Pasar saham Asia berakhir jatuh, tertekan kekhawatiran resesi global
7 Oktober 2022 16:26 WIB
Ilustrasi: Seorang pria mengenakan masker wajah pelindung COVID-19 berdiri di depan papan listrik yang menunjukkan Nikkei (atas di C) dan indeks saham negara lain di luar broker di distrik bisnis di Tokyo, Jepang. ANTARA/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/aa.
Tokyo (ANTARA) - Saham-saham Asia berakhir melemah pada Jumat, memperpanjang penurunan ekuitas global ke hari ketiga, karena investor khawatir atas risiko resesi di tengah tanda-tanda pengetatan kebijakan bank-bank sentral yang agresif lebih lanjut dan tanda-tanda baru kemerosotan semikonduktor yang mendalam.
Dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah tetap tinggi setelah beberapa pejabat Federal Reserve (Fed) terus membicarakan kenaikan suku bunga tambahan menjelang laporan pekerjaan penting AS di kemudian hari, sementara kenaikan harga minyak mentah menambah kekhawatiran tentang inflasi yang berkepanjangan.
Indeks Nikkei Jepang berakhir merosot 0,71 persen, mundur dari tertinggi dua minggu yang dicapai pada Kamis (6/10/2022), dengan kerugian saham-saham teknologi ternama paling menonjol setelah pembuat chip AS Advanced Micro Devices memangkas perkiraan pendapatan kuartalannya sekitar satu miliar dolar.
KOSPI Korea Selatan tergelincir 0,22 persen pada akhir perdagangan, sebagian terbebani oleh penurunan saham Samsung Electronics, setelah raksasa teknologi itu mengisyaratkan penurunan laba operasional kuartalan yang lebih buruk dari perkiraan sebesar 32 persen.
Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup jatuh 1,51 persen, dengan saham teknologinya jatuh 3,22 persen. Sementara saham China Daratan tetap ditutup untuk hari terakhir liburan Golden Week.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik juga kehilangan 1,18 persen.
Penjualan ekuitas tampaknya akan berlanjut di Eropa, dengan Indeks DAX berjangka Jerman turun 0,33 persen dan FTSE berjangka turun 0,26 persen.
E-mini S&P500 berjangka AS menunjukkan 0,23 persen lebih rendah, setelah indeks turun 1,0 persen semalam.
Baca juga: Saham Asia turun, tertekan kecemasan resesi global dan penguatan dolar
Pejabat The Fed tidak menunjukkan niat untuk mundur dari kampanye kenaikan suku bunga paling agresif dalam beberapa dekade, dengan Gubernur The Fed Lisa Cook, Presiden The Fed Chicago Charles Evans, dan Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari semuanya menekankan pertarungan inflasi sedang berlangsung dan mereka belum siap untuk berubah haluan.
Saham-saham memulai minggu ini dengan pijakan yang kuat, dengan indeks ekuitas dunia MSCI reli 5,65 persen dalam dua hari pertama di tengah spekulasi bahwa laju pengetatan bank sentral mungkin melambat, tetapi itu telah gagal sejak Rabu (5/10/2022).
Pasar saat ini memperkirakan peluang 85,5 persen untuk kenaikan 75 basis poin dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan depan, dan peluang 14,5 persen untuk kenaikan setengah poin.
Investor sekarang akan melihat ke laporan data Penggajian Non-Pertanian (NFP) pada Jumat untuk kejelasan, apakah kenaikan suku bunga yang stabil telah mulai mengurangi inflasi perekrutan dan upah.
"Komentar hawkish yang sedang berlangsung oleh pejabat Fed (adalah) dorongan balik yang jelas pada narasi 'Fed akan berubah haluan' yang telah mendukung aset-aset berisiko sejak awal pekan," kata Kepala Ekonomi Pasar National Australia Bank, Tapas Strickland.
"Beberapa posisi menjelang data penggajian AS malam ini juga mungkin merupakan faktor. Mengingat reli aset-aset berisiko awal pekan ini, perdagangan yang menyakitkan tampaknya akan menjadi 'kabar baik adalah berita buruk'."
Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan berada di 3,8266 persen di perdagangan Tokyo, sedikit berubah dari penutupan New York setelah rebound dua hari dari level terendah dua minggu di 3,5620 persen.
Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, sedikit berubah di 112,16 menyusul reli dua hari 1,84 persen dari level terendah dua minggu.
Baca juga: Dolar menguat di Asia, fokus pasar beralih ke data pekerjaan AS
"Klien telah bertanya apakah kami memperkirakan perubahan sikap dari Fed mengingat ... pergerakan aset-aset berisiko yang tajam," kata Analis BofA Securities, Meghan Swiber, dalam sebuah laporan.
"Kami pikir kekhawatiran ini salah tempat dan tugas The Fed masih jauh dari selesai. The Fed akan terus mendaki sampai pasar tenaga kerja pecah."
Sterling merosot di dekat level terendah minggu ini, terakhir berpindah tangan di 1,1170 dolar, sementara euro merosot ke level terendah sejak Senin di 0,9787 dolar AS dan terakhir di 0,988005 dolar.
Yen Jepang melemah melewati 145 lagi semalam dan berfluktuasi di sekitar level itu pada perdagangan Jumat. Otoritas Jepang melakukan intervensi untuk mendukung mata uang mereka untuk pertama kalinya sejak 1998 pada 22 September setelah menembus level 145.
Minyak mentah pada Jumat stabil setelah kenaikan cepat yang dipicu oleh pengurangan produksi OPEC+ yang diumumkan minggu ini.
Minyak mentah berjangka Brent turun 11 sen menjadi 94,31 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka WTI turun 5 sen menjadi 88,40 dolar AS per barel, setelah sebelumnya mencapai 89,37 dolar AS per barel, tertinggi sejak 14 September.
Baca juga: Harga minyak Asia jatuh, dipicu dolar kuat jelang rilis pekerjaan AS
Dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah tetap tinggi setelah beberapa pejabat Federal Reserve (Fed) terus membicarakan kenaikan suku bunga tambahan menjelang laporan pekerjaan penting AS di kemudian hari, sementara kenaikan harga minyak mentah menambah kekhawatiran tentang inflasi yang berkepanjangan.
Indeks Nikkei Jepang berakhir merosot 0,71 persen, mundur dari tertinggi dua minggu yang dicapai pada Kamis (6/10/2022), dengan kerugian saham-saham teknologi ternama paling menonjol setelah pembuat chip AS Advanced Micro Devices memangkas perkiraan pendapatan kuartalannya sekitar satu miliar dolar.
KOSPI Korea Selatan tergelincir 0,22 persen pada akhir perdagangan, sebagian terbebani oleh penurunan saham Samsung Electronics, setelah raksasa teknologi itu mengisyaratkan penurunan laba operasional kuartalan yang lebih buruk dari perkiraan sebesar 32 persen.
Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup jatuh 1,51 persen, dengan saham teknologinya jatuh 3,22 persen. Sementara saham China Daratan tetap ditutup untuk hari terakhir liburan Golden Week.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik juga kehilangan 1,18 persen.
Penjualan ekuitas tampaknya akan berlanjut di Eropa, dengan Indeks DAX berjangka Jerman turun 0,33 persen dan FTSE berjangka turun 0,26 persen.
E-mini S&P500 berjangka AS menunjukkan 0,23 persen lebih rendah, setelah indeks turun 1,0 persen semalam.
Baca juga: Saham Asia turun, tertekan kecemasan resesi global dan penguatan dolar
Pejabat The Fed tidak menunjukkan niat untuk mundur dari kampanye kenaikan suku bunga paling agresif dalam beberapa dekade, dengan Gubernur The Fed Lisa Cook, Presiden The Fed Chicago Charles Evans, dan Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari semuanya menekankan pertarungan inflasi sedang berlangsung dan mereka belum siap untuk berubah haluan.
Saham-saham memulai minggu ini dengan pijakan yang kuat, dengan indeks ekuitas dunia MSCI reli 5,65 persen dalam dua hari pertama di tengah spekulasi bahwa laju pengetatan bank sentral mungkin melambat, tetapi itu telah gagal sejak Rabu (5/10/2022).
Pasar saat ini memperkirakan peluang 85,5 persen untuk kenaikan 75 basis poin dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan depan, dan peluang 14,5 persen untuk kenaikan setengah poin.
Investor sekarang akan melihat ke laporan data Penggajian Non-Pertanian (NFP) pada Jumat untuk kejelasan, apakah kenaikan suku bunga yang stabil telah mulai mengurangi inflasi perekrutan dan upah.
"Komentar hawkish yang sedang berlangsung oleh pejabat Fed (adalah) dorongan balik yang jelas pada narasi 'Fed akan berubah haluan' yang telah mendukung aset-aset berisiko sejak awal pekan," kata Kepala Ekonomi Pasar National Australia Bank, Tapas Strickland.
"Beberapa posisi menjelang data penggajian AS malam ini juga mungkin merupakan faktor. Mengingat reli aset-aset berisiko awal pekan ini, perdagangan yang menyakitkan tampaknya akan menjadi 'kabar baik adalah berita buruk'."
Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan berada di 3,8266 persen di perdagangan Tokyo, sedikit berubah dari penutupan New York setelah rebound dua hari dari level terendah dua minggu di 3,5620 persen.
Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, sedikit berubah di 112,16 menyusul reli dua hari 1,84 persen dari level terendah dua minggu.
Baca juga: Dolar menguat di Asia, fokus pasar beralih ke data pekerjaan AS
"Klien telah bertanya apakah kami memperkirakan perubahan sikap dari Fed mengingat ... pergerakan aset-aset berisiko yang tajam," kata Analis BofA Securities, Meghan Swiber, dalam sebuah laporan.
"Kami pikir kekhawatiran ini salah tempat dan tugas The Fed masih jauh dari selesai. The Fed akan terus mendaki sampai pasar tenaga kerja pecah."
Sterling merosot di dekat level terendah minggu ini, terakhir berpindah tangan di 1,1170 dolar, sementara euro merosot ke level terendah sejak Senin di 0,9787 dolar AS dan terakhir di 0,988005 dolar.
Yen Jepang melemah melewati 145 lagi semalam dan berfluktuasi di sekitar level itu pada perdagangan Jumat. Otoritas Jepang melakukan intervensi untuk mendukung mata uang mereka untuk pertama kalinya sejak 1998 pada 22 September setelah menembus level 145.
Minyak mentah pada Jumat stabil setelah kenaikan cepat yang dipicu oleh pengurangan produksi OPEC+ yang diumumkan minggu ini.
Minyak mentah berjangka Brent turun 11 sen menjadi 94,31 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka WTI turun 5 sen menjadi 88,40 dolar AS per barel, setelah sebelumnya mencapai 89,37 dolar AS per barel, tertinggi sejak 14 September.
Baca juga: Harga minyak Asia jatuh, dipicu dolar kuat jelang rilis pekerjaan AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: