MGMP nilai museum sudah dekatkan sejarah lewat cara kekinian
10 Oktober 2022 18:54 WIB
Ketua MGMP Sejarah SMK Provinsi DKI Jakarta Nurrahmah Mazria yang ditemui ANTARA usai Pameran Virtual Museum Kebangkitan Nasional 2022 di Jakarta, Senin (10/10/2022). ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti.
Jakarta (ANTARA) - Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) menilai bahwa museum sudah berhasil mendekatkan sejarah pada masyarakat lewat cara-cara yang kekinian dan sesuai dengan gaya pembelajaran serta kegemaran anak muda.
“Museum itu bisa digunakan sebagai media pembelajaran, kita tidak harus datang sekarang karena ada visual tour. Jadi ada beberapa museum yang sudah melakukan itu, saya melihat museum-museum di Jakarta sebetulnya sudah sangat bagus,” kata Ketua MGMP Sejarah SMK Provinsi DKI Jakarta Nurrahmah Mazria yang ditemui ANTARA usai Pameran Virtual Museum Kebangkitan Nasional 2022 di Jakarta, Senin.
Nurrahmah mengatakan banyak museum di Indonesia mulai melakukan gebrakan pasca pandemi COVID-19 berada dalam kondisi yang baik.
Berbagai penyesuaian yang memanfaatkan bantuan teknologi canggih, berhasil menarik banyak pengunjung datang untuk menikmati materi yang disajikan dengan modern dan berkeliling melihat benda peninggalan sejarah.
Salah satu contoh yang dirinya sebutkan adalah Museum Sangiran di Jawa Tengah, yang memanfaatkan bantuan tiga dimensi untuk menyampaikan sejarah manusia purba. Melalui teknologi itu, pengunjung dapat menikmati video materi dengan audio visual yang berkualitas serta dilihat dari berbagai sisi layar.
Baca juga: MGMP: Hari Museum Nasional momentum perkuat edukasi sejarah
Menurutnya, upaya yang dilakukan oleh pihak museum dapat meningkatkan minat belajar anak-anak yang saat ini memiliki gaya belajar yang senang bersentuhan langsung dengan objek pembelajarannya dan penyampaian menggunakan gambar.
“Kalau sudah divisualisasikan seperti itu anak-anak sekarang lebih suka, dibanding baca sendiri, dengan sistem seperti itu ya mudah-mudahan (sejarah dapat lebih gemar dipelajari) ya,” ujarnya.
Dengan gaya kekinian itu pula, ketertarikan siswa untuk datang ke museum dapat berubah dari yang semula hanya dianggap paksaan dari guru, menjadi kegemaran dan rasa tertarik yang timbul dari dalam dirinya sendiri.
Nurrahmah yang menjabat sebagai Bendahara Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) itu turut menjelaskan, kehadiran museum dapat membantu para guru sejarah mencari gaya pembelajaran yang menarik.
Misalnya tugas siswa yang mulanya hanya berupa projek kunjungan museum yang dituangkan dalam bentuk tulisan, kini jadi beragam karena dibuat dalam bentuk vlog maupun infografis langsung dari museum sebagai sumber informasi yang dikunjungi.
Guru SMK 25 Jakarta itu juga mengatakan, anak-anak kini mulai menyukai pergi ke museum karena banyak hal menarik yang dapat digali. Dirinya berharap sejarah tidak akan dilupakan oleh seluruh warga negara dan terus dipelajari sebagai wujud cinta Tanah Air.
“Begitu datang, feelnya pasti berbeda. ketika dia bicara soal STOVIA misalnya, itu mereka bisa melihat bangsal untuk para siswa dulu menginap atau bagaimana perasaannya pasti akan berbeda dibandingkan dia hanya sekadar baca buku saja,” ucap Nurrahmah.
Baca juga: Pemkab libatkan akademisi kembangkan Museum Kayu Sampit
“Museum itu bisa digunakan sebagai media pembelajaran, kita tidak harus datang sekarang karena ada visual tour. Jadi ada beberapa museum yang sudah melakukan itu, saya melihat museum-museum di Jakarta sebetulnya sudah sangat bagus,” kata Ketua MGMP Sejarah SMK Provinsi DKI Jakarta Nurrahmah Mazria yang ditemui ANTARA usai Pameran Virtual Museum Kebangkitan Nasional 2022 di Jakarta, Senin.
Nurrahmah mengatakan banyak museum di Indonesia mulai melakukan gebrakan pasca pandemi COVID-19 berada dalam kondisi yang baik.
Berbagai penyesuaian yang memanfaatkan bantuan teknologi canggih, berhasil menarik banyak pengunjung datang untuk menikmati materi yang disajikan dengan modern dan berkeliling melihat benda peninggalan sejarah.
Salah satu contoh yang dirinya sebutkan adalah Museum Sangiran di Jawa Tengah, yang memanfaatkan bantuan tiga dimensi untuk menyampaikan sejarah manusia purba. Melalui teknologi itu, pengunjung dapat menikmati video materi dengan audio visual yang berkualitas serta dilihat dari berbagai sisi layar.
Baca juga: MGMP: Hari Museum Nasional momentum perkuat edukasi sejarah
Menurutnya, upaya yang dilakukan oleh pihak museum dapat meningkatkan minat belajar anak-anak yang saat ini memiliki gaya belajar yang senang bersentuhan langsung dengan objek pembelajarannya dan penyampaian menggunakan gambar.
“Kalau sudah divisualisasikan seperti itu anak-anak sekarang lebih suka, dibanding baca sendiri, dengan sistem seperti itu ya mudah-mudahan (sejarah dapat lebih gemar dipelajari) ya,” ujarnya.
Dengan gaya kekinian itu pula, ketertarikan siswa untuk datang ke museum dapat berubah dari yang semula hanya dianggap paksaan dari guru, menjadi kegemaran dan rasa tertarik yang timbul dari dalam dirinya sendiri.
Nurrahmah yang menjabat sebagai Bendahara Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) itu turut menjelaskan, kehadiran museum dapat membantu para guru sejarah mencari gaya pembelajaran yang menarik.
Misalnya tugas siswa yang mulanya hanya berupa projek kunjungan museum yang dituangkan dalam bentuk tulisan, kini jadi beragam karena dibuat dalam bentuk vlog maupun infografis langsung dari museum sebagai sumber informasi yang dikunjungi.
Guru SMK 25 Jakarta itu juga mengatakan, anak-anak kini mulai menyukai pergi ke museum karena banyak hal menarik yang dapat digali. Dirinya berharap sejarah tidak akan dilupakan oleh seluruh warga negara dan terus dipelajari sebagai wujud cinta Tanah Air.
“Begitu datang, feelnya pasti berbeda. ketika dia bicara soal STOVIA misalnya, itu mereka bisa melihat bangsal untuk para siswa dulu menginap atau bagaimana perasaannya pasti akan berbeda dibandingkan dia hanya sekadar baca buku saja,” ucap Nurrahmah.
Baca juga: Pemkab libatkan akademisi kembangkan Museum Kayu Sampit
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: