Rektor UB: Tri Dharma PT bantu mahasiswa percepat turunkan stunting
4 Oktober 2022 19:28 WIB
Rektor Universitas Brawijaya Prof Widodo dalam konferensi Internasional ”the 2nd Southeast Asia Biennial Conference on Population and Health Related to Stunting” yang diikuti di Malang, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Rektor Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Widodo mengatakan Tri Dharma Perguruan Tinggi telah membantu mahasiswa dan dosen menemukan cara untuk mempercepat penurunan angka prevalensi stunting.
“Kita dari perguruan tinggi berperan sesuai tugas kita menurut Tri Dharma Perguruan Tinggi. Jadi peran perguruan tinggi adalah mencari bersama-sama sebuah solusi yang sangat penting,” kata Widodo dalam konferensi Internasional ”the 2nd Southeast Asia Biennial Conference on Population and Health Related to Stunting” yang diikuti di Malang, Jawa Timur, Selasa.
Baca juga: Universitas Brawijaya teliti manajemen sampah makanan Kota Malang
Widodo menuturkan tiga pilar dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi (PT) menuntun mahasiswa dan dosen untuk mencari secepat mungkin solusi dalam penanganan stunting. Tiga pilar yang dimaksud adalah pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Melalui tiga pikar tersebut, kata dia, perguruan tinggi mampu menggaet pemerintah seperti Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pemerintah daerah juga pemangku kepentingan untuk mematangkan berbagai kajian dan penelitian serta menjalankan kewajiban untuk mengabdi pada masyarakat.
Widodo mencontohkan sekitar 600 sampai 800 mahasiswa dari Fakultas MIPA Universitas Brawijaya pada tahun 2022, telah disebarkan ke seluruh wilayah Malang Raya untuk terlibat aktif memberikan pendampingan pada keluarga agar terhindar dari stunting.
Baca juga: Mahasiswa Universitas Brawijaya buat alat deteksi kanker rongga mulut
"Pengabdian masyarakat yang didanai oleh kementerian terkait dan internal Universitas Brawijaya juga dilakukan di beberapa tempat di Tanah Air melalui program bernama Dokter Mengabdi," katanya.
Hal lain yang dilakukan oleh perguruan tinggi adalah melakukan pemetaan di suatu wilayah untuk menyelesaikan masalah stunting melalui kelokalan suatu daerah, sehingga pengeluaran keluarga dapat ditekan.
Pada aspek lain, kata Widodo, perguruan tinggi juga aktif menyiapkan hasil kajian terkait solusi alternatif menghadapi penuaan penduduk melalui kajian nutrisi dan pangan yang harapannya bisa mengeliminasi penyakit-penyakit yang menyertai penuaan.
Baca juga: Universitas Brawijaya kembangkan sistem IoT mitigasi bencana di Semeru
“Perguruan tinggi juga aktif dalam melakukan kajian terkait stunting, kesehatan masyarakat, kesejahteraan masyarakat. Dari kajian akan ada konsep yang diimplementasikan ke masyarakat. Ketika diimplementasikan harapannya mahasiswa bersama dosen bisa mempelajari masalah dan mencari cara untuk menyelesaikannya bersama-sama,” katanya.
“Kita dari perguruan tinggi berperan sesuai tugas kita menurut Tri Dharma Perguruan Tinggi. Jadi peran perguruan tinggi adalah mencari bersama-sama sebuah solusi yang sangat penting,” kata Widodo dalam konferensi Internasional ”the 2nd Southeast Asia Biennial Conference on Population and Health Related to Stunting” yang diikuti di Malang, Jawa Timur, Selasa.
Baca juga: Universitas Brawijaya teliti manajemen sampah makanan Kota Malang
Widodo menuturkan tiga pilar dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi (PT) menuntun mahasiswa dan dosen untuk mencari secepat mungkin solusi dalam penanganan stunting. Tiga pilar yang dimaksud adalah pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Melalui tiga pikar tersebut, kata dia, perguruan tinggi mampu menggaet pemerintah seperti Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pemerintah daerah juga pemangku kepentingan untuk mematangkan berbagai kajian dan penelitian serta menjalankan kewajiban untuk mengabdi pada masyarakat.
Widodo mencontohkan sekitar 600 sampai 800 mahasiswa dari Fakultas MIPA Universitas Brawijaya pada tahun 2022, telah disebarkan ke seluruh wilayah Malang Raya untuk terlibat aktif memberikan pendampingan pada keluarga agar terhindar dari stunting.
Baca juga: Mahasiswa Universitas Brawijaya buat alat deteksi kanker rongga mulut
"Pengabdian masyarakat yang didanai oleh kementerian terkait dan internal Universitas Brawijaya juga dilakukan di beberapa tempat di Tanah Air melalui program bernama Dokter Mengabdi," katanya.
Hal lain yang dilakukan oleh perguruan tinggi adalah melakukan pemetaan di suatu wilayah untuk menyelesaikan masalah stunting melalui kelokalan suatu daerah, sehingga pengeluaran keluarga dapat ditekan.
Pada aspek lain, kata Widodo, perguruan tinggi juga aktif menyiapkan hasil kajian terkait solusi alternatif menghadapi penuaan penduduk melalui kajian nutrisi dan pangan yang harapannya bisa mengeliminasi penyakit-penyakit yang menyertai penuaan.
Baca juga: Universitas Brawijaya kembangkan sistem IoT mitigasi bencana di Semeru
“Perguruan tinggi juga aktif dalam melakukan kajian terkait stunting, kesehatan masyarakat, kesejahteraan masyarakat. Dari kajian akan ada konsep yang diimplementasikan ke masyarakat. Ketika diimplementasikan harapannya mahasiswa bersama dosen bisa mempelajari masalah dan mencari cara untuk menyelesaikannya bersama-sama,” katanya.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: