Menko PMK: Penyakit gangguan ginjal pada anak harus ditangani serius
20 Oktober 2022 18:11 WIB
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy melaksanakan kunjungan kerja ke Kota Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (20/10/2022) (ANTARA/M Riezko Bima Elko P)
Palembang (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan kasus penyakit gangguan ginjal akut pada anak harus ditangani secara serius sehingga tidak semakin banyak jumlah yang terdampak.
Muhadjir Effendy, kepada wartawan di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis, mengatakan merujuk dari laporan Kementerian Kesehatan saat ini tercatat sudah mencapai sebanyak 200 orang anak usia 1-6 tahun di Indonesia yang diduga terjangkit penyakit gangguan ginjal ini.
Bahkan, lanjutnya, dari ratusan orang anak tersebut lebih dari 50 persennya dinyatakan meninggal dunia setelah sebelumnya sempat menjalani perawatan medis di rumah sakit setiap daerah, tak terkecuali Sumatera Selatan.
“Dari situ maka kita semua harus menanganinya secara serius,” kata Muhadjir.
Muhadjir menjelaskan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) saat ini tengah melakukan kajian secara komprehensif.
Kajian dilakukan Pemerintah itu sebagai upaya mitigasi dan penanggulangan penyakit dengan nama internasionalnya disebut Acute Kidney Injury (AKI) yang sudah banyak menjangkiti banyak anak di dunia beberapa waktu terakhir itu.
Adapun misalnya, kata dia, pemerintah terus memastikan operasional rumah sakit setiap daerah memadai, melakukan pengecekan sampel pasien yang terpapar di laboratorium di Puslitbangkes.
“Jadi pemerintah sedang menelaahnya lebih dalam- komprehensif, terkait ini, tujuannya jangan sampai berkembang lebih luas,” kata dia.
Dia menyebutkan, dalam upaya kajian komprehensif itu juga melibatkan Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian untuk menelisik obat-obatan impor.
Sebab, lanjutnya, otoritas kesehatan melaporkan ada obat-obatan sirup yang diimpor dari negara luar, khususnya kawasan Asia Selatan diduga mengandung zat berbahaya memicu penyakit gangguan ginjal akut.
“Kejadian ini seperti yang terjadi di Afrika. Sudah dikoordinasikan, untuk sementara jenis obat yang dicurigai sumber penyakit (gangguan ginjal akut) kita hentikan dulu. Menkes sudah menerbitkan semua imbauan ini ke setiap daerah,” tandasnya.
Sebelumnya diketahui, Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan dr Trisnawarman mengatakan sebanyak dua orang anak di daerah ini meninggal dunia diduga karena penyakit gangguan ginjal akut, pada Rabu 19 Oktober 2022.
Mereka berdua, beberapa hari lalu di rujuk ke rumah sakit di Palembang guna menjalani perawatan intensif atas penyakit ginjal yang diderita.
Dari kedua pasien tersebut diketahui, satu orang merupakan warga Kota Palembang, dan satunya lagi warga Kota Jambi, Provinsi Jambi, berusia di bawah lima tahun.
Trisna menambahkan, sesuai instruksi Kementerian Kesehatan pihaknya melakukan uji klinis, mengambil sampel dari pasien untuk diperiksa di laboratorium kesehatan.
Hal tersebut dilakukan untuk memastikan penyakit yang diderita apakah gangguan ginjal umum, atau gangguan ginjal akut yang berbahaya.
Mengingat, kata dia, Kementerian Kesehatan mencatat penyakit tersebut per 18 Oktober 2022, sudah menewaskan sebanyak 99 orang anak usia di bawah lima tahun yang tersebar di 20 provinsi.
"Ya, meski demikian masyarakat diharap tidak perlu khawatir karena kami sudah memiliki protap dari Kemenkes terkait penanganan lanjutan/mitigasinya. Kami pun memastikan seluruh komponen dalam pelayanan medis di Sumsel memadai," kata dia.
