Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia sampai dengan minggu ke-39 tahun 2022 mencapai 94.355 kasus dengan prediksi akan terus meningkat.

“Sepertinya kita perlu melakukan tindakan-tindakan yang substansial dan penting agar endemisitas bisa kita turunkan,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kemenkes Imran Pambudi dalam Webinar Waspada Penyebaran Dengue di Tengah Musim Hujan yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Dalam data Kemenkes terkait persebaran kasus DBD yang dihimpun sampai minggu ke-39 tahun 2022, ia membeberkan bahwa Incidence Rate (IR DBD) dengue pada tahun 2022 sudah mencapai 34,33 persen dengan Case Fatality Rate (CFR DBD) 0,90 persen.

Virus dengue yang termasuk dalam kelompok Arthropod Borne Virus (Arbovirus) itu, terdiri atas empat serotype virus yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.

Di Indonesia, katanya, serotype paling mendominasi merupakan DEN-3 yang berkaitan dengan kasus demam berdarah berat dan paling luas distribusinya.

Rincian sebaran kasus DBD, terdapat di enam provinsi dengan kasus dengue tertinggi sampai dengan minggu ke-39, yakni Jawa Barat 27.657 kasus, Jawa Tengah 8.760 kasus, Jawa Timur 8.356 kasus, DKI Jakarta 5.632 kasus, Sumatera Utara 5.302 kasus dan Kalimantan Timur 3.531 kasus.

Baca juga: Bangka Barat gencarkan gerakan PHBS dan PSN cegah DBD

Kumulatif kasus kematian akibat DBD sampai dengan minggu ke-39 tahun 2022 sebanyak 853 jiwa, dengan persebaran kasus tertinggi di Jawa Barat 249 jiwa, Jawa Tengah 185 jiwa, Jawa Timur 108 jiwa, Sumatera Utara 29 jiwa, Kalimantan Timur 26 jiwa, dan Sumatera Selatan 21 jiwa.

“Ada satu hal yang menarik bahwa meski angka kasus DKI tinggi, tapi kematiannya nol. Sehingga kita perlu melihat juga bukan hanya masalah prevention, tapi juga diagnosis penanganan kasus sangat penting sehingga kematian karena dengue bisa ditekan,” kata dia.

Dia menjelaskan pengendalian DBD bertumpu pada kerja sama antara pemerintah dengan masyarakat, berupa Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) bersama dengan 3M Plus yaitu menguras dan menyikat tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang bekas.

“3M Plus juga mencakup memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi dan meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup,” katanya.

Baca juga: Dinas Kesehatan Manggarai pantau 13 pasien terinfeksi virus DBD

Head of APAC Medical Affairs Takeda Asia-Pasific Goh Choo Beng menyatakan dengue menjadi salah satu ancaman dalam aspek kesehatan terbesar di Indonesia.

Ia berpendapat, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang paling terpengaruh terhadap dengue.

Sebagai wilayah hiperendemis dengue, Indonesia memiliki tren peningkatan kasus cukup tinggi saat memasuki pancaroba, yang biasanya dimulai pada bulan Oktober.

Oleh karenanya, pihaknya berusaha membantu pemerintah dengan meningkatkan edukasi masyarakat terkait dengan DBD dan menghadirkan Vaksin Dengue Tetravalen yang telah disetujui oleh BPOM RI untuk mewujudkan zero dengue death pada 2030.

Baca juga: Dua meninggal, 155 warga Kota Pekalongan terkena DBD
Baca juga: Bangka Barat layani tes spesifik DBD gratis di seluruh puskesmas
Baca juga: Musim hujan, Kemenkes ingatkan DBD bisa serang usia dewasa