Dia mengatakan proyeksi ini didasarkan dari adanya penyesuaian harga Pertalite dan Solar yang mendorong kenaikan harga jasa transportasi dan distribusi, dan akhirnya memicu kenaikan harga barang dan jasa.
Selain itu, juga didasarkan dari mulai membaiknya sisi permintaan (demand-pull inflation) di tengah pelonggaran mobilitas masyarakat.
"Hal ini terutama disebabkan oleh membaiknya permintaan di tengah pelonggaran PPKM," kata Faisal dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Seperti diketahui, proyeksi ini cukup jauh dari IHK Agustus 2022 yang mengalami deflasi 0,21 persen mtm, namun, tidak terlalu jauh dari proyeksi Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan inflasi sebesar 1,1 persen mtm pada September 2022.
Sedangkan, dia memperkirakan inflasi inti akan berada di angka 3,47 persen year on year (yoy) pada September 2022, atau naik dari yang sebelumnya di angka 3,04 persen yoy pada Agustus 2022.
Kemudian, inflasi tahunan akan berada di angka 6,27 persen yoy pada akhir tahun 2022 nanti.
Baca juga: Jokowi: Pemda tak ragu gunakan belanja tak terduga untuk cegah inflasi
Baca juga: Jokowi: Pemerintah akan pertahankan defisit APBN di bawah 3 persen