Surabaya (ANTARA) - Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo, Usman Kansong, mengatakan ada dua pesan yang terkandung di dalam Inpres No. 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, yaitu narasi tunggal dan orkestrasi komunikasi.

Hal itu disampaikannya saat acara Jadi Pintar Bareng Kominfo Newsroom (JARKOM) Edisi Media Center Daerah “Mengolah Kegiatan Seremonial Bernilai Berita”, Kamis (29/9/2022) di Surabaya.



“Narasi tunggal adalah bagaimana kita semua di pemerintahan dari daerah sampai pusat, bagi semua kementerian dan lembaga yang ada di Jakarta maupun daerah ini mempunyai narasi yang sama terkait dengan satu kebijakan pemerintah,” jelasnya.



Sementara orkestrasi komunikasi adalah tugas dan tanggungjawab Kementerian Komunikasi dan Informatikan dalam hal ini Direktorat Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) memimpin pengelolaan komunikasi publik dan menciptakan ruang publik dengan konten positif yang mencerahkan, mencerdaskan dan membangun semangat nasionalisme.



Maka itu, Usman pun berpesan kepada peserta Jarkom, khususnya pengelola Media Center Daerah untuk terus meningkatkan kemapuan dalam menulis sehingga mampu menghasilkan karya yang lebih bernilai untuk masyarakat.



Secara khusus Usman Kansong, meminta dalam meliput sebuah acara peresmian tidak hanya sekedar menyampaikan seremoni gunting pita atau tekan tombol saja, namun harus mengandung berita atau pesan yang disampaikan kepada publik.



"Bagaimana menulis berita supaya jangan melulu seremonialnya, jangan peresmiannya gunting pita, tetapi apa berita yang terkandung di dalam seremonialnya itu. Supaya apa, supaya berita kita dibaca orang," kata Usman



Menurutnya, jika peresmian suatu kegiatan hanya sebatas seremoni, gunting pita atau tekan tombol saja maka orang akan malas untuk membaca bahkan media konvensional juga tidak akan mau mengutipnya.



“Kalau berita kita tidak dibaca orang ya capek kita menulis. Berita kita saja tidak dibaca orang apalagi dikutip media,” ujarnya.



Oleh karena itu, para pengelola informasi yakni media center daerah harus mampu mengolah kegiatan seremoni menjadi lebih memiliki makna dan berisi informasi atau berita yang dibutuhkan masyarakat.



Dikatakan Usman, dengan Bimtek itu diharapkan para peserta yang merupakan pengelola informasi dari media center di berbagai daerah dapat menambah pengetahuan dan kemampuan menulis berita dalam sebuah kegiatan seremonial.



“Gali ilmu kompetensi sebanyak-banyaknya dari para narasumber kita supaya kita bisa membuat sesuatu yang sifatnya seremonial menjadi bernilai berita,” katanya.



Pada kesempatan tersebut Usman Kansong juga berpesan kepada para pejuang informasi pada media center daerah untuk mengkomunikasikan narasi tunggal, mendukung dan mempromosikan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berlangsung di Bali pada November 2022 kepada masyarakat di seluruh daerah.



Usman berharap agar tidak ada yang tidak peduli terhadap penyelenggaraan KTT G20 di Bali, karena semua daerah dapat mempromosikan KTTG20 sekaligus mengenalkan potensi wisata di daerahnya masing-masing untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.





“Jangan sampai karena KTT di Bali sudahlah Surabaya, Jawa Timur tidak usah peduli biar saja menjadi urusan Dinas Kominfonya Bali, tidak begitu ya, Itulah tadi yang namanya narasi tunggal dan orkestrasi kami ini selalu mengajak Dinas Kominfo seluruh Indonesia untuk menyampaikan informasi tentang G20,” katanya.



Sementara saat yang sama, Direktur Pengelolaan Media, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo, Nursodik Gunarjo mengatakan melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memiliki tanggungjawab sebagai konduktor orkestra dalam penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Kominfo menjadi yang terdepan dalam pengelolaan informasi publik.



“Kita sudah memiliki Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, Kominfo dalam hal itu bertindak sebagai konduktor orkestra di komunikasi publik. Kominfo ada di depan tapi bukan pemimpin. Hanya menyatukan narasi-narasi kementerian, lembaga dan daerah sehingga apa yang keluar nanti tidak persis sama tetapi seirama. Ingat ya Bapak Ibu narasi tunggal itu bukan berarti hanya itu narasinya tetapi boleh berkreasi, namun suara yang keluar itu seirama,” kata, dalam sambutannya pada acara Anugerah Media Center Daerah 2022 di Tangerang Selatan, Banten, Senin (26/9/2022).



Dikatakan Nursodik, orkestrasi komunikasi publik yang dimaksud adalah menganalogikan seperti musik yang seirama ada bas, drum, flut, biola, seruling dan sebagainya tetapi irama yang keluar menjadi asik didengar.



“Seperti orkes ada yang memainkan bass ada yang memainkan drum, flute, biola, seruling dan sebagainya, tapi keluarnya enak didengar sebagai satu harmoni. Itulah yang namanya komunikasi publik,” ujarnya.



Dijelaskan Nursodik, jika kebutuhan masyarakat akan informasi dapat terpenuhi maka penyelenggaraan pemerintahan yang baik atau good governance akan bisa semakin cepat tercapai.



Menurutnya, saat ini banyak sekali berita-berita yang tidak benar atau bohong. Fenomena itu harus diantisipasi oleh media center di daerah dan di pusat. Semua harus berfikir ke depan bahwa komunikasi harus mampu mendidik dan mencerdaskan masyarakat.



“Saya kira fenomena-fenomena semacam itu juga harus diantisipasi oleh para penyelenggara komunikasi publik baik di pusat maupun di daerah. Ke depan itu akan segera bergeser untuk menjadi komunikasi yang sifatnya lebih kepada komunikasi digital, nah itu mohon sekali lagi untuk dipertimbangkan,” jelas Nursodik.



Bimtek Jarkom di Surabaya diikuti kurang lebih 50 Peserta offline dan ratusan peserta melalui zoom yang merupakan perwakilan dari beberapa media center daerah yang dibina oleh Direktorat Pengelolaan Media, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo.