Jakarta (ANTARA) - Juru bicara pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia Maudy Ayunda mengatakan anggota G20 berkomitmen memecahkan tantangan ekonomi global pada pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral di Washington DC, Amerika Serikat, pada 12-13 Oktober.

"Kondisi ekonomi global yang kompleks ini menyebabkan semua negara tidak bisa hanya mengandalkan satu instrumen kebijakan saja. Diperlukan keseimbangan antara pemulihan ekonomi dan upaya menjaga stabilitas juga untuk mengurangi efek pandemi COVID-19," kata Maudy pada konferensi pers virtual, Kamis.

Pertemuan keempat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 membahas enam agenda utama, yang pertama adalah soal ekonomi global. Anggota G20 sepakat bahwa tekanan terhadap harga pupuk, pangan dan energi masih terjadi.

Baca juga: Maudy Ayunda: Indonesia catat sejarah baru lewat Presidensi G20

Kondisi itu memperburuk tekanan inflasi yang ada dan berkontribusi pada meningkatnya resiko kerawanan pangan dan energi. Oleh karena itu, anggota G20 berkomitmen menyusun kebijakan yang terkalibrasi, terencana dan dikomunikasikan dengan baik untuk mendukung pemulihan yang berkelanjutan dan untuk mengurangi efek luka pandemi.

Komitmen itu juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi global yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif.

Agenda kedua dalam pertemuan keempat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 adalah arsitektur keuangan internasional. Anggota G20 sepakat untuk memperkuat komitmen dalam memastikan ketahanan keuangan global jangka panjang termasuk alokasi pendanaan untuk mendukung negara yang paling rentan supaya bisa pulih bersama dan pulih lebih kuat.

Ketiga, regulasi sektor keuangan. Dalam isu itu anggota G20 berkomitmen dalam pengaturan dan pengawasan keuangan, terutama untuk menghadapi perkembangan sistem keuangan yang berbasis teknologi dan digitalisasi, seperti stablecoins serta aktivitas dan pasar aset kripto.

Keempat, mengenai investasi infrastruktur, anggota G20 sepakat untuk merevitalisasi investasi infrastruktur dengan cara yang inklusif dan terjangkau serta berkelanjutan, termasuk meningkatkan partisipasi sektor swasta juga mobilisasi pendanaan di masing-masing daerah.

Agenda kelima adalah keuangan berkelanjutan. Anggota G20 menyepakati dan mendukung laporan keuangan berkelanjutan G20 2022 yang mencakup tiga area prioritas agenda keuangan berkelanjutan tahun 2022

Tiga agenda prioritas dalam laporan keuangan itu adalah pengembangan kerangka pendanaan transisi dan peningkatan kredibilitas komitmen net zero lembaga keuangan, peningkatan instrumen keuangan berkelanjutan dengan fokus pada peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan, dan diskusi kebijakan publik untuk mendukung transisi. Anggota juga mendukung kemajuan implementasi Peta Jalan Keuangan Berkelanjutan G20.

Agenda terakhir yang dibahas pada pertemuan keempat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 adalah perpajakan internasional. Anggota G20 kembali menegaskan komitmen mereka untuk menerapkan paket pajak internasional pilar satu dan dua dengan cepat dan mendukung kemajuan terkait penerapan standar transparansi pajak yang disepakati secara internasional, termasuk penandatanganan Asia Initiative Bali Declaration pada Juli 2022.

Anggota G20 juga mendukung hasil kerja sama global, di bawah Presidensi G20 Indonesia, soal digitalisasi keuangan yang inklusif,khususnya untuk usaha mikro, kecil dan menengah dan kelompok rentan, yaitu perempuan dan anak muda. Aksi itu diyakini bisa mengurangi dampak risiko resesi melalui kolaborasi yang kuat antarnegara.

Hasil pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 akan dibawa ke Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada 15-16 November.

Baca juga: Maudy Ayunda: Pahami konteks pandemi melalui G20

Baca juga: Jubir Presidensi G20 Indonesia paparkan dua rangkaian kegiatan terkini

Baca juga: Maudy Ayunda: Senyuman penting untuk beri kesan pertama lawan bicara