Baca juga: Pakar Unpad: Apoteker berperan penting edukasi masyarakat soal obat
Baca juga: IDI Lampung: Gangguan ginjal anak bisa dilihat dari produksi urine
Muhadjir Effendy, kepada wartawan di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis, mengatakan merujuk dari laporan Kementerian Kesehatan saat ini tercatat sudah mencapai sebanyak 200 orang anak usia 1-6 tahun di Indonesia yang diduga terjangkit penyakit gangguan ginjal ini.
Bahkan, lanjutnya, dari ratusan orang anak tersebut lebih dari 50 persennya dinyatakan meninggal dunia setelah sebelumnya sempat menjalani perawatan medis di rumah sakit setiap daerah, tak terkecuali Sumatera Selatan.
“Dari situ maka kita semua harus menanganinya secara serius,” kata Muhadjir.
Muhadjir menjelaskan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) saat ini tengah melakukan kajian secara komprehensif.
Kajian dilakukan Pemerintah itu sebagai upaya mitigasi dan penanggulangan penyakit dengan nama internasionalnya disebut Acute Kidney Injury (AKI) yang sudah banyak menjangkiti banyak anak di dunia beberapa waktu terakhir itu.
Adapun misalnya, kata dia, pemerintah terus memastikan operasional rumah sakit setiap daerah memadai, melakukan pengecekan sampel pasien yang terpapar di laboratorium di Puslitbangkes.
“Jadi pemerintah sedang menelaahnya lebih dalam- komprehensif, terkait ini, tujuannya jangan sampai berkembang lebih luas,” kata dia.
Dia menyebutkan, dalam upaya kajian komprehensif itu juga melibatkan Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian untuk menelisik obat-obatan impor.
Sebab, lanjutnya, otoritas kesehatan melaporkan ada obat-obatan sirup yang diimpor dari negara luar, khususnya kawasan Asia Selatan diduga mengandung zat berbahaya memicu penyakit gangguan ginjal akut.
“Kejadian ini seperti yang terjadi di Afrika. Sudah dikoordinasikan, untuk sementara jenis obat yang dicurigai sumber penyakit (gangguan ginjal akut) kita hentikan dulu. Menkes sudah menerbitkan semua imbauan ini ke setiap daerah,” tandasnya.
Sebelumnya diketahui, Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan dr Trisnawarman mengatakan sebanyak dua orang anak di daerah ini meninggal dunia diduga karena penyakit gangguan ginjal akut, pada Rabu 19 Oktober 2022.
Mereka berdua, beberapa hari lalu di rujuk ke rumah sakit di Palembang guna menjalani perawatan intensif atas penyakit ginjal yang diderita.
Dari kedua pasien tersebut diketahui, satu orang merupakan warga Kota Palembang, dan satunya lagi warga Kota Jambi, Provinsi Jambi, berusia di bawah lima tahun.
Trisna menambahkan, sesuai instruksi Kementerian Kesehatan pihaknya melakukan uji klinis, mengambil sampel dari pasien untuk diperiksa di laboratorium kesehatan.
Hal tersebut dilakukan untuk memastikan penyakit yang diderita apakah gangguan ginjal umum, atau gangguan ginjal akut yang berbahaya.
Mengingat, kata dia, Kementerian Kesehatan mencatat penyakit tersebut per 18 Oktober 2022, sudah menewaskan sebanyak 99 orang anak usia di bawah lima tahun yang tersebar di 20 provinsi.
"Ya, meski demikian masyarakat diharap tidak perlu khawatir karena kami sudah memiliki protap dari Kemenkes terkait penanganan lanjutan/mitigasinya. Kami pun memastikan seluruh komponen dalam pelayanan medis di Sumsel memadai," kata dia.
Baca juga: Pakar Unpad: Apoteker berperan penting edukasi masyarakat soal obat
Baca juga: IDI Lampung: Gangguan ginjal anak bisa dilihat dari produksi urine
Pewarta: Muhammad Riezko Bima Elko
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: