Perhompedin sebut perlu pengaturan pengobatan kanker demi pasien
1 Oktober 2022 19:54 WIB
Ketua Dewan Pertimbangan Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin) Prof. Dr. dr. Arry Harryanto, Sp.PD., KHOM, FINASIM (paling kanan) saat konferensi pers ROICAM ke-9 di Hotel Borobudur, Jakarta, Sabtu (1/10/2022). ANTARA/Suci Nurhaliza.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pertimbangan Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin) Prof. Dr. dr. Arry Harryanto, Sp.PD., KHOM, FINASIM mengungkapkan bahwa pengaturan pengobatan kanker diperlukan guna mengedepankan kepentingan pasien.
"Betapa pentingnya mengatur pengobatan kanker ini supaya lebih kepada kepentingan pasien," kata Arry di Jakarta, Sabtu.
Menurut Arry, kanker dan tatalaksananya merupakan hal yang sangat kompleks. Ada tiga jenis pengobatan kanker, yakni pengobatan kanker melalui bedah, pengobatan radioterapi, dan pengobatan sistemik dengan obat-obatan.
Tindakan bedah dikatakan Arry tidak hanya sekadar mengambil jaringan untuk dibiopsi, tapi bisa juga untuk tujuan-tujuan lain seperti mengangkat tumor. Sehingga, kata dia, tindakan ini memerlukan strategi yang tidak mudah. Begitu pula dengan radioterapi dan pengobatan sistemik.
"Pengobatan sistemik ini luas, bisa menggunakan tablet, obat injeksi, obat infus. Pengobatan sistemik ini juga mulai dari yang amat sederhana sampai yang amat sulit, seperti transplantasi yang sangat berbahaya bisa menyebabkan kematian. Kemudian dari yang (biayanya) amat murah sampai yang amat mahal," jelas Arry.
Baca juga: Perhompedin sebut tim multidisiplin penting dalam tatalaksana kanker
Baca juga: Latihan membuat batik bisa sebagai terapi penderita kanker
Selain itu, kata dia, pengobatan kanker sistemik juga memiliki banyak efek samping yang dapat mempengaruhi daya tahan tubuh, fungsi jantung, ginjal, dan hati, serta mengubah struktur tulang. Sehingga, diperlukan keterampilan dan ketelitian yang sangat tinggi dalam menentukan obat yang aman dikonsumsi pasien.
Dengan demikian, ia melanjutkan, penanganan kanker sangat memerlukan kompetensi ilmu penyakit dalam dan ilmu bedah yang mapan supaya mampu merumuskan strategi manajemen yang terbaik untuk pasien.
"Kalau misalnya membuat struktur tulangnya jadi enggak ada, jantungnya rusak, pengobatan itu jadi enggak ada gunanya. Jadi orang yang mau memberikan pengobatan model ini harus mempunyai dasar pengetahuan pengobatan sistemis, harus internis," ujar Arry.
Ia juga mengatakan, pengaturan pengobatan kanker pun penting guna mencegah keluarnya dana yang tidak tepat guna karena prosedur pengobatan yang tidak sesuai kondisi pasien.
"Jenis obat (kanker) itu ada dari yang amat murah sampai amat mahal. Ada yang Rp100 juta sekali suntik, belum obat-obat lainnya. Tapi kalau tidak ada hasilnya ya semua rugi, pasien rugi, masyarakat juga rugi karena BPJS dipakai tidak tepat guna karena pasiennya meninggal. Jadi hasil yang dicapai harus sesuai dengan obat yang diberikan. Kalau sudah tidak ada harapan, tidak boleh dikasih (obat yang mahal)," tutur Arry.
"Jadi ini menunjukkan betapa kompleksnya kanker dan mengapa pentingnya mengatur pengobatan kanker untuk kepentingan pasien dan penggunaan dana yang tepat guna," pungkasnya.
Baca juga: Dokter: Kesadaran masyarakat berperan penting dalam menurunkan kanker
Baca juga: Menu serba pink disuguhkan untuk tingkatkan kesadaran kanker payudara
"Betapa pentingnya mengatur pengobatan kanker ini supaya lebih kepada kepentingan pasien," kata Arry di Jakarta, Sabtu.
Menurut Arry, kanker dan tatalaksananya merupakan hal yang sangat kompleks. Ada tiga jenis pengobatan kanker, yakni pengobatan kanker melalui bedah, pengobatan radioterapi, dan pengobatan sistemik dengan obat-obatan.
Tindakan bedah dikatakan Arry tidak hanya sekadar mengambil jaringan untuk dibiopsi, tapi bisa juga untuk tujuan-tujuan lain seperti mengangkat tumor. Sehingga, kata dia, tindakan ini memerlukan strategi yang tidak mudah. Begitu pula dengan radioterapi dan pengobatan sistemik.
"Pengobatan sistemik ini luas, bisa menggunakan tablet, obat injeksi, obat infus. Pengobatan sistemik ini juga mulai dari yang amat sederhana sampai yang amat sulit, seperti transplantasi yang sangat berbahaya bisa menyebabkan kematian. Kemudian dari yang (biayanya) amat murah sampai yang amat mahal," jelas Arry.
Baca juga: Perhompedin sebut tim multidisiplin penting dalam tatalaksana kanker
Baca juga: Latihan membuat batik bisa sebagai terapi penderita kanker
Selain itu, kata dia, pengobatan kanker sistemik juga memiliki banyak efek samping yang dapat mempengaruhi daya tahan tubuh, fungsi jantung, ginjal, dan hati, serta mengubah struktur tulang. Sehingga, diperlukan keterampilan dan ketelitian yang sangat tinggi dalam menentukan obat yang aman dikonsumsi pasien.
Dengan demikian, ia melanjutkan, penanganan kanker sangat memerlukan kompetensi ilmu penyakit dalam dan ilmu bedah yang mapan supaya mampu merumuskan strategi manajemen yang terbaik untuk pasien.
"Kalau misalnya membuat struktur tulangnya jadi enggak ada, jantungnya rusak, pengobatan itu jadi enggak ada gunanya. Jadi orang yang mau memberikan pengobatan model ini harus mempunyai dasar pengetahuan pengobatan sistemis, harus internis," ujar Arry.
Ia juga mengatakan, pengaturan pengobatan kanker pun penting guna mencegah keluarnya dana yang tidak tepat guna karena prosedur pengobatan yang tidak sesuai kondisi pasien.
"Jenis obat (kanker) itu ada dari yang amat murah sampai amat mahal. Ada yang Rp100 juta sekali suntik, belum obat-obat lainnya. Tapi kalau tidak ada hasilnya ya semua rugi, pasien rugi, masyarakat juga rugi karena BPJS dipakai tidak tepat guna karena pasiennya meninggal. Jadi hasil yang dicapai harus sesuai dengan obat yang diberikan. Kalau sudah tidak ada harapan, tidak boleh dikasih (obat yang mahal)," tutur Arry.
"Jadi ini menunjukkan betapa kompleksnya kanker dan mengapa pentingnya mengatur pengobatan kanker untuk kepentingan pasien dan penggunaan dana yang tepat guna," pungkasnya.
Baca juga: Dokter: Kesadaran masyarakat berperan penting dalam menurunkan kanker
Baca juga: Menu serba pink disuguhkan untuk tingkatkan kesadaran kanker payudara
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022
Tags: