UI dampingi warga Desa Komodo selenggarakan 'Komodo Culture Festival'
7 Oktober 2022 19:39 WIB
Komodo Culture Festival di Desa Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 3-5 November 2022. (ANTARA/Foto: istimewa)
Depok (ANTARA) - Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia akan mendampingi warga Desa Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menyelengarakkan event internasional bertajuk "Komodo Culture Festival" pada 3-5 November 2022.
Tim Pengabdian masyarakat UI di Desa Komodo ini dilaksanakan oleh beberapa tim dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Tim terdiri dari Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum., Dr. Taufik Asmiyanto, M.Si., Dr. Hendra Kaprisma, S.Hum., Murni Wudyastuti, M.Hum., dan Dwi Kristianto, S.Hut, M.Kesos.
"Tim secara bersama mendampingi dalam melakukan perencanaan, persiapan dan pelaksanaan event budaya berkelas internasional, Komodo Culture Festival 2022 ini," kata Perwakilan tim, Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum., dalam keterangannya, Jumat.
Bondan yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB UI) ini menyampaikan bahwa penyelenggaraan kegiatan festival budaya dengan nama Komodo Culture Festival ini bertujuan untuk mempromosikan sekaligus mengembangkan pariwisata di wilayah Manggarai Barat.
Diharapkan Komodo Culture Festival dapat menjadi festival tahunan sehingga dapat terus mempromosikan Desa Komodo sebagai Destinasi Wisata Budaya. Karena itu dalam penyelenggaraan kegiatan Festival ini, Tim Pengmas UI akan melibatkan seluruh stakeholder kepariwisataan di kawasan Labuan Bajo, meliputi trevel agency, transportasi dan kapal pesiar, serta UMKM yang bergerak dalam bidang wisata.
"Event ini ditujukan untuk memperkenalkan Desa Komodo sebagai Desa wisata budaya di kawasan Taman Nasional Komodo. Sebagai sebuah desa wisata budaya, desa Komodo memiliki dan melestarikan ratusan cerita rakyat yang sampai saat ini masih dituturkan oleh masyarakatnya," katanya.
Salah satu legenda yang sangat mempengaruhi alam pikir, pola hidup dan masih diyakini oleh masyarakat Desa Komodo adalah mengenai asal usul keberadaan mereka.
Sebuah cerita yang mengisahkan seorang perempuan yang melahirkan bayi kembar, satu berwujud manusia dan kembarannya berbentuk satwa komodo. Kedua anak kembar ini, hingga sekarang terus beranak-pinak di pulau tersebut.
Meskipun mereka berbeda penampilan, namun mereka saling menjaga dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hal ini terbukti bahwa sampai saat ini mereka dapat hidup berdampingan secara damai.
Sementara itu Kepala desa Komodo, H. Aksan berharap dijadikannya Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super prioritas (DPSP), tentu akan berdampak pada perekonomian masyarakat sekitarnya. Salah satunya adalah masyarakat Desa Komodo, yang sejak tahun 2013 ditetapkan sebagai Desa wisata.
"Kami sangat bersyukur di tengah upaya kami mengembangkan pariwisata desa, hadir tim Pengmas Universitas Indonesia yang mendampingi dalam menyiapkan dan melaksanakan kegiatan Komodo Culture Festival. Kegiatan ini merupakan upaya kami dalam mengangkat kembali tradisi dan budaya serta perekonomian masyarakat desa Komodo," ujarnya.
Baca juga: UI jadi tuan rumah kongres komunitas bioteknologi Asia di Bali
Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Lukita Awang Nistyantara, S.Hut., M.Si. mengatakan kami merasa terbantu dengan hadirnya Tim Pengmas UI di Desa Komodo dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa melalui kegiatan kepariwisataan.
"Desa Komodo harus terus berbenah agar desa ini layak mendapatkan predikat sebagai desa wisata berbasis budaya," ujarnya.
Ketua pelaksana Komodo Culture Festival, Muhammad Sidik, menyampaikan acara ini akan diselenggarakan selama 3 hari berturut-turut,dari tanggal 3 sampai 5 November 2022 dengan berbagai kegiatan antara lain Upacara Ritual Persembahan untuk Leluhur Masyarakat Desa Komodo, Etnic Parade, Maritim Culture, Bazar kuliner dan souvenir, Live Music.
Etnic Parade berisi berbagai seni tradisi masyarakat Komodo seperti: Tari Alugere, Atraksi pencak silat, Tradisi Kolo kamba dan traditional games. Sementara Maritim Culture berisi berbagai kegiatan dan lomba-lomba berbasis tradisi maritime seperti perahu layar, lomba perahu katiting, olah raga renang di laut dan panitia juga berencana menyelengarakan lomba foto bawah laut.
Festival ini juga akan diramaikan dengan pasar rakyat dimana disana wisatawan akan dapat menikmati aneka kuliner makanan khas Komodo dan berbagai souvenir asli komodo.
Sementara malam hari peserta atau wisatawan akan dapat menikmati alunan musik dengan beberapa penyanyi kenamaan dari Labuan Bajo sambil menikmati indahnya panorama pemandangan laut di malam hari dari bukit belakang Desa Komodo dimana berbagai rangkaian kegiatan ini akan diselenggarakan.
Sementara puncak acara dalam kegiatan ini adalah ritual persembahan. Ada dua upacara ritual yang biasa dilakukan oleh warga Komodo yaitu upacara persembahan untuk satwa Komodo dan upacara persembahan kepada leluhur orang Komodo.
Upacara persembahan untuk Komodo ini adalah ucap syukur dan doá kepada Allah SWT bahwa mereka telah dilahirkan kembar dengan satwa Komodo doá tesebut dipanjatkan agar warga komodo dapat hidup berdampingan dengan satwa Komodo selamanya.
Sementara Upacara Persembahan Kepada Leluhur adalah upacara persembahan yang ditujukan untuk menghormati leluhur atas jasa-jasa mereka menjaga Pulau Komodo hingga saat ini orang Komodo masih dapat tinggal di Pulau Komodo ini.
Baca juga: FIK UI edukasi warga Manggarai Barat reduksi stigma pada ODGJ
Tim Pengabdian masyarakat UI di Desa Komodo ini dilaksanakan oleh beberapa tim dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Tim terdiri dari Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum., Dr. Taufik Asmiyanto, M.Si., Dr. Hendra Kaprisma, S.Hum., Murni Wudyastuti, M.Hum., dan Dwi Kristianto, S.Hut, M.Kesos.
"Tim secara bersama mendampingi dalam melakukan perencanaan, persiapan dan pelaksanaan event budaya berkelas internasional, Komodo Culture Festival 2022 ini," kata Perwakilan tim, Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum., dalam keterangannya, Jumat.
Bondan yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB UI) ini menyampaikan bahwa penyelenggaraan kegiatan festival budaya dengan nama Komodo Culture Festival ini bertujuan untuk mempromosikan sekaligus mengembangkan pariwisata di wilayah Manggarai Barat.
Diharapkan Komodo Culture Festival dapat menjadi festival tahunan sehingga dapat terus mempromosikan Desa Komodo sebagai Destinasi Wisata Budaya. Karena itu dalam penyelenggaraan kegiatan Festival ini, Tim Pengmas UI akan melibatkan seluruh stakeholder kepariwisataan di kawasan Labuan Bajo, meliputi trevel agency, transportasi dan kapal pesiar, serta UMKM yang bergerak dalam bidang wisata.
"Event ini ditujukan untuk memperkenalkan Desa Komodo sebagai Desa wisata budaya di kawasan Taman Nasional Komodo. Sebagai sebuah desa wisata budaya, desa Komodo memiliki dan melestarikan ratusan cerita rakyat yang sampai saat ini masih dituturkan oleh masyarakatnya," katanya.
Salah satu legenda yang sangat mempengaruhi alam pikir, pola hidup dan masih diyakini oleh masyarakat Desa Komodo adalah mengenai asal usul keberadaan mereka.
Sebuah cerita yang mengisahkan seorang perempuan yang melahirkan bayi kembar, satu berwujud manusia dan kembarannya berbentuk satwa komodo. Kedua anak kembar ini, hingga sekarang terus beranak-pinak di pulau tersebut.
Meskipun mereka berbeda penampilan, namun mereka saling menjaga dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hal ini terbukti bahwa sampai saat ini mereka dapat hidup berdampingan secara damai.
Sementara itu Kepala desa Komodo, H. Aksan berharap dijadikannya Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super prioritas (DPSP), tentu akan berdampak pada perekonomian masyarakat sekitarnya. Salah satunya adalah masyarakat Desa Komodo, yang sejak tahun 2013 ditetapkan sebagai Desa wisata.
"Kami sangat bersyukur di tengah upaya kami mengembangkan pariwisata desa, hadir tim Pengmas Universitas Indonesia yang mendampingi dalam menyiapkan dan melaksanakan kegiatan Komodo Culture Festival. Kegiatan ini merupakan upaya kami dalam mengangkat kembali tradisi dan budaya serta perekonomian masyarakat desa Komodo," ujarnya.
Baca juga: UI jadi tuan rumah kongres komunitas bioteknologi Asia di Bali
Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Lukita Awang Nistyantara, S.Hut., M.Si. mengatakan kami merasa terbantu dengan hadirnya Tim Pengmas UI di Desa Komodo dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa melalui kegiatan kepariwisataan.
"Desa Komodo harus terus berbenah agar desa ini layak mendapatkan predikat sebagai desa wisata berbasis budaya," ujarnya.
Ketua pelaksana Komodo Culture Festival, Muhammad Sidik, menyampaikan acara ini akan diselenggarakan selama 3 hari berturut-turut,dari tanggal 3 sampai 5 November 2022 dengan berbagai kegiatan antara lain Upacara Ritual Persembahan untuk Leluhur Masyarakat Desa Komodo, Etnic Parade, Maritim Culture, Bazar kuliner dan souvenir, Live Music.
Etnic Parade berisi berbagai seni tradisi masyarakat Komodo seperti: Tari Alugere, Atraksi pencak silat, Tradisi Kolo kamba dan traditional games. Sementara Maritim Culture berisi berbagai kegiatan dan lomba-lomba berbasis tradisi maritime seperti perahu layar, lomba perahu katiting, olah raga renang di laut dan panitia juga berencana menyelengarakan lomba foto bawah laut.
Festival ini juga akan diramaikan dengan pasar rakyat dimana disana wisatawan akan dapat menikmati aneka kuliner makanan khas Komodo dan berbagai souvenir asli komodo.
Sementara malam hari peserta atau wisatawan akan dapat menikmati alunan musik dengan beberapa penyanyi kenamaan dari Labuan Bajo sambil menikmati indahnya panorama pemandangan laut di malam hari dari bukit belakang Desa Komodo dimana berbagai rangkaian kegiatan ini akan diselenggarakan.
Sementara puncak acara dalam kegiatan ini adalah ritual persembahan. Ada dua upacara ritual yang biasa dilakukan oleh warga Komodo yaitu upacara persembahan untuk satwa Komodo dan upacara persembahan kepada leluhur orang Komodo.
Upacara persembahan untuk Komodo ini adalah ucap syukur dan doá kepada Allah SWT bahwa mereka telah dilahirkan kembar dengan satwa Komodo doá tesebut dipanjatkan agar warga komodo dapat hidup berdampingan dengan satwa Komodo selamanya.
Sementara Upacara Persembahan Kepada Leluhur adalah upacara persembahan yang ditujukan untuk menghormati leluhur atas jasa-jasa mereka menjaga Pulau Komodo hingga saat ini orang Komodo masih dapat tinggal di Pulau Komodo ini.
Baca juga: FIK UI edukasi warga Manggarai Barat reduksi stigma pada ODGJ
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: