Berlin (ANTARA) - Menteri Kesehatan (Menkes) Jerman Karl Lauterbach menyerukan kepada negara-negara bagian untuk menerapkan kembali persyaratan yang lebih ketat dalam penggunaan masker, seiring dengan meningkatnya angka infeksi COVID-19 di tengah gelombang musim gugur saat ini.

"Semakin cepat Anda menginjak rem, semakin baik," kata Lauterbach dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat (14/10).

Sejak awal bulan, negara-negara bagian Jerman telah mendapat wewenang untuk menetapkan rangkaian upaya pencegahan COVID-19 sendiri dan hanya ada beberapa pengecualian, seperti mandat wajib memakai masker FFP2 yang berlaku secara nasional ketika menggunakan kereta jarak jauh.

"Sangat masuk akal untuk bekerja dengan pembatasan kecil sekarang daripada bereaksi dengan sangat drastis namun terlambat," kata Lauterbach.


Tingkat insidensi COVID-19 tujuh harian di Jerman naik menjadi 760 infeksi per 100.000 penduduk pada Jumat, dari sekitar 578 infeksi sepekan sebelumnya, demikian menurut Robert Koch Institute (RKI) untuk penyakit menular. Untuk melawan tren tersebut, Jerman meluncurkan sebuah kampanye iklan vaksinasi baru.

Lauterbach mengatakan dirinya menduga ada sejumlah besar kasus yang tidak dilaporkan, sehingga membuat jumlah aktual infeksi COVID-19 menjadi tiga hingga empat kali lebih tinggi. Sekitar 114.000 infeksi baru tercatat di Jerman pada Jumat atau 60.000 lebih sedikit dari sepekan lalu.

"Penyebaran kuat dalam beberapa pekan terakhir menyebabkan lebih banyak penyebaran COVID-19 di rumah sakit dan panti wreda," sebut RKI dalam laporan mingguannya, Kamis (13/10).

Menurut Daftar Ketersediaan Perawatan Intensif Jerman (DIVI), jumlah pasien COVID-19 yang memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU) negara itu meningkat menjadi 1.683 orang pada Jumat.

Angka tersebut sekitar 300 lebih banyak dari data sepekan lalu), namun masih jauh di bawah rekor angka yang terlihat pada gelombang-gelombang sebelumnya.

Dari 69,4 juta orang dewasa berusia 18 tahun ke atas di Jerman, sekitar 85 persen di antaranya sudah mendapatkan vaksin COVID-19 lengkap. Hampir 73 persen dari mereka menerima satu vaksin dosis penguat dan sekitar 13 persen menerima dua suntikan booster, demikian menurut angka resmi.