Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi mengatakan tidak terdapat solusi tunggal dalam penanganan sampah plastik di Tanah Air sehingga perlu adanya solusi holistik dengan kolaborasi antara para pemangku kepentingan salah satunya dengan penggunaan bahan plastik yang mudah terurai atau biodegradable.

"Tidak ada solusi tunggal untuk mengatasi problem sampah plastik yang kompleks ini sehingga perlu solusi holistik dan kontekstual yang sesuai dengan sosio-ekonomi masyarakat, iklim dan kondisi geografis Indonesia," kata dia dalam keterangan diterima di Jakarta, Kamis.

Dalam Silaturahim Industri Hijau yang diinisiasi oleh Greenhope di Banten, Senin lalu (17/10), dia mengatakan bahwa Solusi Return to Earth adalah upaya terobosan berupa inovasi plastik mudah terurai di alam yang dapat meminimalisasi timbulan sampah plastik.

"R keempat ini dapat menjadi solusi untuk plastik-plastik kemasan kecil yang terkontaminasi dan sulit untuk didaur ulang agar tidak menjadi beban lingkungan karena belum mampu diatasi dengan metode 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)," tuturnya.

Pemerintah sendiri menargetkan pengurangan sampah laut hingga 70 persen pada tahun 2025.

Baca juga: Usung sirkular ekonomi, Kemenperin dukung industri olah sampah plastik

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Letjen TNI (Purn) Dr (HC) Doni Monardo menyampaikan apresiasi atas kontribusi Greenhope dalam menyukseskan program "Citarum Harum".

Dia menuturkan bahwa penggunaan kantong bibit Ecoplas Greenhope yang terbuat dari singkong mampu meningkatkan keberhasilan penanaman bibit di kawasan hulu Sungai Citarum.

"Jutaan bibit kopi dan tanaman hijau yang ditanam di kawasan hulu Citarum, juga telah menunjukkan progres yang cukup baik. Salah satunya menghasilkan biji kopi premium yang tidak terdapat kandungan plastiknya," ujar Doni.

Selain menggunakan material plastik yang mudah terurai, Doni pun mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar mau melakukan perubahan perilaku demi keberlangsungan lingkungan.

Menurutnya, tanpa adanya kesadaran kolektif untuk memperbaiki lingkungan, maka visi "Indonesia Emas 2045" akan sulit terwujud.

"Tetapi begitu banyak pihak-pihak yang sekarang bekerja keras untuk menjaga ekosistem negara kita, maka Indonesia Emas, Insya Allah akan terwujud," demikian Doni Monardo.

Baca juga: BRIN manfaatkan teknologi nuklir untuk daur ulang sampah plastik
Baca juga: Kemenparekraf - Smeshub kerja sama kelola sampah limbah plastik UMKM