Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia bertahan di posisi terendah dua tahun pada awal perdagangan Rabu pagi, setelah penguatan dolar AS, ketidakstabilan di pasar obligasi Inggris, dan data inflasi AS yang akan datang memicu sesi liar di Wall Street dan volatilitas lebih lanjut bagi investor.

Di Jepang, kepercayaan di antara produsen turun untuk bulan kedua berturut-turut, menurut jajak pendapat Reuters, mengirim dolar/yen di atas 146 untuk pertama kalinya sejak 1998. Indeks acuan Nikkei dibuka sedikit menguat 0,17 persen.

Jepang akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan di pasar valuta asing jika diperlukan dan tidak ada perubahan sikap negara sama sekali, kantor berita Jiji Press mengutip Menteri Keuangan Shunichi Suzuki mengatakan pada Rabu.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,04 persen, sementara indeks KOSPI Seoul turun tipis 0,08 persen dan indeks S&P/ASX 200 saham Australia terangkat 0,2 persen. Semalam, ada sedikit kabar baik yang bisa didapat.

Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan global 2023 dari 2,9 persen menjadi 2,7 persen, memperingatkan bahwa tekanan dari inflasi, energi yang didorong oleh perang dan krisis pangan, dan suku bunga yang lebih tinggi dapat mengarahkan dunia ke dalam resesi dan ketidakstabilan pasar keuangan.

Bank sentral Inggris (BoE) memperingatkan dana pensiun Inggris dan investor lain untuk mengatur rumah mereka pada Jumat (14/10/2022), ketika pihaknya akan mengakhiri program pembelian obligasi besar yang bertujuan untuk menenangkan pergerakan roller-coaster yang terlihat dalam obligasi pemerintah dan sterling dalam beberapa hari terakhir.

Peringatan tersebut, menjelang data inflasi AS pada Rabu dan Kamis (13/10/2022) yang diperkirakan akan menjaga The Fed pada jalur kenaikan suku bunga yang agresif, membuat saham-saham di Wall Street melemah.

Indeks S&P 500 dan Komposit Nasdaq masing-masing turun 0,65 persen dan 1,10 persen, meskipun Dow Jones Industrial Average berhasil ditutup naik 0,12 persen.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun merosot ke 3,9470 persen, setelah dibuka di 3,9510 persen.

Minyak mentah berjangka Brent turun 51 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 93,78 dolar AS per barel pada pukul 00.33 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 69 sen atau 0,8 persen menjadi diperdagangkan di 88,66 dolar AS per barel. Itu adalah penurunan harga ketiga berturut-turut karena investor khawatir tentang penurunan permintaan bahan bakar dan pengetatan pembatasan COVID-19 di China.

Harga emas spot turun 0,12 persen, menjadi diperdagangkan di 1.663,1 dolar AS per ounce.


Baca juga: Saham Asia jatuh, pasar khawatir suku bunga naik dan ekslasi perang
Baca juga: Pasar saham Asia berakhir jatuh, tertekan kekhawatiran resesi global
Baca juga: Saham Asia turun, tertekan kecemasan resesi global dan penguatan dolar