Dampak gerakan Bijak Berplastik terhadap pengelolaan sampah
12 Oktober 2022 23:35 WIB
Sejumlah alat berat dikerahkan untuk mengangkut sampah yang longsor di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin. (ANTARA/Pradita Kurniawan Syah)
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB-UI) memaparkan hasil kajian dari gerakan Bijak Berplastik dari Danone-AQUA sejak 2018 yang menunjukkan bahwa gerakan tersebut berdampak positif terhadap pengelolaan sampah.
Peneliti Ekonomi Lingkungan LPEM-UI Bisuk Abraham Sisungkunon memaparkan dampaknya dibedakan dalam tiga kategori, yaitu dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial.
"Ini dijalankan melalui pendekatan survei dengan total 200 responden dan cakupan wilayah di DKI Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bali," kata Bisuk di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan studi, gerakan tersebut membuat jumlah sampah yang didaur ulang menjadi 17 persen lebih banyak, sehingga menurunkan jumlah sampah yang tetap berada di TPA sebesar 14 persen dan mengurangi volume sampah yang berakhir di ekosistem laut.
Baca juga: Inovasi "Mama Risa" wujudkan pengelolaan sampah mandiri di Lumajang
Gerakan ini juga diestimasi berkontribusi menurunkan jumlah sampah yang dibakar dan dapat menghindari emisi hingga mencapai 36.369 ton CO2, setara dengan penghematan emisi dari perjalanan 5.288 kali mengelilingi bumi dengan mobil berbahan bakar bensin atau juga setara dengan penurunan jejak karbon di Jakarta Selatan sebesar 0,17 persen.
Emisi yang diturunkan dari pemanfaatan rPET (recycled polyethylene terephthalate) adalah sekitar 122.268,7 ton CO2e, setara dengan emisi yang dihasilkan ketika menempuh perjalanan pulang pergi Jakarta - New York sebanyak 26.872 kali atau juga setara dengan penurunan jejak karbon di Jakarta Selatan sebesar 0,58 persen.
Apabila kemasan galon guna ulang tidak pernah ada, maka terdapat potensi kenaikan emisi karbon sebanyak 24.510 ton CO2e.
Dari sisi ekonomi, dampak nilai ekonomi akumulatif mencapai Rp1,22 triliun selama periode 2018 hingga 2021. Dampak ini setara dengan biaya modal pembangunan sekitar 2.225 Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dan pemberian bantuan edukasi Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk 453.000 siswa SD di seluruh Indonesia.
Secara akumulatif, pembentukan kesempatan kerja di Indonesia akan mengalami penurunan sekitar 40,1 ribu tenaga kerja selama periode 2018-2021 tanpa adanya Gerakan Bijak Berplastik. Dampak ini setara dengan 1,97 persen dari total tenaga kerja Indonesia di sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang.
Baca juga: Ada gerakan kolaborasi kelola sampah warga di pasar Jakarta Utara
Khusus untuk kemasan galon guna ulang, terdapat kontribusi sebesar Rp460 miliar terhadap PDB. Hal ini meliputi penciptaan lapangan kerja langsung (13.316) maupun tidak langsung (3.416). Hal ini di antaranya juga didorong oleh program AQUA Home Service (AHS).
Sementara itu, Bisuk menjelaskan dampak sosialnya adalah para responden punya pemahaman yang lebih baik terhadap bahaya sampah plastik, konsep 3R, pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah plastik, dan lebih banyak menerapkan perilaku gaya hidup berkelanjutan dibandingkan dengan kelompok responden non-partisipan.
Kemudian, sembilan dari 10 partisipan merasakan dampak ekonomi dari adanya berbagai program Bijak Berplastik, serta memiliki pemahaman lebih baik mengenai dampak dari pengurangan dan penanganan sampah plastik terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan dibandingkan dengan kelompok responden non-partisipan.
Sustainable Development Director Danone Indonesia Karyanto Wibowo mengatakan pihaknya bersyukur karena gerakan ini dapat memberikan inspirasi dan dampak yang positif kepada masyarakat, sekaligus memberikan kontribusi yang baik kepada kelestarian bumi kita.
"Kami juga terus berkomitmen untuk secara aktif mengajak lebih banyak lagi masyarakat sehingga tercipta ownership atau rasa memiliki yang tinggi dari pelaksanaan gerakan ini," tutup dia.
Baca juga: Undip: Pelibatan masyarakat penting kurangi volume sampah di TPA
Baca juga: DLH DKI uji coba produksi bahan bakar ramah lingkungan pada Oktober
Baca juga: Luhut ingin pastikan Bali bebas sampah saat puncak acara KTT G20
Peneliti Ekonomi Lingkungan LPEM-UI Bisuk Abraham Sisungkunon memaparkan dampaknya dibedakan dalam tiga kategori, yaitu dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial.
"Ini dijalankan melalui pendekatan survei dengan total 200 responden dan cakupan wilayah di DKI Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bali," kata Bisuk di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan studi, gerakan tersebut membuat jumlah sampah yang didaur ulang menjadi 17 persen lebih banyak, sehingga menurunkan jumlah sampah yang tetap berada di TPA sebesar 14 persen dan mengurangi volume sampah yang berakhir di ekosistem laut.
Baca juga: Inovasi "Mama Risa" wujudkan pengelolaan sampah mandiri di Lumajang
Gerakan ini juga diestimasi berkontribusi menurunkan jumlah sampah yang dibakar dan dapat menghindari emisi hingga mencapai 36.369 ton CO2, setara dengan penghematan emisi dari perjalanan 5.288 kali mengelilingi bumi dengan mobil berbahan bakar bensin atau juga setara dengan penurunan jejak karbon di Jakarta Selatan sebesar 0,17 persen.
Emisi yang diturunkan dari pemanfaatan rPET (recycled polyethylene terephthalate) adalah sekitar 122.268,7 ton CO2e, setara dengan emisi yang dihasilkan ketika menempuh perjalanan pulang pergi Jakarta - New York sebanyak 26.872 kali atau juga setara dengan penurunan jejak karbon di Jakarta Selatan sebesar 0,58 persen.
Apabila kemasan galon guna ulang tidak pernah ada, maka terdapat potensi kenaikan emisi karbon sebanyak 24.510 ton CO2e.
Dari sisi ekonomi, dampak nilai ekonomi akumulatif mencapai Rp1,22 triliun selama periode 2018 hingga 2021. Dampak ini setara dengan biaya modal pembangunan sekitar 2.225 Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dan pemberian bantuan edukasi Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk 453.000 siswa SD di seluruh Indonesia.
Secara akumulatif, pembentukan kesempatan kerja di Indonesia akan mengalami penurunan sekitar 40,1 ribu tenaga kerja selama periode 2018-2021 tanpa adanya Gerakan Bijak Berplastik. Dampak ini setara dengan 1,97 persen dari total tenaga kerja Indonesia di sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang.
Baca juga: Ada gerakan kolaborasi kelola sampah warga di pasar Jakarta Utara
Khusus untuk kemasan galon guna ulang, terdapat kontribusi sebesar Rp460 miliar terhadap PDB. Hal ini meliputi penciptaan lapangan kerja langsung (13.316) maupun tidak langsung (3.416). Hal ini di antaranya juga didorong oleh program AQUA Home Service (AHS).
Sementara itu, Bisuk menjelaskan dampak sosialnya adalah para responden punya pemahaman yang lebih baik terhadap bahaya sampah plastik, konsep 3R, pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah plastik, dan lebih banyak menerapkan perilaku gaya hidup berkelanjutan dibandingkan dengan kelompok responden non-partisipan.
Kemudian, sembilan dari 10 partisipan merasakan dampak ekonomi dari adanya berbagai program Bijak Berplastik, serta memiliki pemahaman lebih baik mengenai dampak dari pengurangan dan penanganan sampah plastik terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan dibandingkan dengan kelompok responden non-partisipan.
Sustainable Development Director Danone Indonesia Karyanto Wibowo mengatakan pihaknya bersyukur karena gerakan ini dapat memberikan inspirasi dan dampak yang positif kepada masyarakat, sekaligus memberikan kontribusi yang baik kepada kelestarian bumi kita.
"Kami juga terus berkomitmen untuk secara aktif mengajak lebih banyak lagi masyarakat sehingga tercipta ownership atau rasa memiliki yang tinggi dari pelaksanaan gerakan ini," tutup dia.
Baca juga: Undip: Pelibatan masyarakat penting kurangi volume sampah di TPA
Baca juga: DLH DKI uji coba produksi bahan bakar ramah lingkungan pada Oktober
Baca juga: Luhut ingin pastikan Bali bebas sampah saat puncak acara KTT G20
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: