Menurut Khofifah, pada 17 Oktober 2022 lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengumumkan potensi cuaca ekstrem di wilayah Provinsi Jatim.
"Berdasarkan analisis dinamika atmosfer di wilayah Jatim menunjukkan pola konvergensi serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan," kata Khofifah melalui keterangan tertulis di Surabaya, Kamis.
Mengutip keterangan BMKG, aktifnya fenomena gelombang atmosfer "Equatorial Rossby" serta suhu muka laut di perairan Jatim masih hangat dengan anomali antara +0,5 sampai +2,5 derajat Celsius yang mengakibatkan suplai uap air akan semakin banyak di atmosfer.
Kondisi tersebut mempengaruhi pembentukan awan-awan cumulonimbus yang semakin intens dan dapat menyebabkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, angin puting beliung dan hujan es.
Baca juga: Pemkot Surabaya buka posko bantu korban bencana alam di Jatim
Untuk itu, Gubernur Khofifah menginstruksikan kesiapsiagaan, meliputi rencana kontigensi, personel dan peralatan penanggulangan bencana, simulasi, gladi, serta latihan-latihan secara terpadu.
Mantan Menteri Sosial itu berpesan agar pemerintah kabupaten/kota memperkuat koordinasi antarlembaga dan terakhir monitoring perkembangan cuaca secara intensif.
"Pemantauan kondisi alam dan aktivitas terhadap potensi bencana pada daerah-daerah yang memiliki risiko tinggi mohon dilakukan secara terus-menerus. Termasuk semua desa tangguh bencana juga harus siap siaga," kata dia.
Lebih lanjut, Gubernur Khofifah mengungkapkan, rencana kontigensi perlu dipersiapkan oleh setiap kepala daerah di masing-masing kabupaten/kota sesuai dengan peta rawan bencana yang diterbitkan oleh BMKG, sehingga kerugian yang ditimbulkan bisa diminimalisir.
"Kedua, saya harap masing-masing kepala daerah bersama Forkopimda mengecek kesiapan personel dan peralatan penanggulangan bencana alam. Pastikan semua dalam kondisi siaga dan dapat digunakan dengan baik," kata dia.
Baca juga: BPBD Kota Madiun minta warga waspadai cuaca ekstrem awal musim hujan
Ketiga, Gubernur Khofifah juga mendorong dilaksanakannya simulasi, gladi dan latihan-latihan secara terpadu sehingga masing-masing sektor mengerti apa yang akan dilakukan pada saat terjadi bencana alam.
"Keempat, mohon diperkuat koordinasi antarlembaga dalam satu klaster penanganan darurat agar penanggulangan bencana semakin profesional. Terakhir, monitoring dan pemantauan perkembangan cuaca di wilayah masing-masing harus dilakukan secara terus-menerus," ujar dia.
Provinsi Jawa Timur memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang berpotensi terjadinya bencana, baik yang disebabkan faktor alam dan non alam maupun faktor kesalahan manusia yang menyebabkan kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Untuk itu, Gubernur Khofifah mengingatkan arahan kesiapsiagaan yang telah dipaparkan tersebut juga harus diikuti dengan update data dan situasi dari BMKG.
Baca juga: Wapres apresiasi sinergisme Pemda Jatim relokasi penyintas Semeru
Baca juga: Pemkab Magetan antisipasi bencana hidrometeorologi saat musim hujan