Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore menguat seiring pelaku pasar yang mempertanyakan apakah puncak suku bunga global sudah mulai tampak.

Rupiah ditutup menguat 55 poin atau 0,36 persen ke posisi Rp15.193 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.248 per dolar AS.

Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto saat dihubungi di Jakarta, Rabu, mengatakan, memang sejak akhir September sampai dengan awal Oktober, volatilitas relatif masih tinggi dan pergerakan rupiah lebih banyak dipengaruhi oleh faktor global

"Dalam beberapa hari ini rupiah menguat sejalan dengan melemahnya indeks dolar AS, yang saat ini di kisaran 110-111," ujar Rully.

Menurut Rully, beberapa waktu lalu dolar AS mengalami pelonjakan atau overshoot seiring kekhawatiran prospek negara maju lainnya yang lebih buruk, terutama Inggris, negara-negara Eropa, dan Jepang.

"Jadi sekarang mulai normalize, tapi memang masih relatif tinggi DXY-nya, di level 110-111," kata Rully.

Dolar melemah setelah kejutan bank sentral yang dovish di Australia membuat investor bertanya-tanya apakah puncak suku bunga global sudah terlihat.

Bank Sentral Australia (RBA) menaikkan suku bunga hanya 25 basis poin (bps) ketika pasar telah memperkirakan untuk peluang 50 basis poin.

Meski demikian, Rully menilai secara umum kinerja rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang lainnya.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp15.193 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.160 per dolar AS hingga Rp15.220 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu menguat ke posisi Rp15.196 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.276 per dolar AS.

Baca juga: Sikap RBA isyaratkan suku bunga tinggi dorong kenaikan dolar Australia