Jakarta (ANTARA) - Pada saat multilateralisme dan kemitraan internasional berada di bawah tekanan signifikan maka kerja sama lintas kawasan tetap menjadi alat yang efektif untuk mewujudkan perdamaian dan kemakmuran.

Diplomasi konstruktif Uni Emirat Arab (UEA) dengan negara-negara Asia Tenggara merupakan contoh keberhasilan dalam mengatasi tantangan global yang mendesak.

Langkah terbaru dari partisipasi UEA yang terus berkembang di kawasan ini adalah penandatanganan terhadap instrumen aksesi dari Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara (TAC) oleh UEA pada bulan Agustus.

UEA juga bergabung dengan ASEAN sebagai Sectoral Dialogue Partner (SDP) yang membuka bidang kerja sama baru antara UEA dan negara-negara anggota.

Penandatanganan TAC dan status SDP yang baru diperoleh masih jauh dari target pencapaian dalam hubungan UEA-ASEAN.

Faktanya, mereka adalah bagian dari strategi UEA di Asia yang lebih luas dan penjangkauan yang konsisten untuk merangsang diversifikasi ekonomi melalui hubungan yang diperkuat dengan negara-negara Asia Tenggara.

Ketika terjadi gangguan rantai pasokan yang signifikan, UEA dan negara-negara ASEAN telah meningkatkan kerja sama mereka dan meletakkan dasar untuk kemitraan strategis yang lebih dalam di berbagai bidang seperti ekonomi digital, infrastruktur hijau, transportasi dan logistik, layanan keuangan, kesehatan dan pariwisata medis, pangan dan pertanian, perbankan syariah, serta ekonomi halal.

Kesuksesan ini didorong oleh nilai-nilai bersama, selain juga komplementaritas ekonomi yang kuat antara UEA dan ASEAN.

Ketika komunitas internasional bekerja untuk mencapai pemulihan yang berkelanjutan setelah pandemi, UEA-ASEAN bercita-cita untuk menjadi yang terdepan dalam membangun ketahanan ekonomi dan menstimulasi pertumbuhan.

Sejak 2013, tahun dimana untuk pertama kalinya ditunjuk Duta Besar UEA untuk ASEAN, nilai perdagangan nonminyak antara UEA dan negara-negara ASEAN rata-rata hampir mencapai 26 miliar dolar AS per tahun.

Di sisi lain, UEA menjadi salah satu investor utama di kawasan ASEAN dengan menyuntikkan lebih dari 13 miliar dolar AS di sektor industri, yang mewakili lebih dari 40 persen dari total investasi negara-negara Teluk.

Ekonomi Asia Tenggara, yang ekspornya diperkirakan mencapai 2,8 triliun dolar AS pada tahun 2025, dapat menggunakan UEA sebagai pusat untuk mengakses tujuan yang belum dimanfaatkan untuk produk-produk mereka dengan biaya lebih rendah.

Mitra logis
Karena posisi strategis yang berada di persimpangan rute komersial, UEA dan negara-negara ASEAN adalah mitra logis untuk memfasilitasi perdagangan dan memulihkan konektivitas di seluruh pasar di Asia, Afrika, Eropa, dan Timur Tengah.

Ambisi ini telah terwujud melalui beberapa perjanjian utama sejak 2020, termasuk penandatanganan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif UEA-Indonesia pada Juli 2022.

Salah satu contoh kerja sama nyata ini dapat dilihat di bidang infrastruktur, seperti yang ditunjukkan oleh kemitraan DP World untuk memodernisasi sektor maritim dan pelabuhan di Indonesia, Vietnam, dan Thailand.

Secara khusus, ada sinergi yang jelas antara ekonomi Singapura dan UEA, dua pusat regional untuk perdagangan, investasi, dan logistik yang hanya dapat saling menguntungkan dengan cara meningkatkan hubungan.

Potensi ini sudah diakui oleh pemerintah kedua negara yang berhasil mengkonsolidasikan hubungan bisnis dan menjaga perdagangan bilateral nonmigas di atas USD 4 miliar pada tahun 2021, meskipun terjadi pandemi.

Karenanya, diperlukan inovasi dan kesiapan untuk masa depan dalam membentuk poros utama kerja sama antara UEA dan negara-negara ASEAN.

Sejalan dengan prinsip dan tujuannya untuk 50 tahun ke depan, UEA memiliki keyakinan kuat tentang kebutuhan untuk merangkul peluang yang dihasilkan oleh revolusi teknologi yang sedang berlangsung dan berkontribusi pada kemajuan di bidang yang sedang berkembang.

Sektor digital dan berbasis teknologi diharapkan menjadi sumber utama pertumbuhan di negara-negara ASEAN karena sebagian besar kelas menengah muda dan paham teknologi akan berkembang menjadi lebih dari 478 juta orang pada tahun 2030.

Seiring dengan itu, pengguna internet di Asia Tenggara akan menjadi komunitas online terbesar di dunia, yang dapat menciptakan jalur baru untuk investasi di e-commerce dan bidang terkait lainnya di mana perusahaan UEA memiliki keahlian kuat.

Selain pertumbuhan jangka panjang, UEA dan negara-negara ASEAN berkomitmen untuk meningkatkan hasil ekonomi dalam jangka pendek, termasuk dengan mengatasi krisis dan tantangan seketika.

Dalam menghadapi meningkatnya ketegangan global dan pemulihan berkelanjutan dari pandemi, masyarakat internasional harus bekerja sama untuk memperkuat ketahanan energi dan pangan.

Untuk mencapai solusi jangka panjang terhadap ancaman tersebut, UEA dan negara-negara ASEAN memanfaatkan hubungan mereka untuk memastikan pasokan komoditas ini terus berkelanjutan.

UEA dan ASEAN juga memiliki pemahaman yang sama bahwa inisiatif semacam itu harus diteruskan dalam mengatasi dampak perubahan iklim yang berkelanjutan.

Seperti UEA, yang menargetkan net-zero emissions pada tahun 2050, sebagian besar negara ASEAN telah bertekad untuk mencapai netralitas karbon dalam beberapa dekade mendatang.

Salah satu tanda kerja sama yang menjanjikan di bidang energi bersih adalah Masdar yang berbasis di UEA, sebuah perusahaan energi terbarukan terkemuka di dunia, belakangan ini telah memasuki pasar Indonesia, Vietnam, dan Singapura untuk mendorong pengembangan sumber energi berkelanjutan.

Secara khusus di Indonesia, perusahaan energi itu telah membuat terobosan signifikan untuk mendorong penggunaan energi terbarukan.

Pada Januari 2020, korporasi tersebut mengumumkan penandatanganan perjanjian jual beli tenaga listrik (PPA) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), perusahaan listrik milik negara di Indonesia untuk pembangkit listrik tenaga surya (FPV) terapung pertama di Indonesia.

Sebagai pengguna energi terbesar di kawasan ASEAN, Indonesia menargetkan 23 persen bauran energinya berasal dari energi terbarukan pada tahun 2025, lalu meningkat menjadi 31 persen pada tahun 2030.

Proyek yang menandai masuknya Masdar untuk pertama kalinya ke pasar Asia Tenggara ini merupakan salah satu inisiatif kunci yang akan mengubah pembangunan berkelanjutan di kawasan ini.

UEA juga berharap dapat bekerja sama dengan mitra ASEAN untuk meningkatkan upaya mitigasi perubahan iklim internasional pada Konferensi Para Pihak UNFCCC (COP28) yang dijadwalkan akan diselenggarakan di Expo City Dubai pada tahun 2023.

Berbagai inisiatif UEA dan negara-negara ASEAN ini menggambarkan bahwa isu-isu global seperti gangguan rantai pasokan, kelangkaan kronis, dan ketidakamanan komoditas tidak dapat dihindari.

Kerja sama internasional, khususnya di bidang ekonomi, merupakan salah satu cara terbaik untuk memastikan stabilitas dan ketahanan, menjadikan kemitraan UEA-ASEAN dan kerangka kerja lintas kawasan lainnya menjadi lebih penting daripada sebelumnya.

Dengan bersama-sama, kita akan terus mencapai pertumbuhan yang saling menguntungkan.

Dengan menggabungkan pengetahuan, keahlian, dan visi untuk masa depan, kita dapat membuka manfaat yang belum pernah ada sebelumnya bagi masyarakat kita.

*) H.E. Ahmed Ali Al Sayegh adalah Menteri Negara Uni Emirat Arab (UEA)