Kemenkes: Kurang aktivitas fisik faktor risiko penyakit kardiovaskular
28 September 2022 17:51 WIB
Tangkapan layar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Dr Eva Susanti, S.Kp., M.Kes dalam konferensi pers “Deteksi Dini Sebagai Upaya Preventif Penyakit Jantung Bawaan (PJB) Pada Anak” yang digelar daring, Rabu (28/9/2022). (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Dr Eva Susanti, S.Kp., M.Kes mengatakan kurangnya beraktivitas fisik menjadi salah satu faktor risiko selain hipertensi tidak terkontrol dan obesitas terhadap kejadian penyakit kardiovaskular.
"Kurang aktivitas fisik, semakin banyak orang yang tidak berolahraga. Kita harus memastikan masyarakat beraktivitas fisik lebih dari 30 menit sehari," ujar dia dalam sebuah acara kesehatan daring, Rabu.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan kejadian penyakit kardiovaskular termasuk kebiasaan merokok dan adanya penyakit diabetes.
Baca juga: Kombinasi "romantis" ini picu anda derita obesitas
Dia lalu mengingatkan masyarakat untuk mulai mengadopsi gaya hidup sehat serta membiasakan deteksi dini untuk mencegah atau mengantisipasi penyakit jantung.
Menurut Kementerian Kesehatan, gaya hidup sehat selain rutin beraktivitas fisik, juga meliputi menerapkan pola makan sehat termasuk tinggi buah dan sayuran dan menghindari lemak saturasi yang buruk untuk jantung seperti makanan yang digoreng.
Selain itu, orang-orang juga disarankan menjaga berat badan normal demi dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung. Berat badan berlebih biasanya lekat kaitannya dengan penyakit jantung, diabetes, dan kadar kolesterol yang buruk.
Eva juga mengingatkan supaya masyarakat dapat mengelola stres karena ini berhubungan dengan sistem imun dan terjadinya penyakit.
Penyakit kardiovaskular terjadi karena adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Penyakit ini menyumbangkan 14,4 persen sebagai penyakit tidak menular (PTM) penyebab kematian terbanyak, menurut data Global Status Report 2019.
Di antara berbagai jenis penyakit kardiovaskular, penyakit jantung termasuk salah satunya. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyakit jantung di Indonesia berdasarkan diagnosis jantung sebesar 1,5 persen dan prevalensi penyakit jantung koroner 0,5 persen tahun 2013.
"Beban penyakit global berdasarkan faktor risiko adalah tekanan darah tinggi, gula darah dan obesitas yang menduduki lima besar penyebab kematian utama di Indonesia. Kesemuanya faktor ini menjadi faktor risiko utama untuk menyebabkan penyakit jantung," jelas Eva.
Baca juga: Ahli gizi ingatkan lansia cukup minum meski aktivitas fisik kurang
Baca juga: Kurang aktivitas fisik berpotensi alami penyakit tidak menular
Baca juga: Bolehkah latihan fisik jika kurang tidur?
"Kurang aktivitas fisik, semakin banyak orang yang tidak berolahraga. Kita harus memastikan masyarakat beraktivitas fisik lebih dari 30 menit sehari," ujar dia dalam sebuah acara kesehatan daring, Rabu.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan kejadian penyakit kardiovaskular termasuk kebiasaan merokok dan adanya penyakit diabetes.
Baca juga: Kombinasi "romantis" ini picu anda derita obesitas
Dia lalu mengingatkan masyarakat untuk mulai mengadopsi gaya hidup sehat serta membiasakan deteksi dini untuk mencegah atau mengantisipasi penyakit jantung.
Menurut Kementerian Kesehatan, gaya hidup sehat selain rutin beraktivitas fisik, juga meliputi menerapkan pola makan sehat termasuk tinggi buah dan sayuran dan menghindari lemak saturasi yang buruk untuk jantung seperti makanan yang digoreng.
Selain itu, orang-orang juga disarankan menjaga berat badan normal demi dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung. Berat badan berlebih biasanya lekat kaitannya dengan penyakit jantung, diabetes, dan kadar kolesterol yang buruk.
Eva juga mengingatkan supaya masyarakat dapat mengelola stres karena ini berhubungan dengan sistem imun dan terjadinya penyakit.
Penyakit kardiovaskular terjadi karena adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Penyakit ini menyumbangkan 14,4 persen sebagai penyakit tidak menular (PTM) penyebab kematian terbanyak, menurut data Global Status Report 2019.
Di antara berbagai jenis penyakit kardiovaskular, penyakit jantung termasuk salah satunya. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyakit jantung di Indonesia berdasarkan diagnosis jantung sebesar 1,5 persen dan prevalensi penyakit jantung koroner 0,5 persen tahun 2013.
"Beban penyakit global berdasarkan faktor risiko adalah tekanan darah tinggi, gula darah dan obesitas yang menduduki lima besar penyebab kematian utama di Indonesia. Kesemuanya faktor ini menjadi faktor risiko utama untuk menyebabkan penyakit jantung," jelas Eva.
Baca juga: Ahli gizi ingatkan lansia cukup minum meski aktivitas fisik kurang
Baca juga: Kurang aktivitas fisik berpotensi alami penyakit tidak menular
Baca juga: Bolehkah latihan fisik jika kurang tidur?
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022
Tags: