Badung (ANTARA) - Pemerintah Indonesia dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) meneken nota kesepahaman kerja sama (MoU) untuk kelanjutan program bantuan pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) bidang penerbangan untuk negara-negara anggota ICAO sampai 2026.

MoU itu ditandatangani oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Presiden ICAO Salvatore Sciacchitano pada sela-sela G20 Aviation Dialogue di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan kesepakatan itu merupakan wujud dukungan Indonesia terhadap program ICAO "No Country Left Behind" (Tidak Ada Negara yang Tertinggal) terutama dalam mencetak sumber daya bidang penerbangan yang berkualitas.

Pasalnya, peningkatan kapasitas SDM merupakan upaya hal yang sangat penting untuk memperkuat keselamatan dan keamanan penerbangan.

"Kami memiliki program yang juga dilakukan oleh ICAO (terkait peningkatan kapasitas SDM), dan menurut catatan kami, kita adalah satu dari negara-negara yang memiliki kampus-kampus (penerbangan) ternama dan diperhitungkan di dunia," katanya.

Baca juga: ICAO: Pemulihan sektor penerbangan tak sekadar selamatkan maskapai

Dalam kesempatan yang sama, Presiden ICAO Salvatore Sciacchitano memuji kepemimpinan dan komitmen Indonesia dalam meningkatkan keselamatan dan keamanan penerbangan.

"MoU mengenai training (pelatihan) ini merupakan program yang sangat penting untuk aviasi di masa depan," kata Sciacchitano.

ICAO telah menjalankan program "No Country Left Behind" sejak 2014 yang tujuannya mendampingi negara-negara anggota menerapkan standar dan praktik-praktik yang direkomendasikan ICAO di sektor penerbangan (SARPs). Sejauh ini ada 193 negara yang bergabung menjadi anggota ICAO, termasuk Indonesia.

Pemerintah Indonesia setidaknya sejak 2021 telah mendukung "No Country Left Behind" ICAO melalui program pelatihan Developing Countries Training Programme (DCTP) yang diperuntukkan untuk sumber daya manusia bidang penerbangan dari negara-negara berkembang.

Dari program pelatihan itu, yang seluruhnya dibiayai Indonesia, para peserta yang berasal dari negara anggota ICAO bakal menerima pelatihan, seperti Managing Aviation Training Intelligence (MATI), Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) Verification, dan Training Managers Course (TMC).

Baca juga: Presiden ICAO puji kepemimpinan Indonesia di kesepakatan AE-CATA

Baca juga: Indonesia manfaatkan presidensi G20 bahas pemulihan sektor penerbangan