Indonesia dorong dan promosikan pemanfaatan mineral kritis dalam CCOP
10 Oktober 2022 18:31 WIB
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelolo menyampaikan kata sambutan dalam forum The 58th Coordinating Committee for Geoscience Programmes in East and Southeast Asia (CCOP) Annual Session (58AS) dan 79th Steering Committee Meeting di Hotel Pullman, Bandung, Jawa Barat, Senin (10/10/2022). (ANTARA/HO-Badan Geologi)
Jakarta (ANTARA) - Indonesia saat ini menjadi tuan rumah The 58th Coordinating Committee for Geoscience Programmes in East and Southeast Asia (CCOP) Annual Session (58AS) dan 79th Steering Committee Meeting di Bandung, Jawa Barat, pada 9-13 Oktober 2022.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelolo mengatakan pemerintah Indonesia mendorong dan mempromosikan pemanfaatan mineral-mineral kritis sebagai kunci inovasi teknologi masa depan dalam forum internasional bertajuk 'Ilmu Kebumian untuk Transisi Energi di Asia Timur dan Tenggara' tersebut.
"Mengingat kondisi geologi negara-negara Asia dan Asia Timur yang sebagian besar merupakan daerah rawan bencana geologi, maka diperlukan kebijakan dan langkah-langkah pengamanan bersama dalam lingkup kerja sama CCOP," kata Eko dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Selain menghasilkan energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, Eko menuturkan mineral kritis juga dapat menghasilkan aneka produk yang berteknologi tinggi dan dapat mendukung kemandirian energi nasional, misalnya nikel, kobalt, litium yang dapat diolah menjadi baterai.
Pemerintah Indonesia melihat bahwa ilmu kebumian sangat dibutuhkan sebagai alat untuk mengidentifikasi risiko geologi yang berkaitan dengan pembangunan urban sebuah kota karena ilmu kebumian meliputi berbagai aspek kehidupan, termasuk manusia dan interaksinya dengan bumi.
Pertumbuhan kota urban yang sangat cepat dapat menyebabkan bencana geologi karena pembangunan infrastruktur yang masif, sehingga penyediaan studi geologis dapat menjadi referensi bagi para pemangku kepentingan untuk memformulasikan rencana strategis bagi pembangunan urban.
Studi geologis itu dapat menyajikan data dasar untuk tata ruang dan pembangunan urban, menyediakan materi masukan dan evaluasi untuk perencanaan tata ruang, khususnya yang berkaitan dengan aspek geologi.
Sekedar informasi, Annual Session dan Steering Committee Meeting CCOP diselenggarakan setiap tahun untuk menetapkan kebijakan dan prinsip yang akan mengatur pelaksanaan program-program ilmu kebumian yang telah dilaksanakan oleh masing-masing negara anggota dalam rangka menyusun rencana kerja tahun berikutnya sesuai dengan isu strategis ilmu kebumian yang berkembang khusus di Asia Timur dan Asia Tenggara maupun dalam lingkup global.
Saat ini CCOP terdiri atas 16 negara anggota yang terdiri atas Brunei Darussalam, Kamboja, China, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Thailand, Timor-Leste dan Vietnam.
Selain itu, CCOP juga didukung oleh 14 negara kerja sama yang terdiri atas Australia, Belgia, Kanada, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Belanda, Norwegia, Polandia, Rusia, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Baca juga: Indonesia-Korea Selatan jalin kerja sama pengembangan mineral kritis
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelolo mengatakan pemerintah Indonesia mendorong dan mempromosikan pemanfaatan mineral-mineral kritis sebagai kunci inovasi teknologi masa depan dalam forum internasional bertajuk 'Ilmu Kebumian untuk Transisi Energi di Asia Timur dan Tenggara' tersebut.
"Mengingat kondisi geologi negara-negara Asia dan Asia Timur yang sebagian besar merupakan daerah rawan bencana geologi, maka diperlukan kebijakan dan langkah-langkah pengamanan bersama dalam lingkup kerja sama CCOP," kata Eko dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Selain menghasilkan energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, Eko menuturkan mineral kritis juga dapat menghasilkan aneka produk yang berteknologi tinggi dan dapat mendukung kemandirian energi nasional, misalnya nikel, kobalt, litium yang dapat diolah menjadi baterai.
Pemerintah Indonesia melihat bahwa ilmu kebumian sangat dibutuhkan sebagai alat untuk mengidentifikasi risiko geologi yang berkaitan dengan pembangunan urban sebuah kota karena ilmu kebumian meliputi berbagai aspek kehidupan, termasuk manusia dan interaksinya dengan bumi.
Pertumbuhan kota urban yang sangat cepat dapat menyebabkan bencana geologi karena pembangunan infrastruktur yang masif, sehingga penyediaan studi geologis dapat menjadi referensi bagi para pemangku kepentingan untuk memformulasikan rencana strategis bagi pembangunan urban.
Studi geologis itu dapat menyajikan data dasar untuk tata ruang dan pembangunan urban, menyediakan materi masukan dan evaluasi untuk perencanaan tata ruang, khususnya yang berkaitan dengan aspek geologi.
Sekedar informasi, Annual Session dan Steering Committee Meeting CCOP diselenggarakan setiap tahun untuk menetapkan kebijakan dan prinsip yang akan mengatur pelaksanaan program-program ilmu kebumian yang telah dilaksanakan oleh masing-masing negara anggota dalam rangka menyusun rencana kerja tahun berikutnya sesuai dengan isu strategis ilmu kebumian yang berkembang khusus di Asia Timur dan Asia Tenggara maupun dalam lingkup global.
Saat ini CCOP terdiri atas 16 negara anggota yang terdiri atas Brunei Darussalam, Kamboja, China, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Thailand, Timor-Leste dan Vietnam.
Selain itu, CCOP juga didukung oleh 14 negara kerja sama yang terdiri atas Australia, Belgia, Kanada, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Belanda, Norwegia, Polandia, Rusia, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Baca juga: Indonesia-Korea Selatan jalin kerja sama pengembangan mineral kritis
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: