Wamenkes Dante resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap FKUI
22 Oktober 2022 16:46 WIB
Wakil Menteri Kesehatan, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD., Ph.D usai konferensi pers pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) di Jakarta, Sabtu (22/10/2022). ANTARA/ Zubi Mahrofi.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Pria kelahiran Temanggung, 23 Maret 1973 itu meraih gelar guru besar setelah merampungkan penelitiannya berjudul "Kedokteran Presisi sebagai Masa Depan Layanan Kedokteran di Indonesia: Fokus pada Diabetes Melitus dan Kelainan Tiroid".
Wamenkes Dante usai seremoni pengukuhan guru besar di aula IMERI FKUI Salemba Jakarta, Sabtu menyampaikan dunia kedokteran di Indonesia sudah saatnya untuk mulai menerapkan ilmu precision medicine (kedokteran presisi).
"Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, dunia kedokteran terus memasuki era baru untuk memberikan layanan kesehatan yang terbaik," ujarnya.
Ia mengemukakan, ilmu kedokteran pada awalnya disebut intuitive medicine (kedokteran intuisi), yakni pemberian layanan berdasarkan tanda dan gejala pasien secara umum.
Kemudian, lanjut dia, berkembang menjadi evidence bassed medicine (kedokteran berbasis bukti), yakni pemberian layanan kedokteran berbasis ilmiah.
"Ke depan, ternyata itu tidak cukup, contohnya diabetes. Diabetes yang terkontrol gula darahnya di Indonesia cuma 30 persen, sisanya meski ada obat tidak terkontrol, karena kita tidak melihat respon obat terhadap orang per orang, maka berkembang ilmu precision medicine," paparnya.
Ia memaparkan, precision medicine adalah pemberian layanan kedokteran berdasarkan karakteristik spesifik masing-masing pasien.
Dengan precision medicine, lanjut dia, maka layanan kesehatan terhadap masyarakat dapat diberikan secara spesifik berdasarkan karakteristiknya, baik dari karakteristik gen, keluhan yang dialami pasien, hingga sifat dan kebiasaan.
"Dengan begitu precision medicine merupakan salah satu hal yang harus dilakukan," tuturnya.
Kendati demikian, Dante mengakui penerapan kedokteran presisi di Indonesia masih memiliki tantangannya tersendiri seiring dengan banyaknya suku etnik yang memiliki karakteristiknya masing-masing.
"Ini yang sedang kita petakan, kita memiliki ratusan etnik yang harus dipetakan dengan tepat agar formulasi obat bisa disesuaikan," katanya.
Ke depan, Dante berharap semakin banyak riset-riset tentang kedokteran presisi karena masih banyak jenis-jenis penyakit yang belum terkuak.
"Dengan precision medicine diharapkan angka harapan hidup dapat lebih meningkat di Indonesia dan dengan biaya pengobatan yang lebih murah. Tidak semua obat diberikan, obat diberikan berdasarkan karakter," kata Dante.
Pria kelahiran Temanggung, 23 Maret 1973 itu meraih gelar guru besar setelah merampungkan penelitiannya berjudul "Kedokteran Presisi sebagai Masa Depan Layanan Kedokteran di Indonesia: Fokus pada Diabetes Melitus dan Kelainan Tiroid".
Wamenkes Dante usai seremoni pengukuhan guru besar di aula IMERI FKUI Salemba Jakarta, Sabtu menyampaikan dunia kedokteran di Indonesia sudah saatnya untuk mulai menerapkan ilmu precision medicine (kedokteran presisi).
"Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, dunia kedokteran terus memasuki era baru untuk memberikan layanan kesehatan yang terbaik," ujarnya.
Ia mengemukakan, ilmu kedokteran pada awalnya disebut intuitive medicine (kedokteran intuisi), yakni pemberian layanan berdasarkan tanda dan gejala pasien secara umum.
Kemudian, lanjut dia, berkembang menjadi evidence bassed medicine (kedokteran berbasis bukti), yakni pemberian layanan kedokteran berbasis ilmiah.
"Ke depan, ternyata itu tidak cukup, contohnya diabetes. Diabetes yang terkontrol gula darahnya di Indonesia cuma 30 persen, sisanya meski ada obat tidak terkontrol, karena kita tidak melihat respon obat terhadap orang per orang, maka berkembang ilmu precision medicine," paparnya.
Ia memaparkan, precision medicine adalah pemberian layanan kedokteran berdasarkan karakteristik spesifik masing-masing pasien.
Dengan precision medicine, lanjut dia, maka layanan kesehatan terhadap masyarakat dapat diberikan secara spesifik berdasarkan karakteristiknya, baik dari karakteristik gen, keluhan yang dialami pasien, hingga sifat dan kebiasaan.
"Dengan begitu precision medicine merupakan salah satu hal yang harus dilakukan," tuturnya.
Kendati demikian, Dante mengakui penerapan kedokteran presisi di Indonesia masih memiliki tantangannya tersendiri seiring dengan banyaknya suku etnik yang memiliki karakteristiknya masing-masing.
"Ini yang sedang kita petakan, kita memiliki ratusan etnik yang harus dipetakan dengan tepat agar formulasi obat bisa disesuaikan," katanya.
Ke depan, Dante berharap semakin banyak riset-riset tentang kedokteran presisi karena masih banyak jenis-jenis penyakit yang belum terkuak.
"Dengan precision medicine diharapkan angka harapan hidup dapat lebih meningkat di Indonesia dan dengan biaya pengobatan yang lebih murah. Tidak semua obat diberikan, obat diberikan berdasarkan karakter," kata Dante.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022
Tags: