"Yang penting pertama adalah informasi, seperti curah hujan dari BMKG, kondisi tanah dari Badan Geologi Kementerian ESDM yang coba kami sebarkan. Kemudian memunculkan awareness, maka kawan-kawan relawan, kades penting untuk mengetahui supaya responsnya bisa cepat," kata Ganjar di Semarang, Jumat.
Menurut dia, hal itu bisa dilakukan dengan melakukan pemetaan wilayah rawan bencana dan setelah mengetahui potensi kebencanaan suatu daerah, pasokan data cuaca dan penyiagaan personel perlu dikuatkan.
Terkait dengan hal itu, Ganjar menekankan pentingnya soliditas antarinstansi dan respons cepat dalam setiap penanganan bencana alam.
Hal tersebut disampaikan Ganjar usai memimpin Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Ancaman Bencana di Jawa Tengah Pada Musim Hujan 2022-2023 yang diikuti 200 personel dari Basarnas, BPBD, Dinas Sosial, PMI, Baznas, BMKG, Dinas PUSDA, Dinas ESDM, pramuka, TNI/Polri, ormas peduli bencana, hingga sejumlah relawan.
Ia menjelaskan bahwa apel kesiapsiagaan digelar untuk memastikan kesiagaan instansi terkait dalam penanganan bencana alam.
Baca juga: Ganjar semangati kafilah Jateng di MTQ
Baca juga: BPBD Jateng petakan daerah rawan bencana
Ia berpesan agar personel dan peralatan serta logistik disiagakan, serta mengimbau warganya agar menghidupkan kearifan lokal ilmu titen sebagai nilai lokal untuk mengantisipasi bencana.
"Maka apel hari ini kita undang relawan, dinas ke sini ⁰ untuk siaga. Termasuk alatnya, kami mau saat digunakan berfungsi dan logistik juga. Kami pantau agar bisa respon cepat," ujarnya.
Orang nomor satu di Jateng itu juga mendorong instansi menyebarkan nomor-nomor telepon yang bisa dihubungi masyarakat saat menghadapi kondisi darurat.
Baca juga: Kelompok usia rentan banjir Cilacap fokus ditangani BPBD Jateng
Baca juga: BPBD: Dua nelayan di Kabupaten Jepara-Jateng hilang saat melaut