Dokter: Konsumsi asam folat kurangi risiko bayi lahir cerebral palsy
6 Oktober 2022 16:18 WIB
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Surabaya Rini Indriyani saat mendatangi balita penderita cerebral palsy (lumpuh otak), LZ usia 4 tahun, di kediamannya Jalan Kebraon Praja, Kelurahan Kebraon, Kecamatan Karangpilang, Kota Surabaya, Kamis (29/9/2022). (ANTARA/HO-Diskominfo Surabaya)
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr. Muhammad Fadli, Sp.OG mengatakan, mengonsumsi asam folat selama kehamilan bisa mengurangi faktor risiko kelahiran anak dengan cerebral palsy atau kelumpuhan otak.
"Selama hamil konsumsi vitamin-vitamin yang bisa mencegah adanya kelainan pada otak, contoh yang sudah terbukti adalah konsumsi asam folat minimal 400 sampai 600 mikrogram. Bahkan konsumsi ini sebaiknya diminum 3 bulan sebelum hamil," ucapnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, asam folat dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan otak janin selama kehamilan. Asupan asam folat bisa didapat dari buah-buahan seperti alpukat, sayur, dan biji-bijian.
Baca juga: Waspada, bayi terkulai lemas bisa jadi gejala "cerebral palsy"
"Bisa dari buah-buahan yang mengandung asam folat, biji-bijian, kacang tanah, sayuran. Tapi kadarnya pasti sedikit maka ditambahkan melalui vitamin suplemen," ucapnya.
Selain konsumsi asam folat, kata dia, pemeriksaan kehamilan yang rutin juga disarankan agar bisa memantau kondisi janin seperti melakukan Ultrasonografi (USG) sesuai yang di arahkan World Health Organization (WHO).
"Sesuai yang diarahkan minimal dari WHO 4 kali, atau 1 bulan sekali sampai usia kehamilan 8 minggu, 2 minggu sekali di antara 28 sampai 36 minggu, dan di atas 36 minggu seminggu sekali," katanya.
Ia mengatakan USG secara rutin perlu dilakukan untuk mendeteksi kelainan pada janin dan mengantisipasi jika perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan kromosom bayi yang belum lahir.
Baca juga: Mahasiswa Ubaya ciptakan alat bantu cerebral palsy
Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta Selatan ini juga menjelaskan kelumpuhan otak atau cerebral palsy bisa terjadi karena kurangnya cadangan air ketuban sehingga bayi lahir prematur.
Jika jumlah air ketuban sedikit, maka peredaran darah atau oksigen dari plasenta ke bayi terganggu.
"Kalau seandainya hal itu muncul, maka akan sangat mungkin untuk terjadinya terlahir bayi prematur dan akan meningkatkan risiko cerebral palsy," ucap Fadli.
Selain itu, proses persalinan yang sulit akan menyebabkan hipoksia pada otak bayi, di mana otak tidak mendapat pasokan oksigen yang cukup. Infeksi dalam kandungan yang menyebabkan adanya penyakit rubella dan toksoplasma juga bisa menjadi faktor lain anak terlahir dengan kelumpuhan otak.
Baca juga: Berencana hamil? Jangan lupa konsumsi asam folat
"Carilah tempat persalinan yang memiliki fasilitas yang paripurna. Kalau memang ada apa-apa bayi kita cepat tertangani, karena kalau telat dirujuk nanti detak jantungnya jadi lemah, oksigen ke bayi berkurang nanti jadi cerebral palsy," ucap dokter lulusan Universitas Indonesia ini.
"Selama hamil konsumsi vitamin-vitamin yang bisa mencegah adanya kelainan pada otak, contoh yang sudah terbukti adalah konsumsi asam folat minimal 400 sampai 600 mikrogram. Bahkan konsumsi ini sebaiknya diminum 3 bulan sebelum hamil," ucapnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, asam folat dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan otak janin selama kehamilan. Asupan asam folat bisa didapat dari buah-buahan seperti alpukat, sayur, dan biji-bijian.
Baca juga: Waspada, bayi terkulai lemas bisa jadi gejala "cerebral palsy"
"Bisa dari buah-buahan yang mengandung asam folat, biji-bijian, kacang tanah, sayuran. Tapi kadarnya pasti sedikit maka ditambahkan melalui vitamin suplemen," ucapnya.
Selain konsumsi asam folat, kata dia, pemeriksaan kehamilan yang rutin juga disarankan agar bisa memantau kondisi janin seperti melakukan Ultrasonografi (USG) sesuai yang di arahkan World Health Organization (WHO).
"Sesuai yang diarahkan minimal dari WHO 4 kali, atau 1 bulan sekali sampai usia kehamilan 8 minggu, 2 minggu sekali di antara 28 sampai 36 minggu, dan di atas 36 minggu seminggu sekali," katanya.
Ia mengatakan USG secara rutin perlu dilakukan untuk mendeteksi kelainan pada janin dan mengantisipasi jika perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan kromosom bayi yang belum lahir.
Baca juga: Mahasiswa Ubaya ciptakan alat bantu cerebral palsy
Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta Selatan ini juga menjelaskan kelumpuhan otak atau cerebral palsy bisa terjadi karena kurangnya cadangan air ketuban sehingga bayi lahir prematur.
Jika jumlah air ketuban sedikit, maka peredaran darah atau oksigen dari plasenta ke bayi terganggu.
"Kalau seandainya hal itu muncul, maka akan sangat mungkin untuk terjadinya terlahir bayi prematur dan akan meningkatkan risiko cerebral palsy," ucap Fadli.
Selain itu, proses persalinan yang sulit akan menyebabkan hipoksia pada otak bayi, di mana otak tidak mendapat pasokan oksigen yang cukup. Infeksi dalam kandungan yang menyebabkan adanya penyakit rubella dan toksoplasma juga bisa menjadi faktor lain anak terlahir dengan kelumpuhan otak.
Baca juga: Berencana hamil? Jangan lupa konsumsi asam folat
"Carilah tempat persalinan yang memiliki fasilitas yang paripurna. Kalau memang ada apa-apa bayi kita cepat tertangani, karena kalau telat dirujuk nanti detak jantungnya jadi lemah, oksigen ke bayi berkurang nanti jadi cerebral palsy," ucap dokter lulusan Universitas Indonesia ini.
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: