Dokter: Ketahui gejala sisa setelah anak sembuh dari meningitis
6 Oktober 2022 21:56 WIB
Kasus meningitis (infeksi selaput otak) pada Nur Aisyah Ramadhani yang tergeletak tak berdaya karena lumpuh di kediaman kawasan Sei air Tawar 29 Ilir Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (11/5). Aisyah (7) telah menderita kelumpuhan tersebut selama enam bulan dan hingga kini masih menunggu bantuan pemerintah. (Antarasumsel.com/Feny Selly/16/den)
Jakarta (ANTARA) - Ahli neurologi anak dr. Roy Amardiyanto, Sp.A(K) mengatakan orang tua perlu mengetahui gejala sisa yang mungkin dapat muncul setelah anak penderita meningitis dinyatakan sembuh.
“Ini penyakit yang bisa disembuhkan karena penyakit infeksi. Asalkan obatnya tepat, maka kita harapkan bisa sembuh. Perhitungannya antara 70-80 persen anak akan sembuh. Hanya saja (yang menjadi masalah) bergejala sisa atau tidak,” kata Ketua Unit Kerja Neurologi (UKK) Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang DKI Jakarta dalam diskusi virtual, Jakarta, Kamis.
Dokter yang akrab disapa Amar itu mengatakan bahwa meningitis atau radang selaput otak merupakan penyakit infeksi yang berat. Meningitis bisa terjadi karena infeksi bakteri, virus, tuberkulosis, atau jamur yang masuk melalui pembuluh darah. Infeksi juga bisa terjadi secara langsung melalui luka pada cedera kepala.
Menurut penelitian, lebih dari 20-30 persen anak yang terkena meningitis dapat meninggal dunia. Jika terpapar dan berhasil selamat, maka 50 persen akan bergejala sisa atau mengalami gangguan perkembangan.
Baca juga: Dokter sebut gejala meningitis pada anak butuh kewaspadaan khusus
Baca juga: Dinkes Jabar gandeng Bio Farma terkait vaksin meningitis jamaah umrah
“Mungkin yang perlu diketahui adalah ada yang namanya gejala sisa. Ini yang kadang-kadang dipikir anaknya belum sembuh (dari meningitis),” kata Amar.
Ia mengingatkan bahwa selaput otak merupakan lapisan yang membungkus dan melindungi otak. Infeksi pada selaput tersebut mungkin telah sembuh, akan tetapi risiko kerusakan otak juga perlu diwaspadai mengingat letak antara selaput dan otak sangat berdekatan.
Gejala sisa setelah anak sembuh dari meningitis dapat bervariasi. Salah satu contoh kasus yang dijumpai Amar yaitu tubuh anak menjadi kaku sehingga hanya bisa berbaring. Amar mengatakan anak dengan kasus demikian maka dapat dibantu dengan fisioterapi dengan harapan anak dapat melakukan mobilitas yang lebih baik.
“Anaknya sudah sembuh tapi bergejala sisa, (misal) badannya jadi kaku. Anaknya sudah sembuh, tapi ternyata matanya jadi tidak bisa melihat. Anaknya sudah sembuh, tapi ternyata pendengarannya jadi tidak respon. Nah, itu adalah gejala-gejala sisa. Itu berbeda penanganannya, nanti dengan cara khusus bergantung kasusnya,” katanya.
Amar mengimbau agar orang tua tetap membawa anak ke dokter untuk melakukan konsultasi rutin setelah dinyatakan sembuh dari meningitis. Selain itu, orang tua juga dapat meminta kepada dokter anak untuk membantu memantau perkembangan dan pertumbuhan anak.
“Apabila habis mengalami meningitis, dibawa konsultasi rutin ke dokter anak supaya apabila ada masalah bisa segera diketahui dan ditatalaksana sehingga tidak lama-lama dengan kondisi itu,” kata Amar.*
Baca juga: Waspada gejala meningitis berupa sakit kepala yang tak kunjung sembuh
Baca juga: Pemprov Bengkulu ajukan penambahan vaksin Meningitis
“Ini penyakit yang bisa disembuhkan karena penyakit infeksi. Asalkan obatnya tepat, maka kita harapkan bisa sembuh. Perhitungannya antara 70-80 persen anak akan sembuh. Hanya saja (yang menjadi masalah) bergejala sisa atau tidak,” kata Ketua Unit Kerja Neurologi (UKK) Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang DKI Jakarta dalam diskusi virtual, Jakarta, Kamis.
Dokter yang akrab disapa Amar itu mengatakan bahwa meningitis atau radang selaput otak merupakan penyakit infeksi yang berat. Meningitis bisa terjadi karena infeksi bakteri, virus, tuberkulosis, atau jamur yang masuk melalui pembuluh darah. Infeksi juga bisa terjadi secara langsung melalui luka pada cedera kepala.
Menurut penelitian, lebih dari 20-30 persen anak yang terkena meningitis dapat meninggal dunia. Jika terpapar dan berhasil selamat, maka 50 persen akan bergejala sisa atau mengalami gangguan perkembangan.
Baca juga: Dokter sebut gejala meningitis pada anak butuh kewaspadaan khusus
Baca juga: Dinkes Jabar gandeng Bio Farma terkait vaksin meningitis jamaah umrah
“Mungkin yang perlu diketahui adalah ada yang namanya gejala sisa. Ini yang kadang-kadang dipikir anaknya belum sembuh (dari meningitis),” kata Amar.
Ia mengingatkan bahwa selaput otak merupakan lapisan yang membungkus dan melindungi otak. Infeksi pada selaput tersebut mungkin telah sembuh, akan tetapi risiko kerusakan otak juga perlu diwaspadai mengingat letak antara selaput dan otak sangat berdekatan.
Gejala sisa setelah anak sembuh dari meningitis dapat bervariasi. Salah satu contoh kasus yang dijumpai Amar yaitu tubuh anak menjadi kaku sehingga hanya bisa berbaring. Amar mengatakan anak dengan kasus demikian maka dapat dibantu dengan fisioterapi dengan harapan anak dapat melakukan mobilitas yang lebih baik.
“Anaknya sudah sembuh tapi bergejala sisa, (misal) badannya jadi kaku. Anaknya sudah sembuh, tapi ternyata matanya jadi tidak bisa melihat. Anaknya sudah sembuh, tapi ternyata pendengarannya jadi tidak respon. Nah, itu adalah gejala-gejala sisa. Itu berbeda penanganannya, nanti dengan cara khusus bergantung kasusnya,” katanya.
Amar mengimbau agar orang tua tetap membawa anak ke dokter untuk melakukan konsultasi rutin setelah dinyatakan sembuh dari meningitis. Selain itu, orang tua juga dapat meminta kepada dokter anak untuk membantu memantau perkembangan dan pertumbuhan anak.
“Apabila habis mengalami meningitis, dibawa konsultasi rutin ke dokter anak supaya apabila ada masalah bisa segera diketahui dan ditatalaksana sehingga tidak lama-lama dengan kondisi itu,” kata Amar.*
Baca juga: Waspada gejala meningitis berupa sakit kepala yang tak kunjung sembuh
Baca juga: Pemprov Bengkulu ajukan penambahan vaksin Meningitis
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022
Tags: