Liga 1 Indonesia
Arema FC mulai latihan ringan dengan pendampingan tim psikolog
22 Oktober 2022 17:34 WIB
Arsip foto - Skuad Arema FC pada saat menjalani latihan didampingi tim psikolog dari Universitas Indonesia (UI) di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (21/10/2022). ANTARA/HO-Arema FC.
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Tim berjuluk Singo Edan, Arema FC sudah memulai sesi latihan ringan namun dengan pendampingan dari tim psikolog Universitas Indonesia (UI) pascatragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Pelatih Arema Javier Roca menyatakan kehadiran pendampingn tim psikolog bertujuan agar para pemain kembali terbiasa beraktivitas di lapangan hijau.
"Sebenarnya bukan latihan normal, tapi kegiatan dengan psikolog di lapangan. Karena mereka mau menilai pemain itu pada konteks dimana mereka sering berada. Jadi mereka mau di lapangan," kata Roca di Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu.
Roca menjelaskan, dalam kondisi normal pada satu sesi latihan akan diterapkan lima komponen sepak bola yang meliputi teknik, taktik, fisik, mental dan aturan. Namun, untuk saat ini, skema latihan komplit tersebut masih belum akan dilakukan.
"Materi latihan itu belum ada secara garis besar yang kompetitif. Karena mental pemain tidak terlalu stabil, masih emosional. Jadi latihan kompetitif dikurangi," katanya.
Baca juga: Javier Roca jelaskan kondisi skuad Singo Edan pascatragedi Kanjuruhan
Akan tetapi, lanjutnya, secara perlahan nantinya porsi latihan juga akan disesuaikan dengan kondisi tim. Porsi latihan secara penuh tersebut, tergantung dari rekomendasi yang akan dikeluarkan oleh tim psikolog.
"Pelan-pelan kita akan masuk pada materi latihan yang lebih lengkap," katanya.
Ia menambahkan, Arema akan menjalani sesi latihan kembali pada pekan depan secara tertutup. Hal tersebut merupakan kebijakan tim psikolog yang saat ini memberikan pendampingan kepada Johan Alfarizie dan kawan-kawan.
Sesi latihan secara tertutup tersebut perlu dilakukan agar para pemain bisa lebih leluasa untuk meluapkan isi hati mereka terkait peristiwa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan beberapa waktu lalu.
"Jika (dalam latihan) ditambah penonton atau media, itu nanti tidak keluar. Makanya kita butuh privasi, kalau ada satu pemain tiba-tiba mau teriak, mau menangis itu bisa lebih bebas," ujarnya.
Menurutnya, saat ini tim sedang berupaya untuk kembali bangkit pascatragedi yang menewaskan 134 orang tersebut. Ia berharap proses tersebut bisa berjalan dengan baik agar nantinya skuad Singo Edan siap untuk menghadapi lanjutan Liga 1 Indonesia.
"Paling penting tim mulai bangkit, kita harus siap untuk Liga 1 dimulai kembali," katanya.
Baca juga: Komnas HAM minta keterangan manajemen Arema FC soal tragedi Kanjuruhan
Baca juga: PSS terus agendakan uji coba di tengah mandeknya kompetisi
Pelatih Arema Javier Roca menyatakan kehadiran pendampingn tim psikolog bertujuan agar para pemain kembali terbiasa beraktivitas di lapangan hijau.
"Sebenarnya bukan latihan normal, tapi kegiatan dengan psikolog di lapangan. Karena mereka mau menilai pemain itu pada konteks dimana mereka sering berada. Jadi mereka mau di lapangan," kata Roca di Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu.
Roca menjelaskan, dalam kondisi normal pada satu sesi latihan akan diterapkan lima komponen sepak bola yang meliputi teknik, taktik, fisik, mental dan aturan. Namun, untuk saat ini, skema latihan komplit tersebut masih belum akan dilakukan.
"Materi latihan itu belum ada secara garis besar yang kompetitif. Karena mental pemain tidak terlalu stabil, masih emosional. Jadi latihan kompetitif dikurangi," katanya.
Baca juga: Javier Roca jelaskan kondisi skuad Singo Edan pascatragedi Kanjuruhan
Akan tetapi, lanjutnya, secara perlahan nantinya porsi latihan juga akan disesuaikan dengan kondisi tim. Porsi latihan secara penuh tersebut, tergantung dari rekomendasi yang akan dikeluarkan oleh tim psikolog.
"Pelan-pelan kita akan masuk pada materi latihan yang lebih lengkap," katanya.
Ia menambahkan, Arema akan menjalani sesi latihan kembali pada pekan depan secara tertutup. Hal tersebut merupakan kebijakan tim psikolog yang saat ini memberikan pendampingan kepada Johan Alfarizie dan kawan-kawan.
Sesi latihan secara tertutup tersebut perlu dilakukan agar para pemain bisa lebih leluasa untuk meluapkan isi hati mereka terkait peristiwa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan beberapa waktu lalu.
"Jika (dalam latihan) ditambah penonton atau media, itu nanti tidak keluar. Makanya kita butuh privasi, kalau ada satu pemain tiba-tiba mau teriak, mau menangis itu bisa lebih bebas," ujarnya.
Menurutnya, saat ini tim sedang berupaya untuk kembali bangkit pascatragedi yang menewaskan 134 orang tersebut. Ia berharap proses tersebut bisa berjalan dengan baik agar nantinya skuad Singo Edan siap untuk menghadapi lanjutan Liga 1 Indonesia.
"Paling penting tim mulai bangkit, kita harus siap untuk Liga 1 dimulai kembali," katanya.
Baca juga: Komnas HAM minta keterangan manajemen Arema FC soal tragedi Kanjuruhan
Baca juga: PSS terus agendakan uji coba di tengah mandeknya kompetisi
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2022
Tags: