Hubungan yang harmonis bantu wanita ringankan stres akibat menopause
19 Oktober 2022 15:46 WIB
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Natalia Widiasih dalam Virtual Press Conference World Menopause Day 2022: Cognition and Mood, Rabu (19/10/2022). (ANTARA/Kuntum Riswan)
Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Natalia Widiasih mengatakan bahwa hubungan pasangan dan keluarga yang baik dapat membantu wanita meringankan stres akibat menopause.
“Peran support system sangat penting dalam membantu perempuan menjalankan masa menopause,” ujarnya dalam Virtual Press Conference World Menopause Day 2022: Cognition and Mood, Rabu.
Natalia menjelaskan bahwa perubahan hormon yang dialami perempuan dalam masa menopause menyebabkan gejala-gejala yang mengganggu produktivitas dan dapat menurunkan kualitas hidup.
Perempuan dalam masa menopause rentan mengalami penurunan daya berpikir (fungsi kognitif), khususnya berupa penurunan daya ingat dan kelancaran verbal, yang berpotensi menjadi demensia di kemudian hari.
Baca juga: Benarkah menopause pengaruhi fungsi kognitif dan mental wanita?
Baca juga: Wanita menopause dapat mengalami gangguan psikologis
Hal tersebut lantaran perempuan yang menopause mengalami penurunan kadar esterogen yang berperan dalam fungsi eksekutif dengan mengatur pembentukan saraf dan melindungi saraf dari kerusakan dan kematian sel. Estrogen juga berperan dalam regulasi fungsi mitokondria dalam sintesis ATP, yaitu bentuk energi yang dibutuhkan sel.
“Penurunan kadar estrogen mengganggu pembentukan energi otak akibat disfungsi mitokondria yang diikuti dengan penurunan metabolisme otak, deposisi beta amiloid, hilangnya sinaps neuron di otak, dan kemudian menyebabkan penurunan fungsi kognitif hingga dementia,” ucap Natalia.
Penurunan kadar esterogen, lanjutnya, tidak hanya mengganggu kemampuan kognitif, namun juga mengganggu kesehatan mental perempuan di masa menopause. Perempuan menopause lebih rentan mengalami gangguan mood yang meliputi perasaan gelisah, sensitif, dan perubahan mood yang fluktuatif.
“Penurunan hormon estrogen memegang peranan penting dalam perubahan mood, terkait dengan fungsinya dalam regulasi sintesis dan metabolisme berbagai neurotransmitter terkait mood, seperti serotonin, dopamine, dan norepinephrine,” tutur dia.
Perubahan mood tersebut nantinya dapat berkembang menjadi lebih berat dan menyebabkan gejala kecemasan dan depresi. Gejala kecemasan, jelasnya, ditandai dengan perasaan gelisah, panik, berkeringat, hingga sesak napas. Sementara, depresi dapat ditandai dengan perasaan lelah, tidak berenergi, gangguan tidur, konsentrasi yang buruk, dan perubahan berat badan yang dapat memperburuk kualitas hidup.
Selain itu, proses penuaan pada fisik perempuan menimbulkan rasa tidak percaya diri dan terbentuknya pandangan negatif pada dirinya (negative body image). Kemudian berbagai faktor lain seperti keadaan ekonomi, dukungan sosial yang rendah, kondisi medis tertentu, riwayat gangguan mental, dan kepribadian individu juga dapat berpengaruh terhadap perubahan mood perempuan menopause.
Oleh karena itu ia menekankan bahwa hubungan dalam keluarga dan pasangan yang baik dapat membantu meringankan stres akibat menopause dan membantu perempuan menjadi lebih resilien dalam melewati fase tersebut.
Ia menyarankan pasangan untuk saling mengkomunikasikan ekspektasi satu sama lain terkait hubungan seksual ketika terdapat disfungsi seksual akibat menopause. Pasangan juga dapat melakukan couples therapy untuk membantu pasangan agar dapat saling memahami dan membentuk strategi dalam menghadapi perubahan biologis, hormonal, dan psikologis yang sedang terjadi.
