Jakarta (ANTARA) - Sejumlah asosiasi konsumen berharap adanya perluasan akses informasi yang komprehensif dan akurat terkait hasil kajian ilmiah tembakau alternatif guna mencegah misinformasi sekaligus mengurangi pravalensi merokok di Indonesia.
Ketua Aliansi Vaper Indonesia (AVI) Johan Sumantri menjelaskan, perokok dewasa memerlukan akses informasi tembakau alternatif yang lebih luas dan didukung kajian ilmiah dengan menggandeng akademisi, praktisi kesehatan, serta pelaku industri untuk memberikan keyakinan kepada mereka untuk beralih atau berhenti merokok sepenuhnya.
"Segera lakukan kajian ilmiah dengan menunjukkan hasilnya kepada masyarakat,” kata Johan, Jumat.
Baca juga: Informasi valid produk alternatif bisa kurangi pravalensi merokok
Johan meneruskan, kajian ilmiah terhadap produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, maupun kantong nikotin, sudah banyak dilakukan baik di dalam maupun luar negeri, namun belum terdistribusi dengan baik kepada publik. Untuk itu, ia berharap segenap stakeholder duduk bersama pemerintah untuk merumuskan bagaimana cara menyampaikan hasil kajian itu kepada masyarakat.
“Untuk tahap awal cukup duduk bersama dengan pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan,” ucapnya.
Johan khawatir lantaran belum adanya informasi berlandaskan hasil kajian ilmiah, akan berpengaruh besar terhadap upaya dalam menurunkan prevalensi perokok. Perokok dewasa bakal tetap dengan kebiasaannya karena minimnya informasi akurat mengenai produk tembakau alternatif yang telah terbukti memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok.
Padahal, berdasarkan data yang telah dipublikasikan Public Health England, divisi dalam Departemen Kesehatan dan Pelayanan Sosial di Inggris, pada Februari 2021 lalu menunjukkan bahwa produk tembakau alternatif sangat efektif membantu dalam menurunkan jumlah perokok secara signifikan.
Baca juga: Masindo: Perokok dewasa berhak dapatkan informasi tembakau alternatif
Pada 2020 lalu, sebanyak 27,2 persen orang menggunakan produk tembakau alternatif sebagai bantuan untuk beralih dari rokok dalam kurun waktu 12 bulan dibandingkan dengan 1,5 persen orang yang menggunakan terapi pengganti nikotin dan 4,4 persen yang menggunakan obat varenicline.
“Jika informasi akan keberadaan produk ini terus tersamarkan, maka angka prevalensi perokok aktif di Indonesia akan sulit mengalami penurunan,” ucap Johan.
Ketua Asosiasi Konsumsi Vape Indonesia (AKVINDO) Paido Siahaan menambahkan, prevalensi perokok di Indonesia akan sulit untuk ditekan apabila perokok dewasa tidak mendapatkan informasi akurat dan akses.
“Tujuan kami untuk memberikan pilihan yang lebih baik terhadap 69 juta perokok di Indonesia akan terganggu. Secara jangka panjang ini akan menjadi beban bagi negara,” ujarnya.
Baca juga: Asosiasi dukung perluasan akses informasi kajian tembakau alternatif
Baca juga: Peneliti sebut Indonesia perlu riset kolaboratif tembakau alternatif
Baca juga: Asosiasi sebut tembakau alternatif perlu aturan terpisah dari rokok
Asosiasi harap perluasan akses informasi akurat tembakau alternatif
7 Oktober 2022 17:21 WIB
Ilustrasi menolak rokok. (Pixabay)
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: