YKPI sebut penanggulangan kanker payudara harus diperkuat
6 Oktober 2022 20:54 WIB
Ketua Umum Yayasan Kanker Payudara Indonesia Linda Agum Gumelar (kanan) saat konferensi Pers “Pentingya Deteksi Dini Kanker Payudara melalui penetrasi SADARI dan SADANIS” yang digelar PT. Uni-Charm Indonesia Tbk di Hotel Mulia, Senayan, Kamis (6/10/2022) (ANTARA/Suci Nurhaliza)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Yayasan Kanker Payudara Indonesia Linda Agum Gumelar menyebut penanggulangan kanker payudara di Indonesia harus diperkuat mulai dari edukasi kepada masyarakat hingga peningkatan sarana dan prasarana di fasilitas layanan kesehatan untuk cegah peningkatan kasus.
"Memang yang kita lihat pertama, Indonesia adalah negara kepulauan. Jadi sangat luas dari Sabang sampai Merauke. Pemerataan informasi mengenai kanker payudara ini belum sampai sepenuhnya ke masyarakat," ujar Linda dalam sebuah acara kesehatan di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, pihaknya telah berusaha untuk menjangkau lebih banyak masyarakat dalam memberikan edukasi tentang kanker payudara melalui webinar. Namun, menurutnya, hal tersebut belum cukup karena masih banyak wilayah-wilayah yang belum tersentuh oleh internet.
Lebih lanjut, Linda menilai bahwa sarana dan prasarana di fasilitas layanan kesehatan terutama di daerah masih belum cukup memadai.
Baca juga: Kemenkes: 60-70 persen kanker payudara didiagnosis pada stadium lanjut
Baca juga: Donasi untuk pencegahan kanker payudara lewat segelas kopi
"Sebagai mitra pemerintah, kami yakin pelayanan ini harus diperkuat oleh pemerintah dan kami selalu berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan, menyampaikan informasi ini. Saat bertemu dengan Menkes beberapa waktu lalu, beliau sudah menampung dan menyampaikan memang harus ditingkatkan fasilitas kesehatan di tingkat satu dan dua," katanya.
Selain soal edukasi dan pelayanan kesehatan, Linda juga mengatakan para tenaga kesehatan di seluruh Indonesia juga harus selalu senantiasa meningkatkan kompetensinya, termasuk dalam hal Periksa Payudara Klinis atau Sadanis.
"Alhamdulillah, puskesmas-puskesmas di Indonesia sekarang sudah dilatih tenaga kesehatannya dengan Sadanis. Tapi masih perlu ditambah peralatannya seperti USG untuk payudara, atau mamografi," ujarnya.
"Termasuk juga (jumlah) petugas harus ditingkatkan karena kejar-kejaran antara jumlah yang sakit dengan jumlah tenaga medis. Jadi dalam hal ini seluruh stakeholder terkait harus saling bekerja sama," lanjutnya.
Sebagai upaya membantu pemerintah menanggulangi kanker payudara di Indonesia, Linda mengatakan YKPI selalu menggencarkan program Sadari atau Periksa Payudara Sendiri setelah menstruasi. Tujuannya agar masyarakat sadar pentingnya deteksi dini kanker payudara.
"(Sadari) adalah kunci utama. Enggak pakai biaya, asal disiplin, bisa menolong diri sendiri. Kami menyasar komunitas-komunitas generasi muda. Walaupun banyak penderita di usia 40 tahun-an, tapi kita juga harus menyiapkan yang muda-muda ini," kata Linda.*
Baca juga: Pemeriksaan payudara untuk deteksi kanker bisa dilakukan sejak remaja
Baca juga: Konselor laktasi: menyusui bisa cegah kanker payudara
"Memang yang kita lihat pertama, Indonesia adalah negara kepulauan. Jadi sangat luas dari Sabang sampai Merauke. Pemerataan informasi mengenai kanker payudara ini belum sampai sepenuhnya ke masyarakat," ujar Linda dalam sebuah acara kesehatan di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, pihaknya telah berusaha untuk menjangkau lebih banyak masyarakat dalam memberikan edukasi tentang kanker payudara melalui webinar. Namun, menurutnya, hal tersebut belum cukup karena masih banyak wilayah-wilayah yang belum tersentuh oleh internet.
Lebih lanjut, Linda menilai bahwa sarana dan prasarana di fasilitas layanan kesehatan terutama di daerah masih belum cukup memadai.
Baca juga: Kemenkes: 60-70 persen kanker payudara didiagnosis pada stadium lanjut
Baca juga: Donasi untuk pencegahan kanker payudara lewat segelas kopi
"Sebagai mitra pemerintah, kami yakin pelayanan ini harus diperkuat oleh pemerintah dan kami selalu berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan, menyampaikan informasi ini. Saat bertemu dengan Menkes beberapa waktu lalu, beliau sudah menampung dan menyampaikan memang harus ditingkatkan fasilitas kesehatan di tingkat satu dan dua," katanya.
Selain soal edukasi dan pelayanan kesehatan, Linda juga mengatakan para tenaga kesehatan di seluruh Indonesia juga harus selalu senantiasa meningkatkan kompetensinya, termasuk dalam hal Periksa Payudara Klinis atau Sadanis.
"Alhamdulillah, puskesmas-puskesmas di Indonesia sekarang sudah dilatih tenaga kesehatannya dengan Sadanis. Tapi masih perlu ditambah peralatannya seperti USG untuk payudara, atau mamografi," ujarnya.
"Termasuk juga (jumlah) petugas harus ditingkatkan karena kejar-kejaran antara jumlah yang sakit dengan jumlah tenaga medis. Jadi dalam hal ini seluruh stakeholder terkait harus saling bekerja sama," lanjutnya.
Sebagai upaya membantu pemerintah menanggulangi kanker payudara di Indonesia, Linda mengatakan YKPI selalu menggencarkan program Sadari atau Periksa Payudara Sendiri setelah menstruasi. Tujuannya agar masyarakat sadar pentingnya deteksi dini kanker payudara.
"(Sadari) adalah kunci utama. Enggak pakai biaya, asal disiplin, bisa menolong diri sendiri. Kami menyasar komunitas-komunitas generasi muda. Walaupun banyak penderita di usia 40 tahun-an, tapi kita juga harus menyiapkan yang muda-muda ini," kata Linda.*
Baca juga: Pemeriksaan payudara untuk deteksi kanker bisa dilakukan sejak remaja
Baca juga: Konselor laktasi: menyusui bisa cegah kanker payudara
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022
Tags: