Harga minyak melonjak, OPEC+ kaji pangkas produksi terbesar sejak 2020
3 Oktober 2022 14:55 WIB
Ilustrasi - Kapal tanker bersandar pengilangan minyak, Bayonne, New Jersey, Amerika Serikat. ANTARA/REUTERS/Lucas Jackson/aa.
Singapura (ANTARA) - Harga minyak melonjak di perdagangan Asia pada Senin sore, karena OPEC+ mempertimbangkan untuk memangkas produksi lebih dari 1 juta barel per hari, untuk pengurangan terbesar sejak pandemi, dalam upaya untuk mendukung pasar.
Harga minyak mentah berjangka Brent terangkat 2,36 dolar AS atau 2,8 persen, menjadi diperdagangkan di 87,50 dolar AS per barel pada pukul 06.22 GMT, setelah turun 0,6 persen pada Jumat (30/9/2022).
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 2,9 persen atau 2,27 dolar AS, menjadi diperdagangkan di 81,76 dolar AS per barel, setelah mencatat kerugian sebesar 2,1 persen di sesi sebelumnya.
Harga minyak telah jatuh selama empat bulan berturut-turut sejak Juni, karena penguncian COVID-19 di konsumen energi utama China merusak permintaan, sementara kenaikan suku bunga dan dolar AS yang melonjak membebani pasar keuangan global.
Untuk mendukung harga, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, sedang mempertimbangkan pengurangan produksi lebih dari 1 juta barel per hari menjelang pertemuan pada Rabu (5/10/2022), sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters.
Jika disetujui, itu akan menjadi pemotongan bulanan kedua berturut-turut setelah mengurangi produksi sebesar 100.000 barel per hari bulan lalu.
Baca juga: Harga minyak melonjak, OPEC+ pertimbangkan pangkas 1 juta barel/hari
Tetapi para analis memperkirakan pukulan untuk memasok dari pemotongan akan jauh lebih rendah dari angka utama, karena banyak anggota OPEC+ memproduksi jauh lebih sedikit daripada kuota mereka.
Dengan hanya segelintir produsen yang mencapai target produksi, kemungkinan hanya mereka yang harus memotong, kata analis ING dalam sebuah catatan.
OPEC+ meleset dari target produksinya hampir 3 juta barel per hari pada Juli, dua sumber dari kelompok produsen mengatakan, karena sanksi terhadap beberapa anggota dan investasi yang rendah oleh yang lain menghalangi kemampuannya untuk meningkatkan produksi.
"Apa pun yang kurang dari 500.000 barel per hari akan diabaikan oleh pasar. Oleh karena itu, kami melihat peluang signifikan untuk pemotongan sebesar 1 juta barel per hari," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Sementara harga Brent yang cepat dapat menguat lebih lanjut dalam jangka pendek, kekhawatiran atas resesi global kemungkinan akan membatasi sisi kenaikan, kata konsultan FGE.
"Jika OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi dalam waktu dekat, peningkatan yang dihasilkan dalam kapasitas cadangan OPEC+ kemungkinan akan memberikan lebih banyak tekanan ke bawah pada harga lama," katanya dalam sebuah catatan pada Jumat (30/9/2022).
Baca juga: Harga minyak jatuh terseret kekhawatiran prospek permintaan
Juga pada Jumat (30/9/2022), China mengeluarkan kuota terbesar untuk ekspor produk minyak tahun ini dan menambah kuota impor minyak mentah untuk penyulingan independen.
Penyulingan milik negara dan swasta dapat mengekspor sebanyak 15 juta ton bensin, solar, bahan bakar jet dan minyak bahan bakar rendah sulfur, menambah pasokan yang sangat dibutuhkan ke pasar global untuk menggantikan ekspor Rusia yang diembargo Uni Eropa pada Februari.
Namun, analis dan pedagang mengatakan beberapa ekspor China kemungkinan akan melampai batas hingga awal 2023 karena penyulingan akan membutuhkan waktu untuk meningkatkan produksi.
Indeks dolar turun untuk hari keempat berturut-turut pada Senin setelah menyentuh puncaknya dalam dua dekade. Dolar yang lebih murah dapat meningkatkan selera pembeli minyak yang menggunakan mata uang lain dan mendukung harga minyak.
