Musim hujan, Kemenkes ingatkan DBD bisa serang usia dewasa
3 Oktober 2022 18:55 WIB
Tangkapan layar Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril dalam acara Siaran Sehat yang disiarkan secara daring, Senin (3/10/2022). ANTARA/YouTube RRI Net Official
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengingatkan masyarakat bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD tidak hanya menyerang usia anak-anak namun juga usia dewasa, terutama pada musim hujan.
“Harapannya, masyarakat dengan musim penghujan ini mewaspadai demam berdarah yang mengintai kita. DBD tidak hanya pada anak anak, orang dewasa juga ya dan kalau tidak cepat diobati bisa berbahaya dan menimbulkan kematian juga,” katanya dalam acara Siaran Sehat yang disiarkan secara daring, Senin.
Syahril menuturkan DBD sudah menjadi endemi di Indonesia dan kerap muncul pada saat musim hujan. Ia mengingatkan agar masyarakat memahami fase pelana kuda, yakni fase dimana penderita DBD akan mengalami demam tinggi selama 3 hari dan kemudian demam mengalami penurunan di hari keempat.
Namun, penurunan suhu tersebut kerap disalahartikan bahwa demam telah sembuh. Padahal faktanya, fase tersebut merupakan fase yang harus paling diwaspadai karena pembuluh darah mulai melebar.
“Bukan berarti turun, panasnya sembuh tapi justru di sana perlu ada kehati-hatian. Turun berarti masuk fase kedua dimana pembuluh darah mulai melebar,” ucapnya.
Baca juga: Kemenkes tingkatkan kesadaran cegah DBD lewat mobil edukasi keliling
Baca juga: Kemenkes terus evaluasi program penanggulangan DBD
Pelebaran pembuluh darah tersebut, lanjut Syahril, sering ditandai dengan munculnya bintik-bintik merah di tubuh, ruam, bahkan hingga pendarahan seperti mimisan. Setelah fase kedua berlangsung selama 2-3 hari, kemudian akan diikuti oleh kenaikan suhu tubuh kembali yang menjadi tanda-tanda kesembuhan.
“Tanda-tanda ini perlu diwaspadai oleh kita semua. Banyak orang tua yang tidak begitu paham dengan tanda-tanda pelana kuda. Begitu anaknya tidak demam lagi dikira sudah sembuh, padahal itu masa-masa kritis dimana anak itu harus mendapatkan pertolongan,” ujar dia.
Guna mencegah penyakit DBD, Syahril mengingatkan masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk dengan 3M Plus, yakni Menguras tempat-tempat penampungan air, Menutup rapat semua tempat penampungan air dan Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis. Kemudian Plus dengan mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk.
Baca juga: Pemerintah tingkatkan upaya pengendalian penularan dengue
Baca juga: Yogyakarta imbau warga gencarkan PSN jelang musim hujan antisipasi DBD
Baca juga: Kemenkes: Kasus DBD di Indonesia menurun
“Harapannya, masyarakat dengan musim penghujan ini mewaspadai demam berdarah yang mengintai kita. DBD tidak hanya pada anak anak, orang dewasa juga ya dan kalau tidak cepat diobati bisa berbahaya dan menimbulkan kematian juga,” katanya dalam acara Siaran Sehat yang disiarkan secara daring, Senin.
Syahril menuturkan DBD sudah menjadi endemi di Indonesia dan kerap muncul pada saat musim hujan. Ia mengingatkan agar masyarakat memahami fase pelana kuda, yakni fase dimana penderita DBD akan mengalami demam tinggi selama 3 hari dan kemudian demam mengalami penurunan di hari keempat.
Namun, penurunan suhu tersebut kerap disalahartikan bahwa demam telah sembuh. Padahal faktanya, fase tersebut merupakan fase yang harus paling diwaspadai karena pembuluh darah mulai melebar.
“Bukan berarti turun, panasnya sembuh tapi justru di sana perlu ada kehati-hatian. Turun berarti masuk fase kedua dimana pembuluh darah mulai melebar,” ucapnya.
Baca juga: Kemenkes tingkatkan kesadaran cegah DBD lewat mobil edukasi keliling
Baca juga: Kemenkes terus evaluasi program penanggulangan DBD
Pelebaran pembuluh darah tersebut, lanjut Syahril, sering ditandai dengan munculnya bintik-bintik merah di tubuh, ruam, bahkan hingga pendarahan seperti mimisan. Setelah fase kedua berlangsung selama 2-3 hari, kemudian akan diikuti oleh kenaikan suhu tubuh kembali yang menjadi tanda-tanda kesembuhan.
“Tanda-tanda ini perlu diwaspadai oleh kita semua. Banyak orang tua yang tidak begitu paham dengan tanda-tanda pelana kuda. Begitu anaknya tidak demam lagi dikira sudah sembuh, padahal itu masa-masa kritis dimana anak itu harus mendapatkan pertolongan,” ujar dia.
Guna mencegah penyakit DBD, Syahril mengingatkan masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk dengan 3M Plus, yakni Menguras tempat-tempat penampungan air, Menutup rapat semua tempat penampungan air dan Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis. Kemudian Plus dengan mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk.
Baca juga: Pemerintah tingkatkan upaya pengendalian penularan dengue
Baca juga: Yogyakarta imbau warga gencarkan PSN jelang musim hujan antisipasi DBD
Baca juga: Kemenkes: Kasus DBD di Indonesia menurun
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022
Tags: