Kemenag: Moderasi beragama dilirik bangsa lain mempererat keberagaman
6 Oktober 2022 11:15 WIB
Kepala Subbagian Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bimbingan Masyarakat Agama Kementerian Agama (Kemenag) RI Rizki Riyadu Topeq dalam seminar kampanye moderasi beragama bertajuk Kearifan Lokal dalam Moderasi Beragama, di Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat (UNU NTB), NTB, Rabu (5/10/2022). ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Subbagian Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bimbingan Masyarakat Agama Kementerian Agama (Kemenag) RI Rizki Riyadu Topeq mengatakan, saat ini moderasi beragama yang dipraktikkan oleh Indonesia telah dilirik oleh bangsa asing sebagai solusi mempererat keberagaman.
“Saat ini, moderasi beragama telah dilirik oleh bangsa asing ketika menyoal praktik moderasi beragama," kata Rizki, sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dengan demikian, lanjut dia, bangsa-bangsa lain menganggap bahwa Indonesia telah berhasil mempererat keberagaman yang ada di tengah masyarakatnya melalui moderasi beragama.
Hal tersebut Rizki sampaikan saat memberikan sambutan dalam seminar kampanye moderasi beragama bertajuk Kearifan Lokal dalam Moderasi Beragama, di Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat (UNU NTB), NTB, Rabu (5/10).
Selain untuk menggaungkan moderasi beragama, kegiatan tersebut juga ditujukan untuk membangun interaksi antar-elemen masyarakat yang berada di NTB, khususnya di Pulau Lombok.
Dalam kesempatan itu, hadir pula Wali Kota Mataram atau perwakilannya, Kepala Kantor Wilayah Kemenag RI Provinsi NTB, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) NTB, Rektor UNU NTB, dan budayawan.
Berikutnya, ada para peserta yang terdiri atas perwakilan Institut Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram, paguyuban Tionghoa, komunitas mahasiswa NTT, masyarakat adat Sasak, akademisi, dan praktisi di bidang seni budaya.
Selanjutnya, saat memberikan sambutan, Rizki pun mengungkapkan perasaan senangnya karena kegiatan moderasi beragama dapat diselenggarakan di NTB.
“Pasalnya, NTB merupakan salah satu provinsi yang sangat unik dan kaya akan keberagaman. Pulau Lombok yang terkenal dengan pulau 1000 masjid harus terus mempertahankan keberagaman adat, budaya dan lainnya sehingga akan menjadi rujukan dalam menjalankan praktik moderasi beragama,” jelas dia.
Selain itu, Rizky juga mengatakan bahwa kampanye moderasi beragama telah menjadi salah satu kegiatan yang terus digencarkan oleh Kemenag RI.
Berikutnya, Rektor UNU NTB Baiq Mulianah, saat membuka kegiatan tersebut, mengungkapkan bahwa moderasi beragama menjadi sebuah praktik yang telah lama diimplementasikan oleh UNU NTB.
Ia lalu mengajak seluruh masyarakat untuk bangga atas keberagaman identitas kultural yang dimiliki bangsa Indonesia. Meskipun beragam, tambah dia, dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, segenap elemen bangsa Indonesia menyadari bahwa mereka semua adalah satu, yaitu Indonesia.
“Saya yang lahir dan besar di Sasak tentu akan bangga menjadi orang Sasak. Tetapi, jangan lupa bahwa kita juga Indonesia,” kata Baiq.
Sementara itu, perwakilan dari Kantor Wilayah Kemenag RI Provinsi NTB Laman menyampaikan pendapatnya mengenai urgensi moderasi beragama.
Menurutnya, moderasi beragama menjadi sarana untuk mewujudkan kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang harmonis, damai, dan toleran demi membawa Indonesia menjadi negara maju.
“Saat ini, moderasi beragama telah dilirik oleh bangsa asing ketika menyoal praktik moderasi beragama," kata Rizki, sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dengan demikian, lanjut dia, bangsa-bangsa lain menganggap bahwa Indonesia telah berhasil mempererat keberagaman yang ada di tengah masyarakatnya melalui moderasi beragama.
Hal tersebut Rizki sampaikan saat memberikan sambutan dalam seminar kampanye moderasi beragama bertajuk Kearifan Lokal dalam Moderasi Beragama, di Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat (UNU NTB), NTB, Rabu (5/10).
Selain untuk menggaungkan moderasi beragama, kegiatan tersebut juga ditujukan untuk membangun interaksi antar-elemen masyarakat yang berada di NTB, khususnya di Pulau Lombok.
Dalam kesempatan itu, hadir pula Wali Kota Mataram atau perwakilannya, Kepala Kantor Wilayah Kemenag RI Provinsi NTB, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) NTB, Rektor UNU NTB, dan budayawan.
Berikutnya, ada para peserta yang terdiri atas perwakilan Institut Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram, paguyuban Tionghoa, komunitas mahasiswa NTT, masyarakat adat Sasak, akademisi, dan praktisi di bidang seni budaya.
Selanjutnya, saat memberikan sambutan, Rizki pun mengungkapkan perasaan senangnya karena kegiatan moderasi beragama dapat diselenggarakan di NTB.
“Pasalnya, NTB merupakan salah satu provinsi yang sangat unik dan kaya akan keberagaman. Pulau Lombok yang terkenal dengan pulau 1000 masjid harus terus mempertahankan keberagaman adat, budaya dan lainnya sehingga akan menjadi rujukan dalam menjalankan praktik moderasi beragama,” jelas dia.
Selain itu, Rizky juga mengatakan bahwa kampanye moderasi beragama telah menjadi salah satu kegiatan yang terus digencarkan oleh Kemenag RI.
Berikutnya, Rektor UNU NTB Baiq Mulianah, saat membuka kegiatan tersebut, mengungkapkan bahwa moderasi beragama menjadi sebuah praktik yang telah lama diimplementasikan oleh UNU NTB.
Ia lalu mengajak seluruh masyarakat untuk bangga atas keberagaman identitas kultural yang dimiliki bangsa Indonesia. Meskipun beragam, tambah dia, dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, segenap elemen bangsa Indonesia menyadari bahwa mereka semua adalah satu, yaitu Indonesia.
“Saya yang lahir dan besar di Sasak tentu akan bangga menjadi orang Sasak. Tetapi, jangan lupa bahwa kita juga Indonesia,” kata Baiq.
Sementara itu, perwakilan dari Kantor Wilayah Kemenag RI Provinsi NTB Laman menyampaikan pendapatnya mengenai urgensi moderasi beragama.
Menurutnya, moderasi beragama menjadi sarana untuk mewujudkan kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang harmonis, damai, dan toleran demi membawa Indonesia menjadi negara maju.
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2022
Tags: