Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyebutkan perlunya membangun jiwa nasionalisme melalui gerakan kebudayaan. "Seni dan budaya menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan," kata Bamsoet, usai membuka Bhinneka Culture Festival, di Gedung Gerakan Bhinneka Nasionalis, Jakarta, Rabu.

Bamsoet pun mengapresiasi Gerakan Bhinneka Nasionalis (GBN) yang dipimpin Ketua Erros Djarot dan Sekretaris Jenderal Dhia Prekasha Yoedha, sebagai wadah perjuangan membangun nasionalisme melalui gerakan kebudayaan. Perjuangan membangun nasionalisme itu, kata dia, salah satunya dengan menyelenggarakan Bhinneka Culture Festival.

Hal itu juga menghadirkan narasi kebudayaan, yang seringkali cenderung 'terabaikan' di tengah kesibukan dan geliat pemulihan perekonomian rakyat, yang selama lebih dari dua tahun terdampak oleh pandemi COVID-19, serta di tengah hiruk pikuk kehidupan sosial politik yang semakin dinamis.

"Bhinneka Culture Festival merepresentasikan aktualisasi kreasi seni budaya dalam beragam coraknya. Antara lain melalui diskusi, pagelaran musik, peragaan busana, pertunjukan wayang kulit, pameran, lokakarya kartun, dan festival kopi, mengisyaratkan pesan penting bahwa aktualisasi seni dan budaya memiliki ruang interpretasi yang begitu luas," ujarnya pula.

Ketua DPR RI ke-20 itu menjelaskan Bhinneka Culture Festival juga mengemban misi mulia untuk menguatkan nilai-nilai kebinekaan, kebangsaan dan nasionalisme yang seiring perkembangan zaman dirasakan semakin terpinggirkan dari ranah realitas sosial.

Sekaligus, kata dia lagi, menyadarkan bahwa pemberdayaan nilai-nilai kearifan lokal dapat menjadi rujukan dalam penyelesaian berbagai persoalan kebangsaan.

Pada sisi lain, menurut dia, Bhinneka Culture Festival juga dapat memfasilitasi kebangkitan perekonomian rakyat, antara lain melalui promosi produk-produk UMKM, IKM, dan ekonomi kreatif.

"Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam event ini, juga menegaskan bahwa seni dan budaya dapat menjadi piranti untuk membangun semangat kebersamaan, merajut sinergi dan kolaborasi, atau yang biasa kita sebut dengan gotong royong," katanya lagi.

Kemudian, dia menyampaikan keprihatinan soal publikasi beberapa hasil survei tentang Pancasila, antara lain survei Komunitas Pancasila Muda pada akhir Mei 2020 yang mencatat bahwa masih ada 19,5 persen generasi muda yang menganggap Pancasila hanya sekadar istilah yang tidak dipahami maknanya.

Sebelumnya, survei LSI pada 2018 juga mencatat dalam kurun waktu 13 tahun masyarakat yang pro terhadap Pancasila telah mengalami penurunan sekitar 10 persen, dari 85,2 persen pada tahun 2005 menjadi 75,3 persen pada tahun 2018.

Survei SMRC yang dirilis Juni 2022 mengenai sikap publik terhadap Pancasila dalam rangka konsolidasi sistem politik Indonesia, mengisyaratkan dari tingkat yang paling elementer sekalipun, pengetahuan dasar masyarakat tentang Pancasila masih belum optimal, dengan skor 64,6 atau dalam kategori sedang.

"Hasil survei juga mengungkap bahwa komitmen publik terhadap nilai-nilai Pancasila, dan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa juga diklasifikasikan dalam kategori sedang-sedang saja," ujar Bamsoet.

Baca juga: Bamsoet ajak pengusaha muda bantu pemulihan ekonomi nasional
Baca juga: Bamsoet sebut Indonesia berpotensi jadi pusat aset kripto dunia