Baca juga: Rupiah awal pekan melemah, pasar menanti rilis data inflasi September
Baca juga: IHSG awal pekan terkoreksi, pasar nantikan rilis data inflasi domestik
Harga minyak mentah berjangka Brent terangkat 2,36 dolar AS atau 2,8 persen, menjadi diperdagangkan di 87,50 dolar AS per barel pada pukul 06.22 GMT, setelah turun 0,6 persen pada Jumat (30/9/2022).
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 2,9 persen atau 2,27 dolar AS, menjadi diperdagangkan di 81,76 dolar AS per barel, setelah mencatat kerugian sebesar 2,1 persen di sesi sebelumnya.
Harga minyak telah jatuh selama empat bulan berturut-turut sejak Juni, karena penguncian COVID-19 di konsumen energi utama China merusak permintaan, sementara kenaikan suku bunga dan dolar AS yang melonjak membebani pasar keuangan global.
Untuk mendukung harga, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, sedang mempertimbangkan pengurangan produksi lebih dari 1 juta barel per hari menjelang pertemuan pada Rabu (5/10/2022), sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters.
Jika disetujui, itu akan menjadi pemotongan bulanan kedua berturut-turut setelah mengurangi produksi sebesar 100.000 barel per hari bulan lalu.
Baca juga: Harga minyak melonjak, OPEC+ pertimbangkan pangkas 1 juta barel/hari
Tetapi para analis memperkirakan pukulan untuk memasok dari pemotongan akan jauh lebih rendah dari angka utama, karena banyak anggota OPEC+ memproduksi jauh lebih sedikit daripada kuota mereka.
Dengan hanya segelintir produsen yang mencapai target produksi, kemungkinan hanya mereka yang harus memotong, kata analis ING dalam sebuah catatan.
OPEC+ meleset dari target produksinya hampir 3 juta barel per hari pada Juli, dua sumber dari kelompok produsen mengatakan, karena sanksi terhadap beberapa anggota dan investasi yang rendah oleh yang lain menghalangi kemampuannya untuk meningkatkan produksi.
"Apa pun yang kurang dari 500.000 barel per hari akan diabaikan oleh pasar. Oleh karena itu, kami melihat peluang signifikan untuk pemotongan sebesar 1 juta barel per hari," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Sementara harga Brent yang cepat dapat menguat lebih lanjut dalam jangka pendek, kekhawatiran atas resesi global kemungkinan akan membatasi sisi kenaikan, kata konsultan FGE.
"Jika OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi dalam waktu dekat, peningkatan yang dihasilkan dalam kapasitas cadangan OPEC+ kemungkinan akan memberikan lebih banyak tekanan ke bawah pada harga lama," katanya dalam sebuah catatan pada Jumat (30/9/2022).
Baca juga: Harga minyak jatuh terseret kekhawatiran prospek permintaan
Juga pada Jumat (30/9/2022), China mengeluarkan kuota terbesar untuk ekspor produk minyak tahun ini dan menambah kuota impor minyak mentah untuk penyulingan independen.
Penyulingan milik negara dan swasta dapat mengekspor sebanyak 15 juta ton bensin, solar, bahan bakar jet dan minyak bahan bakar rendah sulfur, menambah pasokan yang sangat dibutuhkan ke pasar global untuk menggantikan ekspor Rusia yang diembargo Uni Eropa pada Februari.
Namun, analis dan pedagang mengatakan beberapa ekspor China kemungkinan akan melampai batas hingga awal 2023 karena penyulingan akan membutuhkan waktu untuk meningkatkan produksi.
Indeks dolar turun untuk hari keempat berturut-turut pada Senin setelah menyentuh puncaknya dalam dua dekade. Dolar yang lebih murah dapat meningkatkan selera pembeli minyak yang menggunakan mata uang lain dan mendukung harga minyak.
Baca juga: Rupiah awal pekan melemah, pasar menanti rilis data inflasi September
Baca juga: IHSG awal pekan terkoreksi, pasar nantikan rilis data inflasi domestik
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: