Artikel
Akses digital untuk semua
Oleh Natisha Andarningtyas
18 Oktober 2022 10:40 WIB
Talkshow cakap literasi digital bagi komunitas disabilitas dan pendamping oleh tim Kominfo dan Siberkreasi bekerja sama dengan Yayasan Sahabat Difabel Aceh di Banda Aceh. (ANTARA/Nurul Hasanah)
Jakarta (ANTARA) - Azhari begitu bersemangat ketika ditemui di Jakarta, sesekali senyumnya mengembang menjawab berbagai pertanyaan.. Tangan kirinya memegang piala, sementara tangan kanan memegang karton bertulisan " Juara 1 Kompetisi Digital Marketing Tingkat Pengenalan" . Dia juga mendapatkan hadiah senilai Rp15.000.000.
Muhammad Syahibul Azhari adalah salah satu pemenang Kompetisi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi Disabilitas Angkatan Kerja Tingkat Nasional 2022 yang mendapatkan Piala Menkominfo.
Sambil tersenyum, dengan sopan Azhari meminta kami jurnalis melepas masker sebelum wawancara dimulai. Bukan abai protokol kesehatan, dia butuh melihat ekspresi wajah lawan bicaranya.
"Saya membuat desain gambar untuk produk UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah)," kata Azhari menceritakan karya yang membawanya menjadi juara,.Senin (17/10),
Jauh-jauh datang dari Padang, Sumatera Barat, ke Jakarta untuk ikut lomba, Azhari membuat desain untuk makanan yang kesohor dari daerah itu, rendang. Menggunakan aplikasi Adobe Photoshop, dia membuat rancangan iklan untuk konten di media sosial.
"Cuma rendang yang ada di pikiran saya," kata dia dan tertawa, menceritakan alasan memilih rendang untuk dijadikan konten.
Azhari, yang memiliki keterbatasan pendengaran, adalah salah satu peserta yang datang ke Jakarta untuk mengikuti lomba tingkat nasional setelah dia menjuarai Kompetisi TIK bagi Disabilitas Angkatan Kerja Tingkat Regional.
Para pemenang tingkat regional diundang untuk mengikuti lomba secara luar jaringan di Jakarta.
Sementara itu, Muhammad Ali Fachri datang dari Palembang, Sumatera Selatan. Sama seperti Azhari, dia menjadi juara satu lomba kategori pemasaran digital. Perbedaannya, dia ikut tingkat pendalaman.
"Diberi waktu oleh panitia sekitar 2 jam 45 menit," kata Fachri menjawab pertanyaan berapa lama dia membuat desain iklan digital.
Jika Azhari membawa makanan kebanggaan Sumatera Barat, maka Fachri ingin memperkenalkan karya yang kerap dia buat bersama teman-teman komunitasnya, yaitu sepatu lukis, untuk meraih Piala Menkominfo di perlombaan itu.
Desain untuk pemasaran, dia selesaikan dengan Canva, aplikasi desain yang sering digunakan baik oleh pemula maupun profesional. Fachri mengaku sudah memahami teknologi digital, namun, baru kali ini dia belajar soal pemasaran digital.
"Alhamdulillah dengan ilmu yang saya pelajari, saya bisa membuktikan bisa menjadi juara (kategori) pemasaran digital ini," kata Fachri.
Sedangkan Yeni Endah Kusumaningtyas asal Semarang, Jawa Tengah, mengikuti kategori yang berbeda, yakni kreator konten tingkat pengenalan. Tulisannya yang berjudul "Menjadi Disabilitas Mandiri, Tangguh dan Berkarya di tengah Keterbatasan" mengantarkannya menjadi juara pertama.
Yeni sudah menulis blog sejak 2015, biasanya dia menulis cerita fiksi dan cerita anak. Salah satu tulisannya bahkan pernah dimuat di salah satu majalah anak-anak legendaris di Indonesia.
Untuk Kompetisi TIK bagi Disabilitas Tingkat Nasional itu, Yeni memilih menceritakan kemandiriannya dalam berkegiatan sehari-hari, termasuk ketika mengikuti lomba di Jakarta.
"Yang tidak mudah bagi seorang (penyandang) disabilitas, pengguna kursi roda seperti saya," kata Yeni.
Menulis artikel untuk perlombaan itu cukup menantang bagi Yeni. Sebab, dia hanya diberi waktu sekitar 2 jam untuk mengerjakan sebuah artikel. Yeni saat ini hanya mampu mengetik dengan satu jari, satu artikel biasanya dia kerjakan dalam tiga hari.
Keterbatasan yang mereka miliki tidak membuat semangat surut. Dari perlombaan itu mereka mendapat keterampilan baru.
"Saya juga dapat pertemanan. Saya berkenalan dengan orang-orang yang pasti punya semangat yang sama dengan saya," kata Azhari.
Inklusi transformasi digital
Kementerian Komunikasi dan Informatika sejak beberapa tahun belakangan giat membangun infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi di seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T).
Keberadaan teknologi digital menjadi semakin berarti ketika pandemi dua tahun belakangan ini. Banyak aktivitas yang terbantu oleh teknologi digital.
Dunia digital pun diyakini bisa membantu dunia, termasuk Indonesia, untuk pulih dan bangkit dari pandemi, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.
Oleh karena itu, sejak pandemi melanda, orientasi pembangunan infrastruktur pun bertambah, yaitu percepatan transformasi digital untuk mengatasi kesenjangan digital. Tahun ini, dengan jabatan sebagai Presidensi G20, agenda transformasi digital Indonesia menjadi semakin terperinci, yakni transformasi digital yang inklusif.
Kompetisi TIK bagi disabilitas merupakan agenda dua tahunan Kementerian Kominfo melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi BAKTI, sudah terlaksana sebelum Indonesia menjabat keketuaan G20. Agenda itu menunjukkan perwujudan akses digital untuk semua, termasuk bagi penyandang disabilitas.
"Inklusi digital ini begitu penting. Ini program dunia dan program pemerintah Indonesia," kata Menteri Kominfo Johnny G. Plate.
Sebelum mengikuti kompetisi, para peserta harus melewati pelatihan TIK secara daring dari tempat tinggal masing-masing.
Afirmasi akses digital untuk semua juga tergambar dari keikutsertaan bagi peserta yang berasal dari daerah 3T, perbatasan dan wilayah pembangunan prioritas.
Wilayah-wilayah tersebut selama ini memang menjadi pusat perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur TIK, karena jarang operator telekomunikasi yang masuk ke daerah tersebut, baik karena pertimbangan geografi maupun perhitungan ekonomi.
Pembangunan infrastruktur TIK di Indonesia harus terus berlanjut supaya lebih banyak masyarakat yang bisa mendapatkan akses teknologi digital.
Muhammad Syahibul Azhari adalah salah satu pemenang Kompetisi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi Disabilitas Angkatan Kerja Tingkat Nasional 2022 yang mendapatkan Piala Menkominfo.
Sambil tersenyum, dengan sopan Azhari meminta kami jurnalis melepas masker sebelum wawancara dimulai. Bukan abai protokol kesehatan, dia butuh melihat ekspresi wajah lawan bicaranya.
"Saya membuat desain gambar untuk produk UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah)," kata Azhari menceritakan karya yang membawanya menjadi juara,.Senin (17/10),
Jauh-jauh datang dari Padang, Sumatera Barat, ke Jakarta untuk ikut lomba, Azhari membuat desain untuk makanan yang kesohor dari daerah itu, rendang. Menggunakan aplikasi Adobe Photoshop, dia membuat rancangan iklan untuk konten di media sosial.
"Cuma rendang yang ada di pikiran saya," kata dia dan tertawa, menceritakan alasan memilih rendang untuk dijadikan konten.
Azhari, yang memiliki keterbatasan pendengaran, adalah salah satu peserta yang datang ke Jakarta untuk mengikuti lomba tingkat nasional setelah dia menjuarai Kompetisi TIK bagi Disabilitas Angkatan Kerja Tingkat Regional.
Para pemenang tingkat regional diundang untuk mengikuti lomba secara luar jaringan di Jakarta.
Sementara itu, Muhammad Ali Fachri datang dari Palembang, Sumatera Selatan. Sama seperti Azhari, dia menjadi juara satu lomba kategori pemasaran digital. Perbedaannya, dia ikut tingkat pendalaman.
"Diberi waktu oleh panitia sekitar 2 jam 45 menit," kata Fachri menjawab pertanyaan berapa lama dia membuat desain iklan digital.
Jika Azhari membawa makanan kebanggaan Sumatera Barat, maka Fachri ingin memperkenalkan karya yang kerap dia buat bersama teman-teman komunitasnya, yaitu sepatu lukis, untuk meraih Piala Menkominfo di perlombaan itu.
Desain untuk pemasaran, dia selesaikan dengan Canva, aplikasi desain yang sering digunakan baik oleh pemula maupun profesional. Fachri mengaku sudah memahami teknologi digital, namun, baru kali ini dia belajar soal pemasaran digital.
"Alhamdulillah dengan ilmu yang saya pelajari, saya bisa membuktikan bisa menjadi juara (kategori) pemasaran digital ini," kata Fachri.
Sedangkan Yeni Endah Kusumaningtyas asal Semarang, Jawa Tengah, mengikuti kategori yang berbeda, yakni kreator konten tingkat pengenalan. Tulisannya yang berjudul "Menjadi Disabilitas Mandiri, Tangguh dan Berkarya di tengah Keterbatasan" mengantarkannya menjadi juara pertama.
Yeni sudah menulis blog sejak 2015, biasanya dia menulis cerita fiksi dan cerita anak. Salah satu tulisannya bahkan pernah dimuat di salah satu majalah anak-anak legendaris di Indonesia.
Untuk Kompetisi TIK bagi Disabilitas Tingkat Nasional itu, Yeni memilih menceritakan kemandiriannya dalam berkegiatan sehari-hari, termasuk ketika mengikuti lomba di Jakarta.
"Yang tidak mudah bagi seorang (penyandang) disabilitas, pengguna kursi roda seperti saya," kata Yeni.
Menulis artikel untuk perlombaan itu cukup menantang bagi Yeni. Sebab, dia hanya diberi waktu sekitar 2 jam untuk mengerjakan sebuah artikel. Yeni saat ini hanya mampu mengetik dengan satu jari, satu artikel biasanya dia kerjakan dalam tiga hari.
Keterbatasan yang mereka miliki tidak membuat semangat surut. Dari perlombaan itu mereka mendapat keterampilan baru.
"Saya juga dapat pertemanan. Saya berkenalan dengan orang-orang yang pasti punya semangat yang sama dengan saya," kata Azhari.
Inklusi transformasi digital
Kementerian Komunikasi dan Informatika sejak beberapa tahun belakangan giat membangun infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi di seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T).
Keberadaan teknologi digital menjadi semakin berarti ketika pandemi dua tahun belakangan ini. Banyak aktivitas yang terbantu oleh teknologi digital.
Dunia digital pun diyakini bisa membantu dunia, termasuk Indonesia, untuk pulih dan bangkit dari pandemi, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.
Oleh karena itu, sejak pandemi melanda, orientasi pembangunan infrastruktur pun bertambah, yaitu percepatan transformasi digital untuk mengatasi kesenjangan digital. Tahun ini, dengan jabatan sebagai Presidensi G20, agenda transformasi digital Indonesia menjadi semakin terperinci, yakni transformasi digital yang inklusif.
Kompetisi TIK bagi disabilitas merupakan agenda dua tahunan Kementerian Kominfo melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi BAKTI, sudah terlaksana sebelum Indonesia menjabat keketuaan G20. Agenda itu menunjukkan perwujudan akses digital untuk semua, termasuk bagi penyandang disabilitas.
"Inklusi digital ini begitu penting. Ini program dunia dan program pemerintah Indonesia," kata Menteri Kominfo Johnny G. Plate.
Sebelum mengikuti kompetisi, para peserta harus melewati pelatihan TIK secara daring dari tempat tinggal masing-masing.
Afirmasi akses digital untuk semua juga tergambar dari keikutsertaan bagi peserta yang berasal dari daerah 3T, perbatasan dan wilayah pembangunan prioritas.
Wilayah-wilayah tersebut selama ini memang menjadi pusat perhatian pemerintah dalam pembangunan infrastruktur TIK, karena jarang operator telekomunikasi yang masuk ke daerah tersebut, baik karena pertimbangan geografi maupun perhitungan ekonomi.
Pembangunan infrastruktur TIK di Indonesia harus terus berlanjut supaya lebih banyak masyarakat yang bisa mendapatkan akses teknologi digital.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: