Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyayangkan keputusan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan para mitranya, yang secara kolektif dikenal dengan OPEC+, memangkas produksi minyak sebanyak 2 juta barel per hari mulai November 2022.

"Kita dikejutkan oleh keputusan yang diambil OPEC+ yang memotong produksi sehingga harga minyak bertahan di atas 90 dolar dolar AS," ujar Menko Airlangga Hartarto dalam acara BNI Investor Daily Summit 2022 di Jakarta, Selasa.

Dengan demikian, lanjutnya, kebijakan tersebut sangat berbanding terbalik dengan keputusan yang diharapkan oleh negara berkembang agar pasokan energi bisa adil dan terjangkau.

Baca juga: Harga minyak naik di Asia, OPEC+ setuju pangkas produksi 2 juta barel

Kebijakan pemangkasan produksi minyak itu, kata dia, juga menjadi perhatian bagi Indonesia yang sangat berpengaruh kepada subsidi energi. Oleh karena itu diperlukan kewaspadaan terhadap apa yang terjadi di dunia agar Indonesia bisa tetap tumbuh positif pada tahun depan.

Dunia saat ini masih dihadapi dengan ketidakpastian dan berbagai permasalahan yang belum pernah dihadapi sebelumnya, salah satunya perang Rusia dan Ukraina yang belum diketahui akan seberapa lama berlangsung.

Akibat perang kedua negara yang masih berlangsung, belum jelas pula langkah yang akan diambil oleh para produsen ke depannya, terutama di sektor energi. Maka dari itu, Menko Airlangga menilai dunia menghadapi situasi yang tidak mudah, karena adanya krisis di sektor pangan, energi, maupun keuangan.

"Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi inflasi global lebih tinggi, menjadi 8,3 persen di tahun 2022 dan ini akan terganggu akibat pasokan dan permintaan di berbagai negara," ucapnya.

Baca juga: Presiden Jokowi terima laporan Menkeu soal sulitnya ekonomi global

Dia mengungkapkan harga yang terus meningkat menjadi tantangan untuk menyikapi inflasi. Negara maju seperti Amerika Serikat (AS) sudah menanggapi inflasi yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir dengan menaikkan suku bunga acuan.

Oleh karenanya, kata dia, isu stagflasi dan resesi menjadi alarm bagi seluruh pembuat kebijakan di dunia akibat adanya gejolak tersebut. Beberapa negara pun mengalami perlambatan ekonomi, termasuk AS, Tiongkok, serta Rusia yang juga terkontraksi akibat perang.

Dalam menghadapi gejolak resesi, Menko Airlangga menekankan Indonesia harus terus bisa bertahan. Pemerintah terus menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat di tengah pemulihan ekonomi nasional.

Baca juga: Presiden serukan optimisme & waspada, 28 negara antre pertolongan IMF