Sterling menguat setelah rencana pemotongan pajak batal, yen jatuh
3 Oktober 2022 15:23 WIB
Petugas menunjukkan koin 50 pence dan 5 pound bergambar Raja Charles III, saat peresmiannya oleh The Royal Mint, di London, Inggris, (29/9/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Peter Nicholls/aww.
Singapura (ANTARA) - Sterling menguat di sesi Asia pada Senin sore, setelah menteri keuangan Inggris Kwasi Kwarteng mengatakan pemerintah akan membatalkan rencana untuk menghapus tarif tertinggi pajak penghasilan Inggris, sementara yen melemah melewati level kunci 145 per dolar.
Pound menyentuh tertinggi satu minggu 1,128 dolar dan terakhir naik 0,27 persen menjadi 1,11955 dolar, melonjak hampir 1,0 persen setelah BBC pertama kali melaporkan berita pembatalan, yang kemudian dikatakan Kwarteng dalam sebuah pernyataan di Twitter bahwa pemerintah sedang "tidak melanjutkan penghapusan tarif pajak".
"Kami mengerti, dan kami telah mendengarkan," kata Kwarteng tentang pembalikan kebijakan tersebut, dikutip dari Reuters.
Rencananya telah membuat kekacauan di pasar keuangan minggu lalu, yang melihat sterling mencapai titik terendah sepanjang masa di 1,0327 dolar dan mengirim obligasi pemerintah jangka panjang (gilt) merosot, mendorong ban sentral Inggris (BoE) untuk intervensi.
Baru-baru ini Perdana Menteri Liz Truss menegaskan kembali bahwa pemerintah berpegang teguh pada kebijakannya.
Di Asia, yen Jepang jatuh ke 145,40 per dolar, melemah melewati 145 per dolar untuk pertama kalinya dalam lebih dari seminggu setelah pemerintah melakukan intervensi gina menopang mata uangnya.
Yen terakhir terlihat 0,2 persen lebih rendah pada 145,10 terhadap dolar, dengan perdagangan di Asia menipis di tengah liburan di China, Korea Selatan dan beberapa negara bagian Australia.
Penurunan pada Senin terjadi setelah Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan Jepang siap untuk mengambil langkah "menentukan" di pasar valuta asing jika pergerakan yen yang berlebihan terus berlanjut.
Pada 22 September adalah terakhir kalinya mata uang melemah di bawah 145 terhadap dolar, setelah bank sentral Jepang (BoE) terjebak dengan suku bunga ultra-rendah, yang mendorong rekor pengeluaran 2,8 triliun yen (19,7 miliar dolar AS) oleh pihak berwenang untuk menopang yen.
"Setiap kali (dolar/yen) mencapai 145, itu membuat orang bersemangat. Tapi besarnya pergerakan itu terkadang penting," kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC.
"Karena itu, kami tetap waspada dan tidak akan mengesampingkan intervensi siluman yen jika besarnya penurunan yen meningkat lagi, mungkin ketika menembus 146, menggunakan level saat ini sebagai referensi."
Sementara dolar Australia dan Selandia Baru menguat menjelang kenaikan suku bunga yang diharapkan oleh bank sentral mereka selama seminggu ini.
Aussie naik 0,5 persen menjadi 0,6443 dolar AS, sedangkan kiwi 0,92 persen lebih tinggi pada 0,5655 dolar AS.
Bank sentral Australia (RBA) dan bank sentral Selandia Baru (RBN) masing-masing bertemu pada Selasa (4/10/2022) dan Rabu (5/10/2022), dengan pasar memperkirakan keduanya menaikkan suku bunga mereka sebesar 50 basis poin, meskipun fokusnya juga akan pada nada pembuat kebijakan.
"RBA bisa sangat berpengaruh jika mereka memberikan pendekatan yang lebih bernuansa dan sinyal bahwa mereka mungkin turun ke 25 basis poin dalam pertemuan November. Itu mungkin diambil, secara global, cukup baik," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone .
Euro sedikit lebih rendah pada 0,97965 dolar, dengan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) jumbo lainnya bulan ini, menyusul pembacaan inflasi yang panas, meningkatkan kekhawatiran bahwa ekonomi akan mengarah ke resesi.
Data pada Jumat (30/9/2022) menunjukkan bahwa inflasi zona euro melampaui perkiraan ke rekor tertinggi 10,0 persen pada September, mengalahkan ekspektasi 9,7 persen.
"ECB masih harus bekerja keras ... bagi saya, dengan Eropa dan Inggris, ini bukan tentang dinamika suku bunga relatif, dan lebih banyak tentang dinamika pertumbuhan," kata Weston.
"Saya pikir apa yang mulai kita coba dan lakukan sekarang adalah melihat pasar di mana kita dapat menilai inflasi atau mulai merasa sedikit lebih percaya diri tentang lintasan di sekitar inflasi. Saya pikir AS termasuk dalam kategori itu."
Data penggajiban non-pertanian (NFP) AS akan dirilis pada akhir pekan, sementara membanjirnya data indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur yang keluar pada Senin juga akan memberikan wawasan tentang prospek ekonomi global.
Indeks dolar AS turun 0,05 persen menjadi 112,19.
Baca juga: Dolar menguat saat kuartal berakhir, mata uang komoditas tenggelam
Baca juga: Euro dan pound sterling capai tertinggi baru, ditopang kebijakan BoE
Baca juga: Sterling reli hari ketiga setelah pembelian obligasi BoE, dolar jatuh
Pound menyentuh tertinggi satu minggu 1,128 dolar dan terakhir naik 0,27 persen menjadi 1,11955 dolar, melonjak hampir 1,0 persen setelah BBC pertama kali melaporkan berita pembatalan, yang kemudian dikatakan Kwarteng dalam sebuah pernyataan di Twitter bahwa pemerintah sedang "tidak melanjutkan penghapusan tarif pajak".
"Kami mengerti, dan kami telah mendengarkan," kata Kwarteng tentang pembalikan kebijakan tersebut, dikutip dari Reuters.
Rencananya telah membuat kekacauan di pasar keuangan minggu lalu, yang melihat sterling mencapai titik terendah sepanjang masa di 1,0327 dolar dan mengirim obligasi pemerintah jangka panjang (gilt) merosot, mendorong ban sentral Inggris (BoE) untuk intervensi.
Baru-baru ini Perdana Menteri Liz Truss menegaskan kembali bahwa pemerintah berpegang teguh pada kebijakannya.
Di Asia, yen Jepang jatuh ke 145,40 per dolar, melemah melewati 145 per dolar untuk pertama kalinya dalam lebih dari seminggu setelah pemerintah melakukan intervensi gina menopang mata uangnya.
Yen terakhir terlihat 0,2 persen lebih rendah pada 145,10 terhadap dolar, dengan perdagangan di Asia menipis di tengah liburan di China, Korea Selatan dan beberapa negara bagian Australia.
Penurunan pada Senin terjadi setelah Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan Jepang siap untuk mengambil langkah "menentukan" di pasar valuta asing jika pergerakan yen yang berlebihan terus berlanjut.
Pada 22 September adalah terakhir kalinya mata uang melemah di bawah 145 terhadap dolar, setelah bank sentral Jepang (BoE) terjebak dengan suku bunga ultra-rendah, yang mendorong rekor pengeluaran 2,8 triliun yen (19,7 miliar dolar AS) oleh pihak berwenang untuk menopang yen.
"Setiap kali (dolar/yen) mencapai 145, itu membuat orang bersemangat. Tapi besarnya pergerakan itu terkadang penting," kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC.
"Karena itu, kami tetap waspada dan tidak akan mengesampingkan intervensi siluman yen jika besarnya penurunan yen meningkat lagi, mungkin ketika menembus 146, menggunakan level saat ini sebagai referensi."
Sementara dolar Australia dan Selandia Baru menguat menjelang kenaikan suku bunga yang diharapkan oleh bank sentral mereka selama seminggu ini.
Aussie naik 0,5 persen menjadi 0,6443 dolar AS, sedangkan kiwi 0,92 persen lebih tinggi pada 0,5655 dolar AS.
Bank sentral Australia (RBA) dan bank sentral Selandia Baru (RBN) masing-masing bertemu pada Selasa (4/10/2022) dan Rabu (5/10/2022), dengan pasar memperkirakan keduanya menaikkan suku bunga mereka sebesar 50 basis poin, meskipun fokusnya juga akan pada nada pembuat kebijakan.
"RBA bisa sangat berpengaruh jika mereka memberikan pendekatan yang lebih bernuansa dan sinyal bahwa mereka mungkin turun ke 25 basis poin dalam pertemuan November. Itu mungkin diambil, secara global, cukup baik," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone .
Euro sedikit lebih rendah pada 0,97965 dolar, dengan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) jumbo lainnya bulan ini, menyusul pembacaan inflasi yang panas, meningkatkan kekhawatiran bahwa ekonomi akan mengarah ke resesi.
Data pada Jumat (30/9/2022) menunjukkan bahwa inflasi zona euro melampaui perkiraan ke rekor tertinggi 10,0 persen pada September, mengalahkan ekspektasi 9,7 persen.
"ECB masih harus bekerja keras ... bagi saya, dengan Eropa dan Inggris, ini bukan tentang dinamika suku bunga relatif, dan lebih banyak tentang dinamika pertumbuhan," kata Weston.
"Saya pikir apa yang mulai kita coba dan lakukan sekarang adalah melihat pasar di mana kita dapat menilai inflasi atau mulai merasa sedikit lebih percaya diri tentang lintasan di sekitar inflasi. Saya pikir AS termasuk dalam kategori itu."
Data penggajiban non-pertanian (NFP) AS akan dirilis pada akhir pekan, sementara membanjirnya data indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur yang keluar pada Senin juga akan memberikan wawasan tentang prospek ekonomi global.
Indeks dolar AS turun 0,05 persen menjadi 112,19.
Baca juga: Dolar menguat saat kuartal berakhir, mata uang komoditas tenggelam
Baca juga: Euro dan pound sterling capai tertinggi baru, ditopang kebijakan BoE
Baca juga: Sterling reli hari ketiga setelah pembelian obligasi BoE, dolar jatuh
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: