Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis mata konsultan neuro-oftalmologi dr. Syntia Nusanti, Sp.M(K), M.Pd.Ked mengatakan penglihatan dapat menjadi buram, baik secara perlahan-lahan maupun mendadak, karena keracunan zat kimia tertentu.

“Intoksikasi pada saraf penglihatan atau retina ini bisa dialami secara perlahan-lahan maupun secara mendadak yang bisa disebabkan oleh obat-obatan atau substansi lain yang berpotensi untuk merusak saraf mata, contohnya toluen dan metanol,” kata dokter dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat.

Menurut Syntia, penurunan tajam penglihatan yang terjadi secara perlahan-lahan biasanya disebabkan oleh zat kimia tertentu seperti toluen pada lem. Selain itu, ada pula obat-obatan seperti etambutol, isoniazid, linezolid yang dikonsumsi penderita tuberkulosis; serta obat-obatan lainnya.

Meski demikian, Syntia mengatakan obat-obatan tersebut memiliki prevalensi yang sangat sedikit untuk terjadinya intoksikasi mata sehingga tidak setiap orang yang mengonsumsi obat itu akan menjadi buram pada penglihatannya.

Baca juga: Kemenkes: Penyebab kebutaan tertinggi di Indonesia adalah katarak

Baca juga: Dokter: Myopia pada anak bisa dicegah dengan aktivitas luar ruang


“Banyak hal yang mempengaruhi obat-obatan bisa menyebabkan buram. Yang pertama biasanya dosis obatnya ada toleransi obat. Kedua, keadaan nutrisi pasien. Ketiga, keadaan fungsi ginjalnya. Jadi tidak semua pasien yang menggunakan obat tersebut akan menjadi buram,” katanya.

Sementara itu, pada keburaman penglihatan yang terjadi secara mendadak seringkali disebabkan oleh zat metanol yang salah satunya terkandung dalam minuman keras (miras) oplosan. Syntia mengatakan pasien yang mengonsumsi minuman oplosan biasanya akan datang ke dokter dengan keluhan mual, buram mendadak, dan penglihatan yang sangat kurang baik.

Berbeda dengan miras oplosan, menurut Syntia, alkohol yang disuling dengan baik biasanya tidak menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang secara mendadak.

Meski demikian, alkohol juga secara perlahan-lahan akan mengurangi kemampuan penglihatan meskipun terjadi dalam waktu jangka panjang. Selain alkohol, rokok juga dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang secara perlahan.

Syntia menegaskan pentingnya individu untuk menyadari kondisi penglihatan dengan membandingkan tajam penglihatan antara mata kiri dan kanan sehingga penurunan fungsi dapat terdeteksi sejak awal.

“Yang pasti perlu diperhatikan gejala dan tanda klinis yang paling sering dialami oleh pasien kalau di awal adalah penurunan kemampuan penglihatan warna dan sensitivitas terhadap kontras. Makin lanjut, pasien akan merasakan penurunan tajam penglihatan,” katanya.

Pada pasien yang mengonsumsi obat-obatan dengan potensi terjadinya intoksikasi, Syntia mengatakan alangkah baiknya apabila dilakukan skrining sebelum dan selama penggunaan obat. Biasanya dokter yang memberikan obat-obatan itu juga akan memberi edukasi mengenai risiko yang mungkin timbul.

“Untuk pengguna alkohol dan perokok, tentu saja nasihat saya adalah menghentikan penggunaannya. Terutama alkohol oplosan, sudah pasti tidak boleh karena tidak saja pada mata, tapi nyawa Anda mungkin akan terancam dan itu proses pengembalian penglihatannya akan sulit sekali,” katanya.

Syntia mengatakan suplemen bantuan nantinya dapat diberikan pada pasien untuk memperbaiki tajam penglihatan. Dalam kasus ringan, keburaman pada penglihatan dapat sembuh walau membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

“Tentu saja kesabaran Anda diperlukan karena pada keadaan intoksikasi ini penglihatan tidak bisa (langsung) kembali, seperti pada katarak, dioperasi besoknya (penglihatan) terang. Tapi untuk keadaan-keadaan seperti ini butuh waktu untuk perbaikan saraf penglihatan dan umumnya tidak bisa sampai seperti sebelum terjadi intoksikasi,” katanya.*

Baca juga: Teknik 20-20-20 bisa atasi ketegangan mata usai menatap layar

Baca juga: Dokter sarankan orang tua periksakan mata anak sejak dini