Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat seiring data Indeks Manufaktur Amerika Serikat (AS) yang lebih buruk dari perkiraan.

Rupiah pagi ini menguat 20 poin atau 0,13 persen ke posisi Rp15.468 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.488 per dolar AS.

"Dolar AS melemah karena pesimisnya data Empire State Manufacturing Index AS," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Dolar merosot, kebijakan anggaran Inggris angkat sentimen pasar

Data Empire State Manufacturing Index AS yang dirilis kemarin hasilnya lebih buruk dari estimasi yaitu mencapai minus 9,1 dibanding estimasi pasar minus 4,3.

Banyak pendapatan perusahaan yang kuat di Wall Street mendorong selera risiko dan mendorong para pedagang untuk menjauh dari dolar AS.

Kendati demikian, aset berisiko tinggi seperti saham dan valuta asing adalah pihak yang diuntungkan lebih besar dari tren tersebut.

Laporan pendapatan yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan besar Wall Street juga mendorong pembelian dengan harga murah, setelah pasar saham anjlok minggu lalu.

Baca juga: IHSG berpeluang menguat hari ini, ikuti kenaikan Wall Street

Di sisi lain, prospek kenaikan suku bunga AS, terutama dengan inflasi yang tetap dekat dengan level tertinggi 40 tahun.

Federal Reserve (Fed) juga telah mengisyaratkan bahwa suku bunga akan mengakhiri tahun pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang terlihat selama krisis keuangan 2008, di tengah memburuknya prospek ekonomi.

Pelaku pasar juga menyambut baik pernyataan dari menteri keuangan Inggris yang baru Jeremy Hunt yang akan menghapus sebagian besar anggaran mini multi miliaran pound pemerintah.

Pada Senin (17/10) lalu, rupiah ditutup melemah 61 poin atau 0,39 persen ke posisi Rp15.488 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.427 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah awal pekan melemah, tertekan kekhawatiran resesi global