 di antaranya meninggal dunia, sampai Minggu (23/10).
"Ada 33 kasus, meninggal 16," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Ryan Bayusantika Ristandi.
Dengan demikian, jumlah ini mengalami penambahan 8 kasus baru dari beberapa hari sebelumnya, yakni 20 Oktober 2022, yang saat itu masih 25 kasus gangguan ginjal akut dan 15 di antaranya meninggal dunia.
Baca juga: Jabar alokasikan Rp50 miliar bantu warga terdampak kenaikan BBM
Baca juga: Pemprov Jabar siap kawal distribusi BLT BBM agar tepat sasaran
Baca juga: Jabar alokasikan Rp50 miliar bantu warga terdampak kenaikan BBM
Baca juga: Pemprov Jabar siap kawal distribusi BLT BBM agar tepat sasaran