Presiden: Dana Kesehatan Dunia Lebih Kecil Daripada Dana Makanan Hewan di AS dan Eropa
10 April 2006 11:26 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan bahwa dunia terkendala kemampuan yang minim dalam mencapai target-target pembangunan milenium (MDGs) 2015, dengan memberikan gambaran bahwa jumlah dana untuk kesehatan, pendidikan dan air bersih jauh lebih kecil dibanding dana yang dikeluarkan Amerika Serikat (AS) dan Eropa serta dunia untuk belanja makanan hewan peliharaan, menikmati es krim dan pengeluaran untuk militer.
"Pemenuhan kesehatan dan gizi bagi semua orang memerlukan dana 13 miliar dolar AS per tahun. Jumlah itu lebih sedikit dibandingkan dengan pengeluaran di AS dan Eropa untuk makanan hewan peliharaan," kata Presiden Yudhoyono di Jakarta, Senin, saat membuka Pertemuan Tingkat Menteri Sidang ke-62 Badan Ekononomi dan Sosial PBB untuk Asia-Pasifik (UNESCAP) dan Sesi Khusus Para Kepala Negara/Pemerintahan Negara-Negara Kepulauan Pasifik (UNESCAP Plus).
Tidak hanya bidang kesehatan, dunia juga harus berjuang menyediakan dana bagi pemenuhan pendidikan dasar untuk mencapai target MDGs 2015, yang diperkirakan mencapai 10 miliar dolar AS per tahun.
"Jumlah itu setara dengan dana yang dikeluarkan Eropa setiap tahunnya untuk membeli es krim," kata Yudhoyono.
Penyediaan air bersih dan sanitasi, tambahnya, akan menghabiskan dana sekitar 9 miliar dolar AS.
"Ini juga jauh lebih kecil dibandingkan dana sebesar 780 miliar dolar AS yang dihabiskan dunia untuk keperluan militer," tuturnya.
Di tengah minimnya kemampuan penyediaan kebutuhan dasar bagi masyarakat dunia, Kepala Negara mengajak negara-negara Asia Pasifik tetap meneguhkan semangat mencapai target-target pembangunan millenium (MDGs) tahun 2015.
"Jika melihat statistik, memang itu menciutkan hati, tapi itu tidak akan menghalangi komitmen kita (untuk mencapai target MDGs 2015)," kata Yudhoyono.
Ia sebelumnya mengingatkan kondisi dunia saat ini, yaitu setengah penghuni planet ini masih hidup dengan dana di bawah 2 dolar AS sehari; 800 juta orang mengalami kelaparan dan gizi buruk; lebih dari 600 juta orang belum mendapatkan akses air bersih serta 115 juta anak di negara-negara berkembang tidak dapat bersekolah.
"Kita sebenarnya punya sumber daya untuk mencapai MDGs. Yang diperlukan adalah komitmen politik yang kuat serta strategi untuk mendapatkan dan mengalokasikan sumber daya yang ada," ujar Kepala Negara.
Sidang komisi UNESCAP, yang pertemuan tingkat menteri yang
dihadiri oleh 62 delegasi ESCAP, terdiri terdiri dari 53 negara anggota dan sembilan anggota asosiasi.
Acara pembukaan sidang tingkat menteri UNESCAP pada Senin pagi juga dihadiri oleh Presiden Marshall Islands, Kessai Note, Presiden Kiribati, Anote Tong dan Presiden Tuvali Matie Toafa, Wakil Presiden Mikronesia, Redley Killion, Wapres Palau, Elias Chamsek Chin dan Wakil PM Vanuatu, Sato Kilman.
Good governance
Dalam sambutannya, Presiden Yudhoyono juga menyebut `good governance` (tata pemerintahan yang baik) sebagai pelajaran kunci yang perlu diterapkan di semua negara, terlepas dari adanya perbedaan masyarakat, ideologi, sistem politik, ekonomi, sejarah dan budaya.
"Jika bisa diterapkan dengan baik, hal itu bisa membantu kita untuk menyelesaikan berbagai masalah nasional dan mengganti kelemahan menjadi kekuatan. Dengan `good governance`, masyarakat global akan dapat mencapai target-target MDGs pada 2015," katanya.
Kepala Negara juga mengingatkan bahwa pembangunan abad 21 tidaklah hanya sebatas pemberantasan kemiskinan dan menjaga lingkungan, melainkan juga tentang bagaimana membangun toleransi.
Ia berharap UNESCAP dapat membantu masyarakat di Asia Pasifik untuk mencapai kemajuan sosial dengan berdasarkan toleransi, di mana perbedaan disyukuri sebagai sumber kekuatan dan dinamisasi.
Yudhoyono menyatakan kegembiraannya bahwa sidang ke-62 UNESCAP kali ini memfokuskan kepada peningkatan kerjasama kawasan dalam bidang pembangunan infrastruktur, termasuk yang berhubungan penanganan bencana.
"Faktanya memang bahwa kawasan kita ini sangat rentan terhadap bencana alam," katanya sambil memberi contoh terjadinya gelombang tsunami yang menghantam daerah-daerah pantai di Samudera Hindia dan menewaskan ratusan ribu orang, termasuk lebih dari 200.000 orang di Aceh dan Nias.
Untuk meningkatkan kerjasama dan kemitraan di Asia Pasifik, Presiden Yudhoyono menyebut beberapa hal yang menurutnya sangat berguna, antara lain kerjasama dan kemitraan di bidang sumber daya dan kekayaan budaya; perdagangan dan investasi; pengembangan ekonomi berbasis kesetaraan jender terutama di sektor usaha mikro, kecil dan menengah. (*)
Copyright © ANTARA 2006
Tags: