Jakarta (ANTARA) - Puskesmas di DKI Jakarta menggunakan inovasi "Bimasakti" untuk menekan balita stunting atau tengkes dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

"Bimasakti inovasi dari Puskesmas Kebayoran Baru untuk mencegah stunting," kata Ahli Gizi Puskesmas Kebayoran Baru Aanizah Ardiyanti di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Pemkot Jaksel bentuk Kelompok Peduli Gizi untuk cegah tengkes

Menurut dia, inovasi itu diluncurkan sejak 2019 kini lebih gencar dikenalkan melalui berbagai pameran inovasi kepada masyarakat.

Berdasarkan data Puskesmas Kebayoran Baru Jakarta Selatan, prevalensi tengkes di wilayah itu pada 2018 mencapai 17 persen dan pada 2021 menurun menjadi empat persen.

Adapun inovasi Bimasakti yang juga dibuat dalam bentuk aplikasi itu di antaranya Satelit yakni satuan tim gerak lincah dan tanggap lintas sektor hingga tingkat RT/RW.

Kemudian, Komet singkatan dari kelas informasi agar kader terampil dalam membantu mengatasi masalah gizi.

Selanjutnya, ada pusat pelatihan dan pengetahuan orang tua atau Planet yang menyasar balita yang tidak naik berat badannya.

Selain itu, ada juga bimbingan dan rehabilitasi anak yang tidak naik timbangannya atau Bintang.

Baca juga: Jaksel gelar program gerebek tengkes dengan beri solusi gizi balita

Melalui Bintang itu, orang tua dengan balita yang mengalami masalah gizi didampingi melalui pertemuan rutin tiga sesi dalam tiga bulan, dengan pertemuan setiap sesi adalah 10 hari berturut-turut.

Ada juga Meteor yakni media terpadu dan informatif serta Warung Gizi yang menjual makanan dan minuman terjangkau untuk pertumbuhan anak.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2018 menyebutkan proporsi status gizi pendek pada balita di Indonesia sebesar 30,8 persen.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018 di DKI Jakarta, persentase balita sangat pendek mencapai 6,1 persen.

Capaian itu lebih baik dibandingkan pada 2017 mencapai 7,2 persen.

Namun, tidak dijabarkan angka detail kasus stunting di DKI Jakarta.

Baca juga: 70 persen penyebab tengkes di Jakbar bukan faktor kesehatan