Minyak naik di Asia jelang pertemuan OPEC+ tentang pengurangan pasokan
5 Oktober 2022 08:49 WIB
Arsip foto - Lapangan minyak Khurais, di 160 km (99 miles) dari Riyadh, Arab Saudi. ANTARA/REUTERS/Ali Jarekji/pri.
Melbourne (ANTARA) - Harga minyak naik tipis di awal perdagangan Asia pada Rabu pagi, memperpanjang kenaikan tiga persen di sesi sebelumnya menjelang pertemuan produsen OPEC+ untuk membahas pengurangan produksi besar-besaran dalam apa yang dilihat oleh para eksekutif dan analis energi sebagai pengetatan pasokan pasar.
Minyak mentah berjangka Brent menguat 11 sen menjadi diperdagangkan di 91,91 dolar AS per barel pada pukul 00.01 GMT, setelah melonjak 2,94 dolar AS di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik tipis 5 sen menjadi diperdagangkan di 86,57 dolar AS per barel, setelah terangkat 2,89 dolar AS di sesi sebelumnya.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, bersama-sama disebut OPEC+, bertemu di Wina pada Rabu, membahas pengurangan produksi sebesar 2 juta barel per hari (bph), sumber OPEC mengatakan kepada Reuters.
Itu akan menjadi pengurangan produksi terbesar grup sejak permintaan dihancurkan oleh COVID-19 pada 2020.
"Pengurangan produksi pada skala ini akan secara signifikan memperketat pasar," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.
Amerika Serikat mendorong produsen OPEC+ untuk tidak melanjutkan pemotongan besar-besaran, sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters, ketika Presiden Joe Biden berupaya mencegah kenaikan harga bensin AS.
Dampak nyata pada pasokan dari target produksi yang lebih rendah akan terbatas karena beberapa negara OPEC+ sudah memompa jauh di bawah kuota yang ada. Pada Agustus, OPEC+ meleset dari target produksinya sebesar 3,58 juta barel per hari.
Namun kesepakatan tentang pemotongan besar "akan mengirimkan pesan kuat bahwa kelompok tersebut bertekad untuk mendukung pasar," kata analis ANZ.
Sementara pasar terlihat semakin ketat dengan sanksi Uni Eropa terhadap minyak Rusia yang membayangi pada Desember, prospek permintaan tetap tertutup oleh kekhawatiran resesi global.
"Dolar AS, kekhawatiran pertumbuhan global, dan sanksi Uni Eropa yang akan berlaku pada 5 Desember, semuanya tetap menjadi pendorong penting harga minyak dalam jangka pendek," kata analis komoditas Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Baca juga: Sumber: AS tekan OPEC+ untuk tidak memangkas produksi minyak
Baca juga: Harga minyak melonjak lebih dari tiga persen jelang pertemuan OPEC+
Baca juga: Harga minyak naik tipis di perdagangan Asia jelang pertemuan OPEC+
Minyak mentah berjangka Brent menguat 11 sen menjadi diperdagangkan di 91,91 dolar AS per barel pada pukul 00.01 GMT, setelah melonjak 2,94 dolar AS di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik tipis 5 sen menjadi diperdagangkan di 86,57 dolar AS per barel, setelah terangkat 2,89 dolar AS di sesi sebelumnya.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, bersama-sama disebut OPEC+, bertemu di Wina pada Rabu, membahas pengurangan produksi sebesar 2 juta barel per hari (bph), sumber OPEC mengatakan kepada Reuters.
Itu akan menjadi pengurangan produksi terbesar grup sejak permintaan dihancurkan oleh COVID-19 pada 2020.
"Pengurangan produksi pada skala ini akan secara signifikan memperketat pasar," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.
Amerika Serikat mendorong produsen OPEC+ untuk tidak melanjutkan pemotongan besar-besaran, sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters, ketika Presiden Joe Biden berupaya mencegah kenaikan harga bensin AS.
Dampak nyata pada pasokan dari target produksi yang lebih rendah akan terbatas karena beberapa negara OPEC+ sudah memompa jauh di bawah kuota yang ada. Pada Agustus, OPEC+ meleset dari target produksinya sebesar 3,58 juta barel per hari.
Namun kesepakatan tentang pemotongan besar "akan mengirimkan pesan kuat bahwa kelompok tersebut bertekad untuk mendukung pasar," kata analis ANZ.
Sementara pasar terlihat semakin ketat dengan sanksi Uni Eropa terhadap minyak Rusia yang membayangi pada Desember, prospek permintaan tetap tertutup oleh kekhawatiran resesi global.
"Dolar AS, kekhawatiran pertumbuhan global, dan sanksi Uni Eropa yang akan berlaku pada 5 Desember, semuanya tetap menjadi pendorong penting harga minyak dalam jangka pendek," kata analis komoditas Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Baca juga: Sumber: AS tekan OPEC+ untuk tidak memangkas produksi minyak
Baca juga: Harga minyak melonjak lebih dari tiga persen jelang pertemuan OPEC+
Baca juga: Harga minyak naik tipis di perdagangan Asia jelang pertemuan OPEC+
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: