Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan bahwa sejumlah bencana alam yang terjadi di Bali tak akan mengganggu jalannya pertemuan G20 pada November 2022 mendatang.

"Tidak ada masalah G20, banjir sudah diatasi, aman," kata Wayan Koster kepada media di Denpasar, Jumat.

Koster memastikan agar pemerintah nasional maupun delegasi G20 yang akan tiba di Bali tidak perlu merasa khawatir karena kondisi Pulau Dewata dipastikan aman, setelah sebelumnya sejumlah kabupaten diterjang banjir bandang dampak cuaca ekstrem.

Sementara itu, Koster menyampaikan bahwa di Bali sendiri sejumlah penanganan di lokasi terdampak bencana alam sudah mulai dilakukan seperti pengungsian sementara bagi warga di Kabupaten Jembrana.

Baca juga: ETWG Bali jadi fondasi percepatan transisi energi negara G20

Baca juga: Simulasi kesiapsiagaan bencana di Bali dilakukan jelang G20


"Makanan (bagi pengungsi) sudah disiapkan, dalam jangka panjang akan dilakukan relokasi warga di Kabupaten Jembrana ada sekitar 20 KK mungkin akan direlokasi, tanahnya sudah disiapkan Pemprov Bali," ujarnya.

Keputusan merelokasi dipilih Wayan Koster karena di beberapa titik banjir bandang kerap terjadi bencana serupa, dengan kasus pada Minggu (17/10) lalu menjadi yang terparah, dengan melanda Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, dan Kabupaten Karangasem, hingga menelan korban jiwa.

"Memang posisi tempat rumahnya (korban bencana Kabupaten Jembrana) di bawah jalan, itu tidak nyaman jadi sedang diupayakan, mudah-mudahan warga semua mau kita relokasi, sudah kita siapkan dan rumahnya akan dibantu oleh BNPB, kalau untuk G20 Bali sudah aman tidak usah dikhawatirkan," kata dia meyakinkan kondisi saat ini.

Sebelumnya, Organisasi Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Bali pada Selasa (18/10) juga sempat menyoroti pembangunan infrastruktur Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi yang disebut-sebut akan merabas 480,54 hektare persawahan.

Dampak dari alih fungsi lahan pertanian dan subak ini dikatakan membuat sistem irigasi hidrologis alami yang dapat menjaga volume air dari hulu ke hilir rusak sehingga mempercepat terjadinya banjir.

"Alih fungsi lahan mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan suhu permukaan bumi dalam peningkatan tingginya curah hujan di berbagai lokasi, sehingga sangat berpotensi terjadinya bencana banjir dan tanah longsor di berbagai daerah di Bali," kata Direktur WALHI Bali Made Krisna Dinata.

Menanggapi hal itu, Koster menjelaskan bahwa tak banyak sawah yang akan dilewati dari pembangunan Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk, pun juga ia memastikan bahwa pembangunan tersebut telah diperhitungkan dengan matang.

"Sawahnya tidak banyak, cuma 200 hektare kalau tidak salah, tapi nilai ekonomi seluruh kawasan naik sekian kali lipat. Nantinya tidak akan menimbulkan bencana, ini sudah diperhitungkan dan wilayahnya bukan wilayah hulu, ini wilayah melintang, beda kalau pembangunannya dilakukan di hulu itu bisa berbahaya," kata dia.

Baca juga: G20 kesempatan membuktikan upaya pengurangan risiko bencana di Bali

Baca juga: PBB harap Indonesia dorong G20 banyak berinvestasi sektor kebencanaan