“Beberapa hal yang perlu dibicarakan adalah bagaimana fase menopause ini berdampak pada hubungan, keintiman, seksualitas, dan bagaimana harapan dan ekspektasi terhadap satu sama lain dalam melewati fase ini,” kata dia.*
Baca juga: Hindari perubahan tubuh akibat menopause dengan hidup sehat
Baca juga: Perempuan muda diminta pelajari menopause agar perhatikan kesehatan
“Peran support system sangat penting dalam membantu perempuan menjalankan masa menopause,” ujarnya dalam Virtual Press Conference World Menopause Day 2022: Cognition and Mood, Rabu.
Natalia menjelaskan bahwa perubahan hormon yang dialami perempuan dalam masa menopause menyebabkan gejala-gejala yang mengganggu produktivitas dan dapat menurunkan kualitas hidup.
Perempuan dalam masa menopause rentan mengalami penurunan daya berpikir (fungsi kognitif), khususnya berupa penurunan daya ingat dan kelancaran verbal, yang berpotensi menjadi demensia di kemudian hari.
Baca juga: Benarkah menopause pengaruhi fungsi kognitif dan mental wanita?
Baca juga: Wanita menopause dapat mengalami gangguan psikologis
Hal tersebut lantaran perempuan yang menopause mengalami penurunan kadar esterogen yang berperan dalam fungsi eksekutif dengan mengatur pembentukan saraf dan melindungi saraf dari kerusakan dan kematian sel. Estrogen juga berperan dalam regulasi fungsi mitokondria dalam sintesis ATP, yaitu bentuk energi yang dibutuhkan sel.
“Penurunan kadar estrogen mengganggu pembentukan energi otak akibat disfungsi mitokondria yang diikuti dengan penurunan metabolisme otak, deposisi beta amiloid, hilangnya sinaps neuron di otak, dan kemudian menyebabkan penurunan fungsi kognitif hingga dementia,” ucap Natalia.
Penurunan kadar esterogen, lanjutnya, tidak hanya mengganggu kemampuan kognitif, namun juga mengganggu kesehatan mental perempuan di masa menopause. Perempuan menopause lebih rentan mengalami gangguan mood yang meliputi perasaan gelisah, sensitif, dan perubahan mood yang fluktuatif.
“Penurunan hormon estrogen memegang peranan penting dalam perubahan mood, terkait dengan fungsinya dalam regulasi sintesis dan metabolisme berbagai neurotransmitter terkait mood, seperti serotonin, dopamine, dan norepinephrine,” tutur dia.
Perubahan mood tersebut nantinya dapat berkembang menjadi lebih berat dan menyebabkan gejala kecemasan dan depresi. Gejala kecemasan, jelasnya, ditandai dengan perasaan gelisah, panik, berkeringat, hingga sesak napas. Sementara, depresi dapat ditandai dengan perasaan lelah, tidak berenergi, gangguan tidur, konsentrasi yang buruk, dan perubahan berat badan yang dapat memperburuk kualitas hidup.
Selain itu, proses penuaan pada fisik perempuan menimbulkan rasa tidak percaya diri dan terbentuknya pandangan negatif pada dirinya (negative body image). Kemudian berbagai faktor lain seperti keadaan ekonomi, dukungan sosial yang rendah, kondisi medis tertentu, riwayat gangguan mental, dan kepribadian individu juga dapat berpengaruh terhadap perubahan mood perempuan menopause.
Oleh karena itu ia menekankan bahwa hubungan dalam keluarga dan pasangan yang baik dapat membantu meringankan stres akibat menopause dan membantu perempuan menjadi lebih resilien dalam melewati fase tersebut.
Ia menyarankan pasangan untuk saling mengkomunikasikan ekspektasi satu sama lain terkait hubungan seksual ketika terdapat disfungsi seksual akibat menopause. Pasangan juga dapat melakukan couples therapy untuk membantu pasangan agar dapat saling memahami dan membentuk strategi dalam menghadapi perubahan biologis, hormonal, dan psikologis yang sedang terjadi.
“Beberapa hal yang perlu dibicarakan adalah bagaimana fase menopause ini berdampak pada hubungan, keintiman, seksualitas, dan bagaimana harapan dan ekspektasi terhadap satu sama lain dalam melewati fase ini,” kata dia.*
Baca juga: Hindari perubahan tubuh akibat menopause dengan hidup sehat
Baca juga: Perempuan muda diminta pelajari menopause agar perhatikan kesehatan
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022
Tags: