Menag: AICIS miniatur kajian Islam yang terbuka dan moderat
21 Oktober 2022 11:36 WIB
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saat membuka gelaran Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2022 di Mataram, NTB, Kamis (21/10/2022). ANTARA/HO-Kemenag.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan perhelatan akademik Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) merupakan miniatur kajian Islam di Indonesia yang terbuka dan moderat.
"Walaupun AICIS ini merupakan perhelatan internasional dalam bidang studi Islam, namun para ilmuwan dan guru besar pemerhati Islam dari berbagai kalangan juga dihadirkan," kata Menag Yaqut Cholil Qoumas dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ini menandakan bahwa AICIS merupakan sebuah miniatur kajian Islam di Indonesia yang terbuka dan moderat," ujar Menag Yaqut Cholil Qoumas dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Menag dorong rekontekstualisasi Islam secara global
Baca juga: NTB siap sukseskan AICIS 2022
Dalam AICIS ke-21 ini mengangkat tema "Future Religion in G-20, Digital Transformation, Knowledge Management and Social Resilience,". Perhelatan ini berlangsung 20-22 Oktober 2022 di Mataram dan akan berlanjut di Bali pada 1-4 November 2022.
Menurut Menag, AICIS ini merupakan upaya bersama untuk terus mengembangkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, menajamkan intelektualitas, dan memberikan kontribusi yang nyata kepada bangsa, agama, dan kemanusiaan.
Pelaksanaan AICIS tahun ini melibatkan pembicara kunci dan pembicara undangan yang berasal dari mancanegara, dan dari latar belakang agama yang berbeda pula.
"Bentuk komitmen Kementerian Agama dalam memberikan penguatan kapasitas kepada para ilmuwan dan dunia intelektual di kalangan Kementerian Agama khususnya dan di Indonesia pada umumnya," kata Menag.
Menag berharap AICIS menghasilkan peta jalan yang dapat dieksekusi dengan melibatkan para pemimpin dunia, bukan hanya pemimpin agama dan bukan hanya agama Islam saja, melainkan seluruhnya secara inklusif, termasuk para pemimpin politik, pemimpin organisasi-organisasi sosial dan pusat-pusat pendidikan, serta selebriti.
"Kalau perlu tunjuk duta untuk penugasan menjalankan strategi ini. Artinya, ikhtiar ini memerlukan effort yang serius," kata Menag.
Upaya ini, kata dia, menuntut dibangunnya argumentasi yang kokoh secara akademis dan dukungan legitimasi yang kuat secara global.
Baca juga: Menag anggap AICIS miniatur kajian Islam Indonesia yang moderat
Baca juga: Kemenag harap pemikiran Islam di Indonesia jadi referensi global
"Walaupun AICIS ini merupakan perhelatan internasional dalam bidang studi Islam, namun para ilmuwan dan guru besar pemerhati Islam dari berbagai kalangan juga dihadirkan," kata Menag Yaqut Cholil Qoumas dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ini menandakan bahwa AICIS merupakan sebuah miniatur kajian Islam di Indonesia yang terbuka dan moderat," ujar Menag Yaqut Cholil Qoumas dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Menag dorong rekontekstualisasi Islam secara global
Baca juga: NTB siap sukseskan AICIS 2022
Dalam AICIS ke-21 ini mengangkat tema "Future Religion in G-20, Digital Transformation, Knowledge Management and Social Resilience,". Perhelatan ini berlangsung 20-22 Oktober 2022 di Mataram dan akan berlanjut di Bali pada 1-4 November 2022.
Menurut Menag, AICIS ini merupakan upaya bersama untuk terus mengembangkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, menajamkan intelektualitas, dan memberikan kontribusi yang nyata kepada bangsa, agama, dan kemanusiaan.
Pelaksanaan AICIS tahun ini melibatkan pembicara kunci dan pembicara undangan yang berasal dari mancanegara, dan dari latar belakang agama yang berbeda pula.
"Bentuk komitmen Kementerian Agama dalam memberikan penguatan kapasitas kepada para ilmuwan dan dunia intelektual di kalangan Kementerian Agama khususnya dan di Indonesia pada umumnya," kata Menag.
Menag berharap AICIS menghasilkan peta jalan yang dapat dieksekusi dengan melibatkan para pemimpin dunia, bukan hanya pemimpin agama dan bukan hanya agama Islam saja, melainkan seluruhnya secara inklusif, termasuk para pemimpin politik, pemimpin organisasi-organisasi sosial dan pusat-pusat pendidikan, serta selebriti.
"Kalau perlu tunjuk duta untuk penugasan menjalankan strategi ini. Artinya, ikhtiar ini memerlukan effort yang serius," kata Menag.
Upaya ini, kata dia, menuntut dibangunnya argumentasi yang kokoh secara akademis dan dukungan legitimasi yang kuat secara global.
Baca juga: Menag anggap AICIS miniatur kajian Islam Indonesia yang moderat
Baca juga: Kemenag harap pemikiran Islam di Indonesia jadi referensi global
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022
Tags: