Jakarta (ANTARA) - Yayasan Madani Berkelanjutan menilai program nasional Program Kampung Iklim (ProKlim) dan Program Perhutanan Sosial harus lebih banyak melibatkan masyarakat lokal untuk bisa mencapai penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).

“Dua program nasional yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat membutuhkan dukungan dan koherensi yang lebih besar,” kata Direktur Program Hutan dan Iklim Yayasan Madani Berkelanjutan Anggalia Putri dalam C20 Summit Side Event yang disaksikan secara daring di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Kementerian ESDM targetkan penurunan emisi GRK 231 Juta ton pada 2025

Anggalia menuturkan bahwa stakeholder terkait kerap kali hanya ingin melihat hasil yang bagus saja dan melupakan proses. Menurutnya, dengan memberikan sejumlah peluang bagi komunitas lokal dalam mendukung dua program nasional tersebut akan memberikan dampak yang lebih signifikan terhadap penurunan emisi gas rumah kaca.

“Kita hanya ingin tahu bahwa desa ini mereduksi iklim sebanyak sekian. Namun, kita tidak bisa melupakan prosesnya. Jadi inisiatif ini membuka sejumlah peluang bagi komunitas lokal (untuk terlibat),” ujarnya.

Pelibatan komunitas lokal, kata dia, juga akan mempermudah pemerintah daerah dalam menyalurkan dana desa yang rata-rata jumlahnya mencapai Rp1 miliar per desa kepada komunitas lokal yang benar-benar terlibat dalam adaptasi iklim dan aksi mitigasi.

Baca juga: Sektor kehutanan miliki porsi terbesar penurunan emisi gas rumah kaca

Beberapa contoh peluang bagi masyarakat lokal dalam pelaksanaan ProKlim dan Program Perhutanan Sosial adalah menggalang dukungan pemerintah daerah, termasuk menyalurkan dana desa untuk perhutanan sosial, membangun kerjasama dengan BUMDes untuk memperluas pemasaran produk, menarik perhatian instansi pemerintah di daerah untuk memberikan dukungan dan memobilisasi pemuda untuk kegiatan dan pengembangan bisnis.

“Namun, tanpa investasi dalam memfasilitasi proses sosial dan membangun kapasitas kelembagaan masyarakat, tidak akan ada aksi iklim di tingkat grassroot yang layak dan berkelanjutan,” kata dia.

Anggalia menyampaikan bahwa Yayasan Madani Berkelanjutan telah membangun aksi mitigasi adaptasi bersama yang kolaboratif di tingkat grassroot untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dan membantu mengurangi emisi.

Baca juga: Indonesia dorong kolaborasi internasional capai target penurunan GRK

"Upaya tersebut salah satunya dengan mengintegrasikan ProKlim dan Perhutanan Sosial di Nagari Sirukam, Sumatera Barat, lewat produksi dan distribusi budidaya kopi organik, pengelolaan sampah organik dan pembentukan kelompok usaha, serta mengintegrasikan ekonomi sosial dan basis data spasial ke perencanaan pembangunan daerah," katanya.