Jakarta (ANTARA) - Inflasi terus memecahkan rekor di Swedia, dengan inflasi 12 bulan Indeks Harga Konsumen suku bunga tetap (CPIF) mencapai 9,7 persen pada September, level tertinggi dalam tiga dekade terakhir, menurut Statistics Sweden, Kamis (13/10).

"Tarif listrik yang lebih tinggi dan harga yang lebih tinggi untuk makanan dan minuman nonalkohol berkontribusi pada tingginya inflasi pada September," kata seorang ahli statistik harga Caroline Neander dalam sebuah siaran pers.

Tarif listrik telah meningkat sebesar 54,2 persen, dan harga makanan serta minuman nonalkohol juga naik sebesar 16,1 persen selama 12 bulan terakhir.

Harga-harga juga meningkat pada perbaikan dan pemeliharaan tempat tinggal, perabotan, dan peralatan rumah tangga, kunjungan restoran, layanan akomodasi, serta barang dan jasa lainnya.
(Xinhua)


Menurut para analis, perjuangan melawan inflasi yang melonjak masih jauh dari kata selesai.

"Hanya sedikit yang percaya bahwa inflasi telah mencapai puncaknya," kata Alexander Noren, seorang komentator ekonomi di Swedish Television (SVT).

Untuk mengendalikan inflasi ke target 2 persennya, Riksbank, bank sentral negara itu, telah menerapkan serangkaian kebijakan kenaikan suku bunga menjadi 1,75 persen hari ini.

Kombinasi inflasi dan kenaikan suku bunga akan menyebabkan stagnasi, Institut Riset Ekonomi Nasional (National Institute of Economic Research/NIER) mengatakan dalam sebuah laporan yang dirilis pada akhir bulan lalu.

Inflasi ini mungkin mencapai puncaknya pada awal 2023, ujar Frida Bratt, seorang ekonom di bank Nordnet, kepada SVT pada Kamis.

"Kebijakan kenaikan suku bunga akan berdampak pada saat itu dan karena ekonomi juga mengalami stagnasi, Swedia akan mengetatkan pengeluarannya," kata Bratt.
(Xinhua)