Restorasi mangrove Sahabat Bekantan serap 3.214,08 karbondioksida
17 Oktober 2022 16:41 WIB
Founder SBI Foundation Amalia Rezeki bersama tim menanam bibit rambai di kawasan mangrove Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. (ANTARA/Firman)
Banjarmasin (ANTARA) - Program restorasi mangrove yang dilakukan Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) di Kalimantan Selatan hingga saat ini telah menanam lebih dari 10.000 bibit rambai dan telah menyerap setidaknya 3.214,08 karbondioksida (CO2) per tahun dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.
Pendiri SBI Foundation Amalia Rezeki di Banjarmasin, Senin, mengatakan hutan mangrove rambai ditanam SBI bersama Pertamina Integrated Terminal Banjarmasin dan masyarakat lokal di sekitar Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, yang mencakup kawasan Mangrove Rambai Center.
"Sejak tahun 2015, sebanyak 10.000 pohon lebih yang ditanam tumbuh dengan baik, bahkan ada yang telah membentuk pulau delta baru di kawasan sungai Barito yang sekarang dihuni sekelompok bekantan," kata Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki.
Selain sebagai habitat bekantan, kata dia, hutan mangrove mampu menyerap karbon empat kali lipat lebih besar dari hutan tropis lainnya yang penting bagi mitigasi pemanasan global pemicu perubahan iklim dan timbulnya bencana alam.
Baca juga: Korem Antasari gelorakan penyelamatan mangrove rambai di Barito Kuala
Baca juga: Pertamina Gas Kalimantan gelar aksi pelestarian ekosistem mangrove
Untuk itulah, yayasan SBI yang bergerak di bidang pelestarian bekantan di Kalimantan Selatan, bersama Pertamina Integrated Terminal Banjarmasin secara intens sejak tahun 2015 telah menanam mangrove, khususnya reparian dengan pohon utamanya rambai atau yang lebih dikenal secara ilmiah dengan sebutan sonneratia caseolaris.
Dijelaskannya, untuk menyelamatkan bekantan primata endemik Kalimantan dan merupakan spesies kunci terancam punah pihaknya membangun kepedulian bersama menyelamatkan habitatnya.
SBI berkolaborasi dengan berbagai pihak melalui program buy back land (beli kembali lahan) dan restorasi mangrove rambai untuk membangun sabuk hijau sebagai kawasan penyangga habitat bekantan di sepanjang Sungai Anjir Muara, Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Program membebaskan lahan yang sudah beralih fungsi atau terancam alih fungsi untuk dihutankan kembali itu, SBI telah menggandeng tiga kelompok masyarakat yang dibina pada tiga desa penyangga habitat bekantan yaitu Desa Marabahan Baru, Desa Anjir Serapat Muara dan Desa Anjir Serapat Muara 1.
"Keberhasilan penyelamatan habitat yang termasuk kawasan mangrove ini bisa dilihat dari peningkatan populasi bekantan yang saat ini mencapai 35 ekor dari awalnya 14 ekor di tahun 2016," ujar Amel.
Kandidat doktor bidang lingkungan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini menyebut program restorasi mangrove selaras dengan program pemerintahan Presiden Joko Widodo di bidang Pemulihan Ekonomi Nasional yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan kegiatan padat karya pembibitan dan penanaman mangove, budi daya perikanan, ekowisata, dan pengelolaan produk buah mangrove yang bisa menjadi kuliner khas daerah setempat.*
Baca juga: Fakultas Kehutanan ULM tanam mangrove rambai untuk habitat bekantan
Baca juga: SBI jaga ekosistem lahan basah habitat bekantan
Pendiri SBI Foundation Amalia Rezeki di Banjarmasin, Senin, mengatakan hutan mangrove rambai ditanam SBI bersama Pertamina Integrated Terminal Banjarmasin dan masyarakat lokal di sekitar Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, yang mencakup kawasan Mangrove Rambai Center.
"Sejak tahun 2015, sebanyak 10.000 pohon lebih yang ditanam tumbuh dengan baik, bahkan ada yang telah membentuk pulau delta baru di kawasan sungai Barito yang sekarang dihuni sekelompok bekantan," kata Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki.
Selain sebagai habitat bekantan, kata dia, hutan mangrove mampu menyerap karbon empat kali lipat lebih besar dari hutan tropis lainnya yang penting bagi mitigasi pemanasan global pemicu perubahan iklim dan timbulnya bencana alam.
Baca juga: Korem Antasari gelorakan penyelamatan mangrove rambai di Barito Kuala
Baca juga: Pertamina Gas Kalimantan gelar aksi pelestarian ekosistem mangrove
Untuk itulah, yayasan SBI yang bergerak di bidang pelestarian bekantan di Kalimantan Selatan, bersama Pertamina Integrated Terminal Banjarmasin secara intens sejak tahun 2015 telah menanam mangrove, khususnya reparian dengan pohon utamanya rambai atau yang lebih dikenal secara ilmiah dengan sebutan sonneratia caseolaris.
Dijelaskannya, untuk menyelamatkan bekantan primata endemik Kalimantan dan merupakan spesies kunci terancam punah pihaknya membangun kepedulian bersama menyelamatkan habitatnya.
SBI berkolaborasi dengan berbagai pihak melalui program buy back land (beli kembali lahan) dan restorasi mangrove rambai untuk membangun sabuk hijau sebagai kawasan penyangga habitat bekantan di sepanjang Sungai Anjir Muara, Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Program membebaskan lahan yang sudah beralih fungsi atau terancam alih fungsi untuk dihutankan kembali itu, SBI telah menggandeng tiga kelompok masyarakat yang dibina pada tiga desa penyangga habitat bekantan yaitu Desa Marabahan Baru, Desa Anjir Serapat Muara dan Desa Anjir Serapat Muara 1.
"Keberhasilan penyelamatan habitat yang termasuk kawasan mangrove ini bisa dilihat dari peningkatan populasi bekantan yang saat ini mencapai 35 ekor dari awalnya 14 ekor di tahun 2016," ujar Amel.
Kandidat doktor bidang lingkungan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini menyebut program restorasi mangrove selaras dengan program pemerintahan Presiden Joko Widodo di bidang Pemulihan Ekonomi Nasional yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan kegiatan padat karya pembibitan dan penanaman mangove, budi daya perikanan, ekowisata, dan pengelolaan produk buah mangrove yang bisa menjadi kuliner khas daerah setempat.*
Baca juga: Fakultas Kehutanan ULM tanam mangrove rambai untuk habitat bekantan
Baca juga: SBI jaga ekosistem lahan basah habitat bekantan
Pewarta: Firman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022
Tags: