Jakarta (ANTARA) - Badan medis tertinggi Australia menolak keputusan untuk mencabut masa isolasi wajib COVID-19.

Asosiasi Medis Australia (Australian Medical Association/AMA) pada Jumat (7/10) mengatakan "terlalu dini" untuk mengambil langkah tersebut, seraya memperingatkan bahwa hal itu akan memicu gelombang baru infeksi virus corona.

Pada akhir September lalu, para pemimpin federal, negara bagian, dan teritori sepakat untuk mencabut persyaratan isolasi wajib untuk COVID-19, yang akan mulai berlaku pada 14 Oktober, dengan masing-masing yurisdiksi menerapkan perubahan tersebut melalui undang-undang kesehatan masyarakat terkait.

Mengomentari keputusan tersebut, Presiden AMA Steve Robson mengatakan dirinya "sangat khawatir" dengan munculnya gelombang baru.
"Semua indikasi menunjukkan bahwa kita berpotensi mengalami gelombang baru COVID," katanya kepada Australian Associated Press


"Kita sedang keluar dari salah satu gelombang terbesar COVID dan itu sangat membebani tenaga kerja rumah sakit serta menyebabkan keruwetan dan tumpukan pekerjaan yang sangat besar di rumah sakit yang saat ini harus ditangani.

"Jika kita mengalami gelombang baru selama musim liburan, maka itu akan menjadi kabar buruk bagi negara karena kita tidak dapat mengatasi tumpukan pekerjaan tersebut."

Departemen Kesehatan Australia pada Jumat mengumumkan pembaruan tentang tren mingguan COVID-19 nasional saat ini.

"Selama sepekan terakhir, 36.242 kasus COVID-19 dilaporkan di seluruh Australia, rata-rata 5.177 kasus per hari," kata departemen tersebut di situs webnya.

Jumlah kasus rawat inap rata-rata tujuh hari tercatat 1.548 kasus, demikian Xinhua dikutip Sabtu.